Dalam masyarakat modern, fenomena konsumsi berlebihan atau hedonisme sering kali diidentikkan dengan gaya hidup yang mementingkan kenikmatan duniawi tanpa batas. Al-Qur'an dengan tegas mengingatkan umat untuk menghindari pemborosan dan keserakahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam QS. Al-Isra: 27, Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memboroskan (harta) adalah saudara setan, dan setan itu adalah makhluk yang sangat ingkar." Ayat ini menegaskan bahwa pemborosan bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menjauhkan kita dari jalan kebaikan.
Hedonisme yang berfokus pada kenikmatan duniawi dapat mengalihkan perhatian dari tujuan hidup yang lebih besar, yakni kehidupan akhirat. Al-Qur'an mengajarkan keseimbangan antara menikmati kehidupan dunia dengan cara yang baik dan bijak, namun tetap memprioritaskan nilai-nilai sepiritual, keadilan, dan kesederhanaan. Hidup yang penuh rasa syukur dan tidak berlebihan adalah jalan menuju kebahagiaan sejati dan kesejahteraan abadi.
Al-Qur'an juga mengajarkan agar kita tidak terjerumus dalam pola hidup yang hanya mengejar kesenangan sementara tanpa mempertimbangkan akibat jangka panjang. Dalam QS. Al-A'raf : 31, Allah berfirman, "Wahai anak cucu Adam, ambilah perhisanmu pada setiap masjid, dan makanlah serta minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Dia tidak suka orang-orang yang berlebih-lebihan." Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam hal makan, minum, dan menikmati hidup.
Konsumsi berlebihan dapat menciptakan ketidakpuasan dan ketergantungan terhadap dunia, sementara kebahagiaan sejati terletak pada kesederhanaan dan rasa syukur atas nikmat yang ada. Al-Qur'an juga mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama, melalui kewajiban zakat dan sedekah, untuk menciptakan kesejahteraan sosial. Dengan demikian, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, kita perlu menahan diri, hidup sederhana, dan selalu mengingat tujuan akhir kita, yaitu kehidupan yang kekal di akhirat.
Lebih jauh lagi, Al-Qur'an juga mengajarkan bahwa harta dan segala bentuk kenikmatan duniawi hanyalah titipan sementara dari Allah. Dalam QS. Al-Hadid : 20, Allah berfirman, "Ketahuilah,bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kalian, serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak-anak." Ayat ini menunjukkan bahwa segala yang kita nikmati di dunia ini bersifat sementara dan tidak boleh mengalihkan perhatian kita dari tujuan utama hidup, yaitu beribadah kepada Allah dan mencari kebahagiaan abadi di akhirat.Â
Dengan demikian, hedonisme yang mengutamakan kenikmatan sesaat dan pemborosan harta harus dihindari. Al-Qur'an mengajak kita untuk hidup dengan penuh kesadaran, mengelola harta dan sumber daya dengan bijaksana, serta memeberikan perhatian lebih kepada kepentingan sosial dan spiritual. Ketika kita bisa menjaga keseimbangan ini, kita tidak hanya mencapai kebahagiaan duniawi yang penuh keberkahan, tetapi juga memperoleh ridha Allah dan ganjaran yang lebih besar di akhirat.
Pada masa kini, fenomena konsumsi berlebihan dan hedonisme sering kali terlihat dalam gaya hidup konsumtif yang berfokus pada materi kenikmatan duniawi. Misalnya, banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup mewah, di mana mereka merasa perlu memiliki barang-barang bermerk, mobil mewah, atau rumah besar sebagai simbol status sosial. Keinginan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, dengan memamerkan kehidupan serba mewah, juga menjadi contoh nyata dari kecenderungan hedonisme. Padahal, Al-Qur'an dengan tegas mengingkatkan agar kita tidak terjerumus dalam sikap berlebihan seperti ini.
Contoh lain yang relevan adalah konsumsi berlebihan terhadap makanan dan minuman, misalnya tren makanan cepat saji atau konsumsi alkohol, yang dapat merusak kesehatan tubuh. Tidak hanya itu, konsumsi energi yang berlebihan, misalnya penggunaan kendaraan pribadi yang berlebihan atau pemborosan listrik, berkontribusi pada kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Al-Qur'an mengajarkan bahwa kita harus bijak dalam mengelola segala sumber daya, termasuk uang, waktu, dan energi, dengan cara yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Dalam konteks ini, umat islam diajarkan untuk berhemat, berbagi dengan sesama melalui sedekah. dan tidak terjebak dalam gaya hidup hedonistik yang berfokus pada kenikmatan sementara.
Sebagai alternatif, kita bisa mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana, seperti memilih untuk membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat, serta lebih memperhatikan keberlanjutan lingkungan dengan menggunakan sember daya alam secara bijaksana. Dengan cara ini, kita mengikuti ajaran Al-Qur'an yang mengedepankan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan spiritual, serta menjaga agar tidak terjerums dalam sikap berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H