Demokrasi kita sudah hampir diambang kehancuran. Berbagai kebijakan tidak pro rakyat terus diwacanakan. Tapera, PTN-BH, perubahan batas usia cagub, pemberian hak tambang pada ormas keagamaan, dan lain-lain.
Sudah ribuan kata dilontarkan oleh rakyat Indonesia tapi kata-kata tersebut tidak menembus dinding gedung institusi. Sudah ribuan solusi diberikan oleh berbagai pakar pro rakyat tapi ya begitulah.
Semakin tahun semakin sulit bagi kita untuk mengubah demokrasi. Generasi boomer dan milenial kemungkinan besar tidak dapat lagi memperbaiki bobroknya demokrasi, bahkan pelaku perusak demokrasi kebanyakan dari generasi mereka. Maka siapa yang dapat mengubahnya? Tentu saja kita gen-z dan alpha.
Kita adalah solusi paling tepat bahkan solusi jangka Panjang. Jika seorang ayah menjadi pemabuk maka seorang anak belum tentu pasti pemabuk. Semuanya tergantung mindset dan keinginan. Lantas apa yang seharusnya kita lakukan?
Rajin belajar
"Anak muda yang malas belajar tidak pantas untuk masa depan yang baik."
Masa depan yang baik tidak akan diberikan pada kita bahkan demokrasi yang ideal sekalipun jika kita tidak mau belajar. Sudah banyak contoh dalam kehidupan, orang-orang yang tidak belajar, hidupnya mudah terombang-ambing oleh kegagalan dan dipermainkan oleh elit politik. Memang benar ada orang pemalas yang masih hidup dengan damai tapi apakah kedamaian itu bakal tahan lama? Maka dari itu, mari kita tingkatkan semangat belajar kita.
Tingkatkan Akhlak khususnya sikap toleransi
Akhlak adalah cara untuk memajukan moralitas masyarakat. Demokrasi berbanding lurus dengan majunya moralitas masyarakat. Kenapa? Karena akhlak adalah kunci mencegah kemungkaran yang dapat menjerumuskan kita ke dalam kekacauan dan siksa neraka.
Makanya banyak guru yang lebih mementingkan pengajaran akhlak pada muridnya khususnya toleransi. Negara Sudan mengalami krisis demokrasi karena terjadinya intoleran baik dari pemerintah Sudan sendiri (antara pemerintah dan rakyat) maupun sesama rakyat. Alhasil kemiskinan dan infrastruktur yah ndk selesai-selesai.
Waspadai logika sesat
Logika sesat atau logical fallacy dapat menghancurkan demokrasi kita. Sayangnya banyak logika sesat yang dibenarkan dalam masyarakat kita. Kita ambil salah satu contoh, logika bandwadon dimana ketika suatu pendapat itu diikuti mayoritas maka kamu merasa pendapat itu benar. Lantas apakah pendapat itu benar? Tergantung. Apakah pendapat itu menentang ajaran agama dan Undang-Undang? Atau tidak?
Logika sesat ini bisa menyasar ke mana saja bahkan politik. Contohnya dulu jika kita mendukung Jokowi maka kita dikatain kampret sedangkan mendukung Prabowo malah dikatain cebong. Padahal belum tentu juga yang tidak suka kampret tu cebong, begitu juga sebaliknya.
Mari kita tingkatkan kualitas demokrasi bersama-sama dan sesuai peran masing-masing. Kita tidak harus turun ke jalan, minimal melakukan 3 hal diatas saja sudah membantu sekali.