Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Persija Idol

11 April 2012   16:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya ini adalah rentetan tweet yang saya buat kemarin. Tapi karena kejadian ini begitu absurd, saya kira ini harus didokumentasikan ke dalam blog saya. Malam sebelumnya, saya bermimpi absurd. Ya mimpi memang absurd, tapi kali itu sangat absurd. Mungkin itu adalah sinyal pertama bahwasanya saya akan mengalami kejadian absurd di pagi harinya.

Jadi kemarin tanggal 10 April 2012, saya berangkat jam delapan kurang, seperti biasa, ke kantor , seperti biasa. Tentu saja dengan menumpang metromini menuju ke terminal Senen, seperti biasa juga. Saya kira hari ini akan saya konsumsi dengan biasa juga, sama seperti hari-hari yang sebelumnya.

Ketika saya baru masuk metromini, dari naik tangga pintu hingga saya memantapkan posisi untuk berdiri, ada dua ibu-ibu yang memberikan tatapan agak aneh. Tapi karena sudah terbiasa dengan tatapan yang aneh, jadi saya biasa saja.

Mulai saat ini, dua ibu itu disebut saja Ibu A dan Ibu B untuk mempermudah pengkisahan kembali.

Nah, Ibu A dan Ibu B terus memberikan pandangan mata ke saya. Dari sepatu hingga ke kepala saya, secara berulang-ulang dan sambil berbisik. Perasaan saya sudah terasa tidak enak. Sampai di tikungan dari arah Atrium menuju ke Lapangan Banteng, sebagian besar penumpang turun. Metromini jadi lumayan sepi. Setelah metromini agak sepi, saya mendapat bangku.

Saya pun duduk tak jauh dari Ibu A dan Ibu B yang duduk sebangku tersebut. Baru beberapa meter metromini berjalan, kejadian yang tak pernah saya bayangkan sama sekali sebelumnya, terjadi. Ibu A dan Ibu B tetap memberikan tatapan yang aneh. Bahkan hingga memutar kepalanya hampir 180 derajat, karena saya duduk di belakang mereka.

Tiba-tiba Ibu A berdiri dari bangkunya dan menghampiri bangku saya. Firasat buruk saya terwujud, dan Ibu A yang akan mewujudkannya. Sejujurnya, ketika Ibu A berjalan selangkah demi selangkah mendekati saya, pikiran saya sudah bergerak liar. Jangan-jangan mereka adalah sindikat penculik pria untuk dijadikan pegawai negeri, jangan-jangan mereka ingin menawarkan MLM, jangan-jangan mereka adalah ibu-ibu saya yang asli, jangan-jangan mereka … telat, Ibu A sudah ada di depan saya.

Lantas si ibu A bilang, "Mas, nyanyi dong! Mumpung lagi sepi nih!"

Saya kaget, "Hee? Nyanyi apa bu? Maksudnya gimana?"

Saya lirik si ibu B tertawa cekikikan di bangkunya. Ia memegang handphone yang disorotkan ke saya, seperti ingin merekam. Atau malah sudah memotret barang satu dua kali.

Ibu A melanjutkan, "Ya nyanyi, kayak di panggung aja. Mas kan artis! Mas ikut Indonesian Idol kan!"

Saya hanya bisa tertawa, "Hahaha, salah orang Bu. Bukan saya kali. Saya bukan artis, apalagi Indonesian Idol!"

Kemudian si ibu B yang dari tadi tertawa ikut buka suara. "Tuh kan! Udah gue bilang, bukan artis! Mas bukan Indonesian Idol kan?" Saya jawab, "Bukan, bu."

Si ibu B belum selesai, "Lo sih ga percaya, udah gue bilang bukan arti!” Mukanya mengarah ke Ibu A. “Si mas-nya ini mah pemain Persija. Ya kan mas?" Mukanya mengarah ke saya.

“ENGGA BU! SAYA ATLET DEBUS ANTARIKSA!” Tadinya saya ingin berkata seperti itu, tapi saya orangnya tidak mau sombong. Jadi saya hanya bisa tertawa pasrah.

“Hahaha, apalagi pemain bola, Bu! Sama sekali bukan, Ibu salah orang kali.” Sambil memantau ke seluruh isi metromini. Saya mencari-cari kamera tersembunyi, berharap saya sedang masuk salah satu program televisi.

Ternyata tidak ada. Entahlah. Saya tidak mengerti Ibu A dan Ibu B adalah bagian dari acara pertelevisian, atau memang bertingkah secara alami. Tuhan memang maha bercanda.

Pesan moralnya adalah, jika muka kamu sepasaran itu, jangan sampai ... ah sudahlah lupakan saja.

[Jakarta. 11 April 2012. 11:33 PM. Fikri]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun