Sudah tidak terhitung lagi berapa catatan saya tentang Efek Rumah Kaca, baik yang berbentuk teks, visual, maupun audiovisual. Tadi malam, di acara JakCloth, pundi-pundi saya tentang Efek Rumah Kaca bertambah lagi.
Sengaja saya luangkan waktu untuk pergi ke JakCloth 2012 dengan tujuan utama menonton Efek Rumah Kaca. Tidak terasa, sudah lima tahun lagu-lagu mereka menjadi pengisi daftar putar di aplikasi komputer saya. Dan semalam, berhubung sudah lama tidak menonton mereka secara langsung, saya berangkat ke parkir timur Senayan, lokasi yang berseberangan dengan Djakarta Warehouse Project.
Begitu sampai di lokasi, seperti yang sudah saya bayangkan, remaja-remaji masa kini sudah memadati arena tersebut. Sempat terpikir apakah saya masih pantas datang ke acara tersebut, mengingat usia saya yang sudah pantas menjadi seorang ayah, hahaha.
Tiba di sana pukul 9 malam, saya langsung mencari panggung Efek Rumah Kaca. Beruntung, saya kira saya sudah telat untuk menonton. Sampai di depan panggung, masih ada The Upstairs. Saya masih kebagian tiga lagu sebelum akhirnya mereka menutup pentas dengan lagu yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Dan beruntungnya lagi, saya sempat menikmati Matraman dan Dansa Akhir Pekan. Jimi seperti memiliki tenaga tidak terbatas jika sudah berada di atas panggung dan memegang mikrofon.
The Upstairs selesai, saya dan teman saya berkeliling lokasi sembari menunggu MC menghabiskan waktu untuk menutupi sound check kru Efek Rumah Kaca. Lima belas menit kemudian, nama Efek Rumah Kaca sudah disebut, saya kembali ke panggung.
Seperti yang sudah-sudah, tanpa “Selamat malam” yang klise, Cholil langsung menghajar ratusan pasang telinga dengan lagu pertama. Seperti yang sudah saya prediksi, Desember menjadi lagu pembuka. Bedanya, Efek Rumah Kaca punya aransemen baru untuk lagu tersebut. Intronya memang mirip, akibatnya penonton yang sudah siap-siap menjadi karaoke massal, harus menahan hasratnya untuk bernyanyi karena setelah intro, Desember benar-benar berbeda dari versi yang biasa dibawakan.
Membawakan sebelas lagu, Efek Rumah Kaca memang tampil beda. Adrian memang masih sakit, tapi mereka justru tidak minus. Dengan dua musisi ekstra, suara sengau Cholil didukung oleh bunyi dua gitar. Ya! Efek Rumah Kaca tampil dengan dua gitar dan satu bass. Menjadikan mereka lebih ramai meski tetap menjunjung tinggi konsep minimalis.
Yang lucu pada konser tadi malam adalah saat mereka memainkan Belanja Terus Sampai Mati. Cholil berkata lagu itu memang khusus buat kami, para penonton. Dan benar saja, begitu lagu selesai, para penonton memberi tepukan tangan sambil menenteng tas plastik yang penuh dengan barang belanjaan masing-masing. Peliknya kehidupan urban? Mungkin.
Apa yang istimewa dalam konser Efek Rumah Kaca di awal Desember kali ini? Lagu Desember dibawakan 2 kali! Sebagai penutup, Cholil memainkan lagu Desember dengan versi yang bisa dinyanyikan oleh seluruh penonton. Alhasil, para perempuan yang memadati kawasan panggung semakin kuat didekap oleh pasangannya masing-masing. Ah sepertinya saya harus segera mencari pasangan untuk digenggam tangannya lebih erat ketika Efek Rumah Kaca membawakan lagu Desember.
Saya pulang dengan kondisi yang sudah lama tidak saya rasakan: kaos yang lengket dan basah, serta kaki yang teramat pegal. Entah, apakah karena saya sudah tidak lama pergi ke acara musik, atau memang faktor umur sudah berbicara.
[Jakarta. 9 Desember 2012. 02.32 PM. Fikri]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H