Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saya Bingung Memberi Judul Dengan Apa, tapi Bukan Berarti Tulisan Ini Tanpa Judul, Hanya Tak Ada yang Pas Saja Menurut Saya

23 Mei 2010   10:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu penetrasi di saat saya merepetisi siklus. Siklus dengan diagram parabola. Dan itu berarti ekuasi kuadrat. Yang titik optimumnya sudah dilewati. Berarti tinggal fase disakselerasi. Bukan, bukan saya menggemari siklus, tapi siklus itu yang mengekori. Dengan kamu, mungkin bukan parabola. Tapi ekuasi linear. Sehingga fase maksimum akan berbanding lurus dengan waktu.

Beberapa jenak bukan konstrain.  Apalagi kalau hanya masalah fundamental dalam kartu identitas. Hahaha apa itu! Aplikasi pembawa pesan hanya start. Jari terselip outputnya. Galau menyublim. Ide tak bisa ejakulasi. Ah apa ini? Tak bisa dinarasideksripsivisualisasikan.

Definisi yang terdistorsi. Hahaha. Kamu sendiri misinterpretasi, apalagi saya. Situasi yang terkonstruksi dan terkomposisi bukan koinsidens? Lalu kamu percaya itu script tuhan? Bukan, maaf menurut saya itu bukan garis takdir. Saya tak percaya takdir. Apalagi agama. Kamu tahu sendiri, nabi saya Thom York.

Ya intinya adalah kamu. Kamu penyebab banyaknya distraksi. Menyebabkan emosi ini meloncat secara kuantum dengan velositi yang mengagumkan menyebrangi kuadran dua. Mungkin tiga atau empat. Saya tak merasa terintimidasi atau malah superior, kecuali dengan logo kerangmu itu. Hahaha.

Ya sudah, ini sudah lumayan absurd dan surealis mungkin hanya kamu yang bisa mentranslasikan ini. Lalu mungkin kamu mengeksplanasi pada yang lain. Sebenarnya dengan mudah beberapa paragraph ini diganti dengan tiga kata. Tapi saya tak mau popular. Lagipula ini bukan teenlit yang menjamur di etalase toko buku masa kini.

Dan saya akan dengan senang hati berpakaian seperti sepupumu. Untuk mencuci kakimu yang sudah tertelan. Maaf, afeksi ini sudah membuat irasional.

Oiya, bibir kamu lezat dan menggemaskan!

---------------------------------------------------

*m/

[bontang. 23 Mei 2010. 05:29 PM. Fikri]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun