Mohon tunggu...
Fikri Boy
Fikri Boy Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang menulis

supaya kelak tulisan-tulisan ini dibaca oleh putri saya

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sebelum dan Sesudah Pilkada, Semoga Warga Baik-Baik Saja

25 November 2024   22:01 Diperbarui: 25 November 2024   22:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Rabu, 27 November 2024, sebanyak 37 Provinsi, 98 Kota dan 415 Kabupaten, menyelenggarakan hajatan politik secara serentak. Yes, Pilkada. Dan hari Rabu itu, akan menjadi hari libur nasional. Gimana ngga libur, sampai gedung sekolahan saja menjadi TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Perhelatan Pilkada periode ini, akan menjadi sejarah bagi proses politik dan demokrasi di Indonesia. Lebih arifnya jika menyebut, Pilkada ini menjadi salah satu momentum untuk mendewasakan diri sebagai sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi. Namanya juga proses pendewasaan. Ya wajar kalau ada nakal-nakalnya dikit. Atau masih ada kekeliruan. Jadi, ngga papakan kalau saya menyebut Pilkada tahun 2024 ini, sebagai proses pendewasaan kita sebagai sebuah bangsa?

Ya meskipun kita tahu, perhelatan politik pasti mengubah suasana, suhu, emosi bahkan sampai urusan perekonomian. Mengubah teman yang biasa ngopi bareng, atau jalan bareng. Situasinya bahkan ada yang sengaja membuat mencekam. Seolah-olah pertarungan hidup dan mati. Jagoannya yang harus menang. Mbuh piye carane. . .

Jika sebelum ada Pilkada dan tetek bengeknya warga baik-baik saja. Tentu selama dan sesudah Pilkada, warga berhak menuntut keadaan baik-baik saja dalam kehidupannya. Jangan sampai, tujuan Pilkada untuk mencari memimpin untuk memajukan daerah dan mewujudkan kesejahteraan bagi warganya, malah gara-gara Pilkada, warga yang tentram jadi suram, lingkungan yang damai jadi "ramai".

Siapa yang harus bertanggung jawab atas hak warga untuk damai? Ya tentunya pihak yang buat gaduh. Tapi ini misalnya lho yaa. . . kalau Pilkada bikin gaduh. Kalau tidak, ya Alhamdulillah. Masyarakat akan menyongsong pemerintahan yang baru. Kepada mereka -- para pemimpin,  masa depan hidup masyarakat dititipkan. Kenapa ? Karena sisanya, masyarakat akan cari hidup sendiri-sendiri. Seperti lagunya Iwan Fals itu. "Peraturan yang sehat, yang kami mau". Dan seperti kata rang-orang sana, "teruslah bekerja, jangan berharap pada Pilkada". Semoga. 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun