Mohon tunggu...
Fikri Azardy
Fikri Azardy Mohon Tunggu... -

Huahahaha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tenda Ceper Salah Siapa?

12 Oktober 2013   16:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:38 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Kota Padang tak asing lagi mendengar tempatseperti Tenda Ceper. Sudah menjadi kebiasaan bahkan rutinitas bagi sekelompok orang yang mengunjungi tempat tersebut. Posisi tenda yang rendah menjadi persoalan karena berpotensi terjadinya hal-hal yang dapat merusak moral. Perbuatan maksiat berulang-ulang dilakukan seperti yang dilansir media lokal. Keterpaksaan seakan menjadi kambing hitam dalam perbuatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin disalahkan. Tuntutan kerasnya hidup menjadi ayat-ayat dalam pasal kehidupan.

Kehadiran Tenda Ceper tidak terlepas dari beberapa aktor yang berperan dibaliknya. Apakah itu dari pihak pemerintah, pelaku usaha, atau konsumennya. Tidak logis kiranya jika menjudge pihak-pihak tersebut. Namun perlu dikaji lagi siapakah pelaku utamanya.

Pemerintah Kota Padang mempunyai wewenang dalam menjalankan kebijakannya mengelola Kota Padang. Tenda Ceper misalnya. Nah, pertanyaan yang mendasar, kenapa tenda ceper itu masih ada hingga sekarang? Sekiranya aparat yang berwenang tentunya telah melakukan penertiban dalam mengatasi persoalan tersebut. Namun, hingga kini masih terus menjamur pelaku usaha beserta konsumen yang masih aktif.

Bagi pelaku usaha tenda ceper, tentunya ini menjadi sumber penghasilan. Berdalihkan kata “tapaso mode iko, dek tuntutan hiduik” seakan menjadi senjata ampuh ketika ditanya kenapa merendahkan tenda. Pelaku usaha tersebut juga banyak yang “bermain” dengan aparat. Sehingga terciptanya kongkalingkongantar pihak dalam mempertahankan tenda ceper.

Pengunjungtentunya wajib dikaji dalam persoalan ini. Menurut pengakuan beberapa pelaku usaha, banyak yang mengatakan pengunjung rata-rata mahasiswa dan pelajar.Karena diberi akses, tentunya ini menjadi angin segar bagi sekelompok pelajar atau mahasiswa kurang ajar” yang menikmatinya. Seharusnya masyarakat sadar akan hal ini, bukan terpedaya oleh keadaan. Seolah-olah melimpahkan tanggung jawab tanpa memberikan solusi. Seperti hanya bisa mengatakan “Harusnya gini, harusnya gitu”.

Sebagai masyarakat kota padang, sudah keharusan merasa bertanggung jawab dalam persoalan ini, Kota Padang yang akan menggelar alek gadang 30 Oktober 2013 juga diharapkan melahirkan pemimpin yang dapat membawa Kota Padang lebih baik. tentunya persoalan tenda ceper ini juga diselesaikan. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun