Mohon tunggu...
Fikriana Mahar Rizqi
Fikriana Mahar Rizqi Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi yang sedang belajar berkomunikasi..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Saya Mau Jihad Pagi, Mbak...”

19 April 2010   16:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

|Minggu, 18 April 2010|


“Saya mau jihad pagi, mbak………” ujar Parjiyem (71). Ia dan anaknya baru saja menempuh perjalanan sejauh 8 km menggunakan sepeda motor dari rumahnya di Baki, Sukoharjo. Sambil berjalan terbungkuk-bungkuk Parjiyem ditatih anaknya menuju ‘gedung biru’ Yayasan Majelis Tafsir Al Quran (MTA).

Adakah alasan yang begitu kuat hingga seorang nenek, yang jalannya tiada lagi tegap mau berjalan menuju ke gedung pengajian Yayasan MTA? Ya. Parjiyem bersama kurang lebih 6000 orang lainnya yang berasal dari Solo dan sekitarnya, bahkan ada peserta yang berasal dari Magelang, Semarang, Surabaya dan Madiun, merelakan datang ke gedung tersebut untuk Jihad Pagi. Jihad Pagi adalah istilah untuk ‘pengajian Ahad Pagi’. Ber’senjata’kan Al Quran, buku catatan dan alat tulis, mereka berjuang melawan musuh utama manusia, kebodohan.

Gelombang massa tersebut menuju sebuah jalan kecil depan Istana Mangkunegaran, tepatnya di Jalan Ronggowarsito. Mereka berbondong-bondong menuju gedung pengajian yang diapit SMP 5 dan Pasar Ngarsopuro.

Sejak pagi, satuan tugas (satgas) berseragam hijau ber-emblem Yayasan MTA telah berjejer rapi di depan gedung untuk mengatur lalu lintas. Bukan hanya kendaraan yang perlu diatur, tapi peserta pengajian juga perlu pengarahan agar tidak macet dan tergencet. Fenomena ini mungkin hanya kita lihat ketika Sholat Idul Fitri atau Idul Kurban. Tapi di gedung Yayasan MTA, gelombang ini terjadi rutin setiap minggu pagi.

Gedung Pengajian Termegah

Bisa dikatakan, gedung pengajian Yayasan MTA merupakan gedung pengajian termegah dan satu-satunya di Solo. Diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 Maret 2009, gedung ini mengusung arsitektur gaya modern minimalis. Penggunaan kaca berwarna biru yang banyak terpasang, membuatnya mendapat julukan ‘Gedung Biru’ serta memberi kesan teduh dan nyaman.

Gedung pengajian Yayasan MTA terdiri dari bangunan empat lantai di atas tanah seluas kurang lebih 4.000 m2. Gedung ini mampu menampung 6.000 orang. Tidak lupa pula kendaraan peserta juga diberikan lahan yang cukup luas di teras gedung. Bila tidak mencukupi- dan pastinya tidak -maka taktanggung-tanggung, SMP 3, SMP 5, SMP 10 dan tepi Jalan Slamet Riyadi-pun dikaryakan untuk menjadi lahan parkir dadakan. Lantai I digunakan sebagai perkantoran dan tempat pengajian Ahad Pagi bagi peserta yang telah lanjut usia atau cacat, sedangkan peserta lainnya menempati lantai II, III dan IV.

Peserta putra dan putri masuk dari pintu yang berbeda. Di masing-masing pintu masuk terdapat stand untuk mendapatkan brosur kajian Ahad Pagi minggu ini, bundle brosur Ahad Pagi dari tahun ke tahun dan rekaman video Jihad Pagi. Di tempat ini pula panitia Jihad Pagi telah bersiap untuk menyambut para peserta. Ada yang bertugas memberikan tas plastik untuk menyimpan sepatu atau sandal peserta, ada juga yang bertugas untuk mengarahkan para peserta ke tempat yang telah disediakan dengan tersenyum ramah.

Di gedung ini telah disediakan berbagai sarana pendukung seperti TV plasma, layar proyektor, dan sound system. Pengajian yang dimulai pukul 07.30 hingga pukul 11.00 WIB ini tidak hanya untuk kalangan warga MTA saja, tapi untuk siapa saja ingin menimba ilmu Agama Islam.

‘’Tempat ini terbuka bagi masyarakat umum’’ kata Drs. Ahmad Sukina, pemimpin Yayasan MTA dalam salah satu kajiannya

Dulu dan Kini

Menurut Marwaningsih (40), seorang peserta pengajian menyatakan bahwa sebelum bertempat di Jalan Ronggowarsito, pengajian Ahad Pagi tidak terlaksana di gedung megah seperti ini.


“ Dulunya bertempat di Kemlayan, tapi semakin hari semakin banyak pesertanya, sehingga tidak cukup lagi”, jelas Marwaningsih yang telah mengikuti Jihad Pagi selama 9 tahun.

Ia pun menjelaskan, selama pembangunan gedung pengajian Yayasan MTA, Jihad Pagi dialihkan ke gedung SMA MTA di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo. Dana pembangunan diperoleh dari infaq peserta Jihad Pagi itu sendiri serta dari warga MTA. Kotak infaq itu sampai saat ini masih ada di tiap lantai gedung.

Saat ini, gedung pengajian MTA telah genap setahun menjadi pusat menimba ilmu agama di Solo. Dengan eksistensinya, diharapkan gedung pengajian Yayasan MTA dapat menjadi suaka bagi pencari ilmu agama dan pencari kedamaian batin di tengah himpitan kehidupan. Bila Anda kebetulan pada hari minggu melewati Jalan Ronggowarsito, dan menghadapi macet yang panjang, jangan keburu panas dan bunyikan klakson. Tenangkan diri, luangkan waktu dan ikuti pengajian Ahad Pagi di gedung pengajian Yayasan MTA, niscaya hari minggu Anda akan lebih sempurna. Mari berjihad pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun