Sistem basis data telah mengalami transformasi besar sejak pertama kali diperkenalkan. Pada awalnya, model hierarki dan jaringan mendominasi, dengan struktur yang kaku dan sulit diperluas. Model ini banyak digunakan di sistem mainframe, di mana data disusun dalam format pohon atau grafik yang menghubungkan berbagai elemen secara langsung. Namun, seiring dengan meningkatnya kompleksitas data dan kebutuhan akses yang lebih fleksibel, sistem ini mulai ditinggalkan.
Kemunculan sistem relasional (RDBMS) pada 1970-an membawa perubahan besar dalam cara data disimpan dan dikelola. Dengan SQL sebagai bahasa standar untuk manipulasi data, sistem ini memungkinkan organisasi untuk menyimpan dan mengambil data dengan cara yang lebih efisien dan terstruktur. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan meningkatnya volume data, RDBMS menghadapi tantangan dalam menangani data yang tidak terstruktur dan berskala besar.
Era Big Data melahirkan NoSQL, yang menawarkan fleksibilitas lebih dalam penyimpanan data. Sistem ini mendukung berbagai model penyimpanan, seperti dokumen, key-value, dan graf, yang memungkinkan pengelolaan data dalam skala besar dan kecepatan tinggi. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal konsistensi dan kompleksitas migrasi data.
Saat ini, teknologi cloud database semakin mendominasi. Konsep Database-as-a-Service (DBaaS) memungkinkan organisasi untuk mengelola data dengan lebih efisien dan skalabel tanpa harus mengelola infrastruktur fisik. Solusi ini menawarkan fleksibilitas, keamanan, dan otomatisasi dalam manajemen basis data, menjadikannya pilihan utama bagi perusahaan yang ingin beradaptasi dengan era digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI