Konstitusi dan negara adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling melengkapi. Dalam konteks demokrasi modern, konstitusi menjadi pondasi yang tak tergantikan dalam pembentukan negara. Konstitusi berperan sebagai dokumen hukum tertinggi yang menetapkan prinsip-prinsip dasar yang mengatur bagaimana pemerintah harus beroperasi sesuai dengan aturan hukum yang ada. Lebih dari sekadar sekumpulan hukum, konstitusi mencerminkan nilai-nilai mendasar dan aspirasi kolektif suatu masyarakat. Dengan mengatur kekuasaan dan kewajiban pemerintah, konstitusi juga melindungi hak-hak warga negara serta menentukan batasan-batasan yang diperlukan agar pemerintahan tetap dalam kerangka hukum yang adil dan transparan.Â
Dalam negara demokrasi, keputusan dan kebijakan yang dibuat harus dengan tujuan utama untuk mensejahterakan rakyat. Konsep kedaulatan rakyat adalah konsep yang menempatkan puncak kekuasaan di tangan warga negara dan harus diterapkan menurut Undang-Undang Dasar. Masyarakat berhak memilih bahkan mempunyai hak dalam memilih siapa yang kemudian akan menjadi pejabat-pejabat di negara Indonesia. Pemilihan Umum, yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, adalah salah satu bentuk kedaulatan rakyat yang paling sering kita lakukan hingga saat ini.
Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga konstitusionalitas dan supremasi hukum. Sebagai lembaga pengawal konstitusi, keputusan-keputusan MK diharapkan bisa meluruskan atau mengklarifikasi kebijakan dan aturan yang dianggap kontroversial, bertentangan dengan prinsip dasar negara, atau yang menimbulkan ketidakpastian hukum. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah keputusan MK justru menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat. Ada keputusan-keputusan yang dipandang memperkuat demokrasi dan stabilitas hukum, tetapi ada pula yang dianggap mencederai kepercayaan publik. Artikel ini akan mengupas lebih dalam dampak dari keputusan MK terhadap dinamika politik dan kepercayaan publik di Indonesia.
Sebagai lembaga yudisial independen, MK kerap kali menjadi rujukan terakhir dalam menyelesaikan sengketa politik, terutama yang terkait dengan pemilu, pilkada, serta masalah-masalah yang menyentuh ranah kekuasaan legislatif dan eksekutif. Keputusan MK dalam menyikapi persoalan-persoalan politik sering kali berimplikasi langsung pada stabilitas politik di Indonesia.
Contoh kasus yang berdampak langsung terhadap dinamika politik adalah ketika MK memutuskan terkait sistem pemilu, seperti keputusan atas sistem proporsional terbuka atau tertutup. Keputusan MK yang memutuskan untuk tetap menggunakan sistem proporsional terbuka, misalnya, menjadi titik penting dalam menentukan bagaimana partai politik mempersiapkan strategi kampanye mereka dan mengelola calon legislatif. Sistem ini memungkinkan masyarakat memilih langsung calon anggota legislatif, bukan sekadar memilih partai. Keputusan tersebut, meski disambut baik oleh sebagian publik, menimbulkan tantangan tersendiri bagi partai politik dalam memastikan setiap kandidat memperoleh dukungan yang cukup.
Selain itu, keputusan terkait ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) juga kerap kali menjadi isu panas dalam politik Indonesia.Â
Dengan keputusan MK yang tetap mempertahankan presidential threshold, hanya partai atau koalisi yang memiliki jumlah kursi tertentu di parlemen yang dapat mengajukan calon presiden. Keputusan ini berpotensi membatasi jumlah calon dan menguatkan dominasi partai besar. Walau bertujuan menjaga stabilitas politik, keputusan ini mendapat kritik karena dianggap mengurangi ruang partisipasi politik dan memonopoli proses pencalonan.
Adapun Dampak Keputusan MK terhadap Kepercayaan Publik yaitu Kepercayaan publik terhadap MK sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat terhadap independensi dan keadilan yang ditunjukkan oleh lembaga tersebut. Keputusan-keputusan yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan rakyat kecil atau bertentangan dengan harapan publik kerap kali menimbulkan ketidakpuasan. Apabila MK terlalu sering mengeluarkan keputusan yang dinilai menguntungkan elite politik atau tidak sejalan dengan semangat demokrasi, kepercayaan publik dapat terkikis.
Kasus paling kontroversial dalam beberapa tahun terakhir adalah terkait revisi UU KPK yang memperlemah Komisi Pemberantasan Korupsi. Ketika MK memutuskan untuk tidak membatalkan revisi UU tersebut, masyarakat, terutama kalangan aktivis anti-korupsi, menganggap keputusan ini sebagai bentuk kemunduran dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Dampaknya, banyak masyarakat merasa MK lebih berpihak pada kepentingan elit politik dibandingkan suara rakyat yang menginginkan pemberantasan korupsi diperkuat. Keputusan ini jelas memperlemah kepercayaan publik terhadap MK, yang sebelumnya dianggap sebagai lembaga independen yang mampu melawan intervensi politik.
Selain itu, ketika MK memutuskan untuk tetap membatasi usia calon kepala daerah, banyak pihak merasa aturan tersebut menutup peluang generasi muda untuk terlibat dalam kepemimpinan politik. Padahal, keterlibatan generasi muda sering dianggap penting untuk membawa perubahan dan inovasi dalam pemerintahan. Ketidakpuasan ini kemudian berkembang menjadi sikap skeptis publik terhadap komitmen MK dalam mendukung perubahan sosial.
Nah disini juga ada Implikasi Terhadap Partisipasi Publik dan Aktivisme Sosial tentang Keputusan-keputusan kontroversial MK tidak hanya berdampak pada dinamika politik formal, tetapi juga memicu gelombang aktivisme sosial. Ketika keputusan MK dipandang bertentangan dengan keadilan publik, kelompok masyarakat sipil dan aktivis sering kali bereaksi dengan melakukan aksi protes atau kampanye untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka. Hal ini tercermin dalam gerakan-gerakan seperti demonstrasi menolak revisi UU KPK, yang melibatkan ribuan mahasiswa dan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.
Aksi-aksi protes ini menandakan meningkatnya kesadaran politik di kalangan masyarakat sipil. Mereka merasa perlu memberikan tekanan kepada MK dan pemerintah agar setiap keputusan yang diambil benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat. Aktivisme sosial ini juga semakin menguatkan pengawasan publik terhadap lembaga-lembaga negara, termasuk MK, dan menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas dalam setiap keputusan yang diambil.
Tantangan Bagi Mahkamah Konstitusi dalam Membangun Kembali Kepercayaan Publik yaitu Menurunnya kepercayaan publik terhadap MK menjadi tantangan besar bagi lembaga tersebut. MK harus mampu menunjukkan bahwa keputusan-keputusannya berlandaskan hukum dan konstitusi, bukan kepentingan politik. Untuk membangun kembali kepercayaan publik, MK perlu lebih transparan dalam proses pengambilan keputusan serta bersikap akuntabel dalam menjelaskan dasar hukum dari setiap putusannya. Hal ini penting agar publik merasa bahwa suara mereka didengarkan dan keadilan tetap menjadi prinsip utama dalam proses peradilan konstitusi.
Di sisi lain, MK juga perlu memperkuat mekanisme komunikasi publik agar masyarakat lebih memahami landasan hukum dan pertimbangan yang digunakan dalam setiap putusan. Penyampaian informasi yang jelas dan mudah diakses akan membantu mengurangi kesalahpahaman serta kecurigaan yang mungkin timbul di kalangan masyarakat.
Secara keseluruhan, dampak keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap dinamika politik dan kepercayaan publik di Indonesia sangat signifikan. Keputusan-keputusan MK tidak hanya membentuk arah kebijakan negara, tetapi juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap integritas dan independensi lembaga peradilan tertinggi tersebut. Ketika keputusan yang diambil MK dirasakan sejalan dengan harapan dan keadilan publik, kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini akan menguat. Namun, jika keputusan MK dianggap berpihak pada kekuasaan atau mengabaikan kepentingan rakyat, kepercayaan publik bisa menurun drastis.
Di tengah tantangan politik dan sosial yang semakin kompleks, MK harus lebih responsif dan berkomitmen untuk menjaga supremasi hukum serta keadilan. Sebagai lembaga peradilan tertinggi dalam ranah konstitusi, MK memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi benteng terakhir dalam menjaga demokrasi dan hak-hak konstitusional rakyat. Oleh karena itu, setiap keputusan yang diambil harus benar-benar mempertimbangkan dampaknya terhadap kepercayaan publik dan stabilitas politik di Indonesia. Jika MK mampu memenuhi harapan ini, maka ia akan tetap menjadi pilar yang kokoh bagi tegaknya keadilan dan kepercayaan publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H