Mohon tunggu...
Fikri At Tamimy
Fikri At Tamimy Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Lahir di Banjarmasin, Kalimantan selatan pada 11 oktober 1993. menghabiskan masa kecil di pondok tahfiz qur'an Al-Ihsan Banjarmasin, dan melewati masa-masa sekolah di pondok pesantran Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai,Kalimantan Selatan. Dan sekarang terdaftar sebagai mahasiwa di fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pendekatan Fenomenologi

26 Mei 2015   10:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua pendekatan dalam fenomenologi yang disorot, yaitu fenomenologi hermeneutic dan fenomenologi empiris, transcendental, atau psikologis. Van Manen telah menulis dalam buku pelajaran tentang fenomenologi hermeneutic dimana dia menjelaskan bahwa riset diarahkan pengalaman hidup, yaitu fenomenologi ditujukan untuk mensiarkan teks kehidupan. Meski Van Manen tidak mendekati fenomenologis dalam serangkaian aturan atau metode, dia membahasnya sebagai jalinan dinamis antara enam pembahasan riset. Para peneliti pertama-tama menuju fenomena yang sungguh menarik bagi mereka. Dalam proses tersebut, para peneliti berfokus pada tema inti, yang menyusun watak pengalaman hidup, mereka menulis deskripsi tentang fenomena tersebut, memelihara hubungan yang kuat dengan topik penelitian dan menyeimbangkan bagian dari tulisan-tulisan tersebut terhadap keseluruhannya. Fenomenologi bukan hanya deskripsi, tetapi juga merupakan proses penafsiran yang penelitinya membuat penafsiran antara makna yang berbeda-beda tentang makna dan juga pengalaman hidup tersebut.

Fenomenolog transcendental atau psikologis kurang berfokus pada penafsiran dari peneliti, namun lebih berfokus pada pengalaman hidup dari partisipan. Disamping itu, juga berfokus pada salah satu konsep epoche (pengurungan) yang para penelitinya menyingkirkan pengalaman mereka sejauh mungkin untuk memperoleh presfektif yang segar dan juga baru terhadap fenomena yang sedang mereka pelajari.

Maka dari itu, transcendental berarti segala sesuatu yang dipahami secara baru, seolah-olah untuk pertama kalinya, namun keadaan yang seperti ini jarang tercapai secara sempurna, akan tetapi, kebanyakan para peneliti yang menganut ide ini, ketika mereka memulai proyek penelitian dengan mendiskripsikan pengalaman mereka dengan fenomena tersebut, mereka mengurung pandangan mereka sebelum berproses dengan pengalaman yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun