Suatu ketika Khalifah Harun Al-Rasyidpernah meminta Imam Malik Rahimahullah untuk mendatanginya "Datanglah ketempat kami" katanya "agar anak-anak kami dapat mendengarkan kitab Al-Muwattha". Maka dengan tegas Imam Malik mengatakan "Semoga Allah menjayakanmu Amirul Mukminin". tambah beliau "Ilmu itu datang dari lingkungan kalian, jika kalian memuliakannya, maka ia akan menjadi mulia. Jika kalian merendahkannya ia akan menjadi hina. Ilmu harus didatangi, bukan mendatangi". kata Imam Malik.
Maka ketika khalifah menyuruh kedua putranya untuk datang ke mesjid untuk belajar dengar rakyat, Imam Malik mengatakan "Tak apa, tapi dengan syarat mereka tidak boleh melangkahi bahu jamaah dan bersedia untuk duduk diposisi manapun yang lapang bagi mereka.
Naaah begitu pentingnya kita memuliakan ilmu, bahkan sampai-sampai Imam Malik menolak ajakan khalifah untuk mengajar di istana, beliau mendoakan dan mengatakan, bahwa ilmu itu harus dicari, harus di datangi, dan dipelajari dengan ikhlas, bukan dengan mendatangi. karena keberkahan suatu ilmu akan terasa jika benar-benar dituntut dengan keikhlasan.
Apalah gunaya ilmu yang kita punya jika tidak mendatangkan keberkahan bagi kita, bahkan yang lebih parahnya lagi justru yang kita pelajari malah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang berbahaya, Naudzubillah. Jika ilmu yang kita punya mendatangkan keberkahan bagi kita, maka pasti akan mendatangkan kebaikan bagi kita, yang manfaatnya terasa di dunia, dan juga di akhirat kelak.
Imam Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah mewasiatkan kepada kita semua tentang syarat-syarat menuntut ilmu, ada 6 hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu yang pertama adalah : Dzakaaun (Cerdas), yang kedua : Hirtsuun (Rakun dan Tamak akan ilmu), ketiga : Ijtihaadun (Penuh kesungguhan dan kesabaran), keempat : Dirhamun (perlunya biaya dalam menuntut ilmu), kelima : Shahibatu Ustadzin (Bersahabat dengan guru atau ustadz), keenam : Tuuluz zamanin (waktu yang lama)
Banyak yang merasa bahwa dia merasa tidak memiliki kecerdasan, percayalah, kemauan yang kuat, tekat yang kuat dan kesungguhan yang luar biasalah yang paling utama, karena kecerasana sejatinya adalah urusan Allah karena Allah yang memberikan, sejauh mana kita mau belajar, sejauh mana kesungguhan kita dalam menuntut ilmu dan seberapa besar keikhlasan kita dalam mempelajarinya, hal itulah yang sangat mempengaruhi keberkahan suatu ilmu tersebut.
Ayah saya pernah mengatakan :walaupun yang menjadi gurunya adalah malaikat Jibril, tapi tidak ada kesungguhana dalam mempelajarinya, maka tidak akan ada hasilnya.
Dalam menuntut imu coba kita lihat kesungguhan Ibnu Hajar Al-Haitami, Seorang ulama besar yang sangat alim dan berpengaruh pada masa beliau dulu, ternyata beliau pernah mengalami masa-masa "hampir menyerah" karena belia merasa beliaulah yang paling bodoh dan sangat sulit dalam memahami pelajaran, namun beliau menemukan hikmah yang luar biasa ketika ketika beliau melihat sebuah batu yang berlubang karena dititisi air setiap saat, disitu beliau menyimpulkan bahwa batu yang keras saja bisa luluh karena tetesan air yang selalu istiqamah menetesinya setiap saat, apalagi otakku ini, kata beliau. disitulah kesungguhan dan keikhlasan beliau dalam meuntut ilmu sehingga pada akhirnya beliau menjadi ulama besar, yang terkenal dengan karya-karyanya yang luar biasa.
Itulah bukti bahwa kecerdasan bukan merupakan tolak ukur utama dalam menuntut ilmu, tapi kemauan yang kuat, semangat yang membara, dan keikhlasan dari hati yang terdalam. Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H