Mohon tunggu...
Fikri Rahmadian
Fikri Rahmadian Mohon Tunggu... Lainnya - Deguns Media

Tulisan yang baik akan memberikan pemahaman yang baik untuk setiap hal yang dilakukan dengan niat yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Sukseskan Program Ketahanan Pangan Menteri Imipas, Lapas Narkotika Gunung Sindur Konversi Padi Menjadi Beras

6 November 2024   15:42 Diperbarui: 6 November 2024   16:09 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BOGOR -- Guna mensukseskan Program Ketahanan Pangan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur terus mendorong kegiatan pembinaan kemandirian penggilingan padi dengan melibatkan warga binaan, yang mampu mengkonversi 10,8 ton padi dari petani menjadi beras siap saji, Senin (4/11),

Hasil produksi penggilingan padi Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur untuk memenuhi pesanan atau permintaan dari pasaran lokal wilayah Parung, Cigombong, Cimone dan pasar diwilayah sekitar Lapas.

Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Dedy Cahyadi menyampaikan pihaknya telah melaksanakan kegiatan penggilingan padi, guna mensukseskan program akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, yaitu memberdayakan warga binaan untuk mendukung ketahanan  pangan, ujarnya.

"Penggilingan padi menjadi mata rantai penting dalam suplai beras nasional, sekaligus memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, dengan kualitas terbaik dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional," imbuhnya.

Pembinaan kemandirian penggilingan padi mempunyai peran penting yaitu mempersiapkan stok beras yang digunakan untuk cadangan pangan pemerintah maupun masyarakat, titik pengolahan gabah menjadi beras, penentu kuantitas dan jenis kualitas beras, penentu harga gabah maupun beras, serta  kegiatan kerja untuk warga binaan.

Untuk diketahui, ketahanan pangan diartikan sebagai  situasi yang ada ketika semua orang sepanjang  waktu mempunyai akses fisik, sosial dan ekonomi  terhadap bahan pangan yang cukup aman dan  bergizi yang sesuai dengan kebutuhan makanan  dan makanan yang disukai untuk kehidupan yang aktif dan sehat (FAO, 2003), pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun