Mohon tunggu...
FIKI MAULANI KURSIDI
FIKI MAULANI KURSIDI Mohon Tunggu... -

A Charming music teacher and a story teller who loves to sing and playing piano

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Istri (yang) Sholehah #2

21 September 2011   06:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:46 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan kuperintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya.” Uwow..Sesuatu banget yaa… *apadeehh… Hihihihi, maaf..karena memang sabda Rasulullah SAW ini sangat bermakna sekali. Yang mungkin, para pria langsung seketika mengangkat dagu setinggi-tingginya dan membusungkan dada sesombong-sombongnya..Dan kita.. (baca:aku) wanita kemudian mencibirkan seraya berkata “whaaatt…enak banget jadi lakiiii..gag bisa gitu dong,era emansipasi nih” Narasi ini masih berhubungan memang dengan yang sebelumnya [baca: Istri (yang) Shalihah (1)] ,yang di sana juga tertera sabda Rasulullah SAW tentang bagaimana seorang istri yang shalihah dalam pandangan Islam. Memang, kedudukan pria di dalam Islam sangat tinggi. Sehingga, pada jaman jahiliyah dulu, sering disalahgunakan dan terlalu diagung-agungkan. Sehingga wanita seperti tidak bernilai apabila jika disejajarkan dengan pria. Dan pada akhirnya, seorang wanita yang mengandung (pada saat itu) pun mengharapkan bahwa anak yang dilahirkannya itu adalah pria. Bagi mereka, anak lelaki akan mengangkat derajat mereka, sedangkan anak perempuan sebaliknya. Namun yang perlu dipahami di sini adalah, sejauh manakah kewajiban taat seorang istri kepada suaminya? Apakah ia merupakan ketaatan mutlak tanpa batas? Ketaatan yang menjadikan istri layaknya budak kepada tuannya? Ataukah ada suatu kondisi di mana ketaatan itu boleh dilanggar, atau bahkan wajib didurhakai? Setelah dicermati,memang Rasulullah SAW memandang bahwa kewajiban taat ini merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang telah menciptakanNya, menciptakan suaminya, dan menciptakan adanya hubungan suci nan mulia di antara keduanya. Ia akan mengatakan, “Kami dengar, dan kami taat”, kemudian ia akan menunaikannya dengan penuh ketulusan dari lubuk hati dan keikhlasan karena mengharap ridha Ilahi. “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun