Mohon tunggu...
Fiki Heriestevi
Fiki Heriestevi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Main voly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Monoteisme Islam (Kajian atas Konsep Tauhid Laa Ilaaha Illalah)

21 Desember 2022   11:56 Diperbarui: 21 Desember 2022   12:19 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.HAKIKAT TAUHID

Perlu diketahui bahwa kandungan kalimat "laa ilaaha illallah" tersebut adalah hakikat dari tauhid yang sebenarnya. Makna itulah yang merupakan tujuan utama penciptaan manusia, inti dakwah seluruh rasul, dan mengapa kitab-kitab diturunkan. Karena makna kalimat tauhid itu pula, terjadi perselisihan dan permusuhan yang sengit antara para Rasul dengan para penentangnya dari orang-orang kafir. Ulama .yang menunjukkan bahwa hakikat tauhid adalah mengikhlaskan atau memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Hal ini tidak lain adalah kandungan makna dari kalimat "laa ilaaha illallah".

Hakikat tauhid terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1.Tauhid Rububiyah

Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah, yaitu Rabb'. Namun ini mempunyai beberapa arti, antara lain Al Murabbi (pemeliharaan), Al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al- Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan). Dalam terminologi syari'at Islam, istilah tauhid Rububiyah berarti percaya bahwa hanya Allah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan Sunnah-sunnahnya". Dalam istilah tauhid Rububiyah belum terlepas dari akar makna bahasanya. Sebab Allah adalah pemelihara makhluk, para rasul dan wali-walinya dengan segala spesifikasi yang telah diberikannya kepada mereka.

2.Tauhid Uluhiyah

Adalah percaya sepenuhnya bahwa Allahlah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk, dan hanya Allahlah yang harus di sembah. Manusia bersujud kepada Allah, Allah tempat meminta, Allah tempat mengadu nasibnya dan manusia wajib menaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

3.Tauhid Ubudiyah

Kata Ubud berasal dari kata kerja, abad yang berarti mengabdikan diri (ibadah). Beribadah kepada Allah dengan menyembah kepada-Nya. Penyembahan disini bukan bermaksud Allah berhajat disembah hambanya karena Allah tidak ingin disembahkan tetapi penyembahan disini merupakan ketaatan, dan kepatuhannya.

Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Aqidah Islam, ia mengemukakan penjelasan tentang pengertian-pengertian sebagai berikut:

1.Laa khaliqa illallah, tidak ada yang maha menciptakan kecuali Allah.

2.Laa raziqa illallah, tidak ada yang maha memberi rezeki kecuali Allah.

3.Laa hafidza illallah, tidak ada yang maha memelihara kecuali Allah.

4.Laa mudabbira illallah, tidak ada yang maha mengelola kecuali Allah.

5.Laa malika illallah, tidak ada yang maha memiliki kecuali Allah.

6.Laa waliya illallah, tidak ada yang maha memimpin kecuali Allah.

7.Laa hakima illallah, tidak ada yang maha menentukan kecuali Allah.

8.Laa illallah, tidak ada yang maha menjadi tujuan kecuali Allah.

9.Laa ma'buda illallah, tidak ada yang maha disembah kecuali Allah

Laa pada awal kalimat tauhid di atas adalah la nafiyata lijinsi, yaitu huruf Nafi Yang menafikan segala macam jenis ilah (tuhan). Ilah adalah huruf istitsna ( pengecualian ) yang mengecualikan Allah SWT dari segala macam jenis ilah yang di nafikan.

Kepercayaan kepemilikian sifat-sifat ketuhanan kepada selain Allah demikian Jelas-jelas menjadi belenggu dan penghalang menuju kebenaran iman atau tauhid Ini. Selain itu, dalam pemahaman lebih jauh hal itu sekaligus menjadi penyebab Gagalnya pencapaian kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah tertinggi (ahsanu taqwim) sebagaimana ditegaskan Alquran surat at-Thin (95) ayat 4. Dalam Ayat tersebut manusia dijelaskan sebagai sebaik-baik atau puncak ciptaan Allah Swt (ahsanu taqwim) atau mahkota ciptaan-Nya Kesyirikan pada zaman modern tidak lagi ditandai dengan penyembahan secara fisik, karena berhala pada zaman sekarang lebih didasari sikap Dan perilaku. Maksud pernyataan ini adalah sikap dan perilaku pemberhalaan Terhadap sesuatu atau seseorang. Ada beberapa syirik pada zaman modern ini Yang patut direfleksikan agar setiap orang Muslim dapat lebih terjaga Kemurnian tauhidnya kepada Allah Swt kendatipun mereka jelas-jelas tidak Menyembah berhala. Beberapa contohnya adalah sikap pemberhalaan terhadap Harta benda atau materi, tahta atau kekuasaan, dan syahwat atau seks.

1.Tahta dan kekuasaan

Memungkinkan orang syirik pada zaman modern ini adalah pangkat atau tahta. Pangkat ini sangat erat hubungannya dengan uang,. Sehingga sangat mungkin di salah gunakan oleh orang- orang untuk mendapatkan uang dan harta. Orang yang mempertaruhkan jabatan tidak peduli dengan nilai atau etika untuk meraihnya.jalan tidak benar pun akan ditempuh demi kekuasaan.

2.Syahwat dan seks

Pada zaman ini memungkinkan seseorang syirik banyak melakukan syahwat (seks). Banyak orang untuk memenuhi keinginan akan seks ini tidak lagi mengindahkan nilai-nilai luhur agama. Orang yang telah terlanjur melakukan seks tidak akan bisa lagi melihat batas-batas kewajaran, sehingga ia akan melakukan apa saja demi kepuasan seksnya.

3.Harta benda atau materi

Pada zaman modern ini orang syirik yang paling di utamakan ialah uang, karena uang ini termasuk "ilah" yang paling berkuasa di dunia ini. Memang telah nyata di dunia bahwa hampir semua yang ada di dalam hidup ini dapat diperoleh dengan uang, bahkan dalam banyak hal harga diri manusia pun bisa dibeli dengan uang.

B.EFEK SEMANGAT TAUHID

Konsep monoteisme Islam dalam rumusan tauhid laa ilaaha illallah dapat di maknai sebagai "pembebasan". Jika hanya Allah SWT sebagai pencipta (laa khaliqa illallah) makna selain Allah baik manusia, Malaikat, setan, maupun alam, semuanya adalah makhluk (ciptaan) Allah. Semua makhluk memiliki derajat dan kedudukan yang sama.derajat itu adalah makhluk (ciptaan) Allah tadi. Tidak dibenarkan sesama makhluk atau ciptaan ini di posisikan di luar persamaan derajat tdi seperti sikap dan perilaku mempertahankan alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun