Mohon tunggu...
fikar arsyad
fikar arsyad Mohon Tunggu... -

hello there, im fikar.. peace n have a nice day :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Cari-cari Kesalahan Jokowi

19 April 2012   15:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAMPANYE POSITIF VS NEGATIF Sebenarnya lebih enak jika kita sama-sama kampanye positif. Semestinya kita memang tidak suka mencari kesalahan orang lain. Ibarat dagang yah toleransi gapapa lah mempromosikan kehebatan produk kita, tetapi kurang etis kalau sampai menjatuhkan produk lawan. Apalagi cari-cari. Dalam hal ini saya sepemikiran dengan bapak  Hidayat Nur Wahid. Elegan. (saya tidak promosi lo hehe.. ini objektif, saya bukan penduduk DKI, bukan Klaten juga) Tapi saat ini tampaknya beragam cara dipakai tokoh politik untuk menjatuhkan lawannya, mulai yang substansial sampai yang kelihatan sekali cari-cari. Saya rasa kita pernah  mendengar hal seperti ini: - Gubernur sebelumnya bisa menyelesaikan 10 koridor dalam 3,5 tahun, dia cuma 1 koridor dalam 5 tahun (apa kerjanya??) - Orang daerah yang mencalonkan diri ke Jakarta bakal ngacak-acak Jakarta - Guru di Solo gajinya sedikit, guru di Jakarta gajinya banyak. - Solo banyak penduduk miskin, Papua juga. - Tingkat kelulusan siswa Jakarta lebih tinggi daripada di Solo - Belum selesai masa jabatannya kok mau meraih yang lebih tinggi (padahal Ketua Dewan Pembina Partainya sendiri ya loncat jabatan hehe tapi ya tidak diprotes hehe) - dsb Dari komentar di atas kita bisa melihat mana yang komentar negatifnya masih substansial (ia dia menjatuhkan hasil kerja lawan, tetapi memang hal itu perlu diperbaiki) dan mana yang lebih parah lagi sekedar cari cari kesalahan. BAJU KOKO JOKOWI Nah sehubungan dengan ramainya isu terakhir yang Jokowi mengatakan, “Ya bosenlah. Semua yang maju ke pilkada selalu pakai baju koko dan kopiah, biar kelihatan religius ” Kata Jokowi di markas Tribun news di Palmerah Selatan, Komplek Kompas Gramedia, Senin (16/4/2012). Banyak yang menanggapi hal itu, ini di antaranya: 1. Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) H Tatang Hidayat meminta kandidat calon pasangan gubernur DKI  Joko Widodo (Jokowi)- Basuki Tjahja Purnama (Ahok) meminta maaf. ”Seolah-olah dia tidak tahu baju koko itu sudah menjadi kearifan lokal budaya Betawi, dan sudah sejak lama menjadi sebuah identitas nasional seperti halnya baju adat istiadat daerah lain," kata Tatang dalam rilisnya kepada Tribun, Jakarta, Kamis (19/4/2012). 2. Ketua Forum Pemuda Betawi, Rahmat HS, mengatakan baik secara pribadi maupun organisasi, dirinya merasa terkejut membaca pernyataan Jokowi di media online. "Silahkan saja kalau mau pakai baju kotak-kotak, tetapi jangan mengeluarkan statement seperti itu. Kalau pakai baju koko, kan tidak mungkin pergi ke diskotik. Di Solo juga tidak mungkin tidak ada yang pakai baju koko," ujar Rahmat, Kamis (19/4/2012) saat ditemui di gedung Nyi Ageng Serang. 3. dsb Sebenarnya dari pernyataan Jokowi kita bisa menyimpulkan bahwa: IA BOSAN DENGAN PENCITRAAN PAKE BAJU KOKO DAN SARUNG SUPAYA TERKESAN RELIGIUS. ini poinnya, jokowi bukan tidak suka baju koko atau ga suka sarung. Saya rasa kita tidak semestinya membelokkan dari yang sebenarnya. Jokowi suka pakai baju muslim, peci dan saya rasa suka pakai sarung. tapi bukan untuk pencitraan biar kesannya religius. Tempo hari ke sunda kelapa pakai koko putih dan peci, Jumatan dengan baju Muslim dan peci, juga makan di warteg masih menggunakan baju itu (karena setelah Jumatan), juga diundang pengajian beliau pakai peci.

1334848813378581432
1334848813378581432
1334848870199572703
1334848870199572703
Kita perlu kejujuran, baju koko sebagai baju Muslim yang semestinya dimuliakan tidak semestinya dijadikan politik pencitraaan supaya terkesan religius. Yang wajar saja. Kalau memang suka pakai saja terus tidak apa-apa baik saja. Kalau memuliakannya kalau akan ke tempat ibadah monggo saja baik saja. Tetapi: MENGGUNAKAN BAJU IDENTITAS KEAGAMAAN UNTUK POLITIK ITU MERENDAHKAN KEHORMATAN AGAMA ! Kita sering melihat terdakwa sekarang banyak yang pakai baju putih biar terkesan suci, terkadang tersangka koruptor, pemadat, pakai kopyah, pakai rida (selendang ulama), pakai baju koko di hadapan hakim. Padahal sehari2 ya sangat jarang. INI APA? bukankah itu merendahkan??
1334849277811875259
1334849277811875259
133484951096720339
133484951096720339
Nah seseorang yang akan maju cagub pastilah kostum yang dipakai/ foto cagubnya dipertimbangkan masak-masak. tidak mungkin tidak. Bohong kalau bilang tidak pakai pencitraan. Biasanya pakai konsultan untuk menentukan kostum yang pas. Image/pencitraan apa yang akan disampaikan (saya yakin jokowi pun begitu). Dalam hal ini Jokowi memilih MERAKYAT sebagai "pencitraan". Yang memang Jokowi selama menjabat walikota memang merakyat, tidak hanya saat pilkada. Akan maju DKI ia bagi-bagi beras kepada masyarakat Solo (bukan masyarakat Jakarta), setelah terpilih walikota, jauh sebelum akan ke DKI juga sudah bagi bagi beras. Saat tidak diliput ya bagi beras, saat diliput ya bagi beras. Jadi ya pencitraan yang tulus saya istilahkan. Pencitraan yang memang Jokowi apa adanya begitu. Ini saya menilai positif daripada sehari-hari jarang pakai baju koko pas mau pilkada tiba-tiba pakai baju koko.  Sehari-hari tidak peduli budaya tiba-tiba pas pilkada pakai baju beralasan budaya... Ngapain?? Apa pencitraan yang ingin ditampilkan?? Inilahz yang dimaksud Jokowi. Kalau memang senang pakai baju koko, senang dengan pakai sarung, positif saja. Supaya jadi lebih ingat kepada Tuhan, silakan baik2 saja hal itu. saya tidak pernah dengar Jokowi bosan dengan sorban, sarung, baju putihnya ulama di Solo/Jakarta/tempat lain ... Memang sehari-hari pakainya itu kok.. Bukan supaya terkesan memajukan budaya, terkesan religius, dsb TIDAK HANYA BAJU KOKO, JAS JUGA Sebagaimana jokowi juga pernah mengatakan bosan dengan foto cagub pakai jas…  bukannya ia benci jas lalu setiap yang pakai jas buruk. bukan begitu. tapi karena sudah keseringan foto cagub pakai jas, jadi bosen. apalagi bila untuk pencitraan biar keliatan pinter n modern . jokowi sendiri bila kesempatannya memang mesti pakai akan pakai jas.. di solo ia sering pakai jas untuk kesempatan yg memang sesuai. Bukan supaya kelihatan pinter padahal tidak tahu apa-apa...
13348504421095663778
13348504421095663778
Terima kasih sudah membaca, semoga ada gunanya... Semoga dalam kebahagiaan selalu dan tercapai segala cita-cita :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun