Bahasa adalah sesuatu yang bersistem. Karena kesistemannya, maka otomatis bahasa juga adalah suatu hal yang sistematis. Kesistematisan bahasa membuat bahasa memiliki hubungan atau relasi antara satu dengan lainnya (satuan, komponen, unsur bahasa). Hal ini dapat terlihat pada kerelasian makna yang meliputi sinonimi, antonimi dan sebagainya.
Hal yang akan saya bahas di sini adalah mengenai relasi makna dalam wujud sinonim. Di buku-buku pelajaran bahasa Indonesia anak-anak sekolah, sinonim seringkali didefinisikan secara singkat adalah kesamaan makna. Sungguh hal ini adalah kekeliruan besar! Dalam prinsip semantik (ilmu kajian makna) tidak ada satupun makna yang sama. Buktinya, kata atau leksem Ayah dan Bapak yang tidak dapat dipertukarkan dalam kalimat 'Bapak SBY telah tiba'. Bukti lainnya adalah frasa ikat pinggang yang bersinonim dengan ban,kata ban yang bersinonim dengan roda.Jika memang kata-kata tersebut sama maknanya, tentu ikat pinggang juga sama maknanya dengan roda,0tetapi kenyataannya tidak. Intinya,0tidak ada kesamaan makna jika bentuknya berbeda (prinsip semantik), dan sinonim sebenarnya adalah kemiripan makna, bukan kesamaan makna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H