Mohon tunggu...
Fika Rahmanita
Fika Rahmanita Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Research

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Viral Berita Pelajar Emosi Saat Terima Berita dari Pacar? Pentingnya Pendidikan Pancasila sebagai Implementasi Pendidikan Karakter

5 Maret 2023   13:16 Diperbarui: 5 Maret 2023   13:21 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Goleman (2017), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur emosi, mempertahankan emosi dan mengekspresikannya melalui kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi diri dan keterampilan sosial.

Emosi adalah bagian integral dari menjadi manusia. Namun, ada juga situasi dalam kehidupan kita sehari-hari di mana sulit untuk mengendalikan emosi positif dan negatif. Ledakan amarah atau ekspresi kegembiraan yang luar biasa saat menghadapi sesuatu.

Jika berbicara tentang emosi, banyak yang mengartikan bahwa emosi selalu bermakna negative. Perlu diketahui bahwa emosi juga dapat berupa hal positif.

Emosi positif adalah emosi yang menghadirkan perasaan positif. Misalnya kebahagiaan, cinta, harapan, asmara, dan keimanan. Sedangkan emosi negatif adalah emosi yang identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan menimbulkan perasaan negatif. Misalnya takut, sedih, kecewa, cemas, dan bersalah. Kecerdasan emosional adalah respon terhadap faktor psikologis, pelatihan emosi dan Pendidikan.

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor internal ini akan membantu individu mengelola, mengontrol, mengendalikan, dan mengkoordinasikan keadaan emosi sehingga terwujud secara efektif dalam perilaku. Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosi sangat erat kaitannya dengan keadaan pikiran emosional. Bagian otak yang berhubungan dengan emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh di dalam belahan otak dan terutama bertanggung jawab untuk mengatur emosi dan perasaan. Meningkatkan kecerdasan emosional secara fisik dapat dilakukan melalui puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan perasaan fisik manusia, tetapi juga mengendalikan kekuatan perasaan emosional. Salah satu puasa yang dimaksud adalah puasa sunnah pada hari senin dan kamis.

Kegiatan yang berulang akan menciptakan rutinitas. Rutinitas dapat memberikan pengalaman yang mengarah pada pembentukan nilai (values). Jika diulangi, respons emosional menjadi kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunnah Senin-Kamis, kegairahan, hasrat, dan reaksi emosi negatif dilatih untuk diabaikan sehingga mampu menjaga tujuan puasa. Kejernihan hati yang diciptakan melalui puasa sunnah Senin-Kamis akan menawarkan hati nurani yang bersih sebagai landasan penting bagi perkembangan kecerdasan emosional.

Pembinaan untuk pengembangan intelektual dapat menjadi proses pembelajaran individu. Manusia memahami emosi yang berbeda dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Belajar tidak terbatas pada sekolah, tetapi dalam keluarga dan dunia keluarga. Sistem pendidikan di sekolah hendaknya tidak hanya mengedepankan kecerdasan akademik, tidak membedakan kehidupan dunia dan akhirat, serta tidak menjadikan ajaran agama secara formal. Salah satu implementasi Pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Ketuhanan dalam Sila Pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa melengkapi ilmu pengetahuan dalam menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional, emosi dan nalar. Prinsip ini menempatkan manusia di alam sebagai bagian darinya, bukan di tengahnya. Pemahaman nilai-nilai ketuhanan dalam prinsip-prinsip YME tidak memungkinkan adanya ide-ide seperti ateisme, fundamentalisme dan ekstremisme agama, sekularisme ilmiah, antroposentrisme, dan kosmosentrisme.

Nilai-nilai kemanusiaan dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengarahkan dan menguasai ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu pengetahuan harus didasarkan pada tujuan awal atau fungsi utama penemuan ilmiah yaitu untuk mengajarkan, mengembangkan dan memajukan harkat dan martabat manusia, dan ilmu pengetahuan tidak hanya untuk kelompok dan strata saja.

Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia melengkapi universalisme dengan perintah lain agar supersistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem. Solidaritas dalam subsistem penting untuk kelangsungan individualitas secara keseluruhan, tetapi tidak mengganggu integrasi. Makna nilai persatuan dalam prinsip persatuan Indonesia terletak pada pengakuan akan keberagaman dalam kesatuan: koeksistensi, kohesi, kesetaraan, kekeluargaan dan supremasi hukum. Implementasi nilai persatuan diantaranya adalah bergaul dengan siapa saja, tanpa membedakan suku, ras, agama, dan budaya. Menghargai perbedaan pendapat di antara kelompok.

Nilai Kerakyatan dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sejalan dengan autodinamika ilmu pengetahuan dan teknologi, ia berkembang dengan bebas. Eksperimen, aplikasi, dan diseminasi pengetahuan harus demokratis sehingga perwakilan dapat mendiskusikannya, mulai dari kebijakan, penelitian, hingga aplikasi massal. Inti nilai kerakyatan dalam Sila ke-4 adalah menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang beradab. Tidak menyisakan ruang bagi konsep egoisme ilmiah (puritanisme, otonomi ilmiah), liberalisme dan individualisme dalam konteks kehidupan. Implementasi nilai-nilai kerakyatan diantaranya pemenuhan hak dalam pemilihan umum dengan tujuan pengambilan suara terbanyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun