[caption id="" align="aligncenter" width="470" caption="Sedikit Narsis/dok.pribadi"][/caption] Dalam artikel ini saya ingin membagikan pengalaman saya memenangi lomba review film Negeri 5 Menara. Dengan harapan semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat buat rekan-rekan lain yang sedang mengikuti lomba serupa. Tips ini memang bukan jaminan untuk memenangi sebuah kontes blog. Karena setiap kontes blog pasti memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda. Silahkan di simak dan semoga bermanfaat. Luruskan Niat Ketika pertama kali membaca perjalanan Ahmad Fuadi menulis novel Negeri 5 Menara, ada hal yang saya garis bawahi. Fuadi mengatakan "Luruskan Niat". Fuadi tidak memikirkan bahwa novelnya akan banyak di baca orang. Fuadi hanya ingin novelnya bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Pesan Fuadi itu saya renungkan dalam-dalam. Mungkin inilah alasannya mengapa saya gagal ketika mengikuti lomba injeksi Yamaha yang di selenggarakan Kompasiana awal tahun 2012 lalu. Tujuan saya menulis bukan diniatkan untuk orang lain, melainkan tergiur dengan hadiah yang sangat menjanjikan. Maka ketika saya mulai menulis review, betul-betul saya niatkan agar tulisan tersebut bisa benar-benar bermanfaat buat orang lain. Betul bahwa hati dan pikiran tidak bisa dibohongi. Hati kecil saya juga tak bisa dibohongi. Saya akui bahwa masih ada perasaan agar tulisan ini bisa menang. Tapi saya mencoba agar perasaan itu tidak terlalu mendominasi terutama ketika saya menuliskan reviewnya. Saya teringat dengan kata-kata yang diucapkan oleh kakek saya. Inti ajaran Islam adalah Ma'rifatullah. Inti dari Ma'rifatullah adalah akhlak. Inti dari akhlak adalah sillaturrahim. Dan inti dari sillaturrahim adalah menggembirakan orang lain. Konsep ini saya tanamkan dalam-dalam agar apa yang saya tulis dapat membuat orang gembira dan tentu berharap bisa bermanfaat. Maka review tersebut saya tutup dengan pepatah yang mengatakan bahwa "Orang terbaik adalah mereka yang bisa bermanfaat untuk orang lain". Pepatah ini sejalan dengan konsep orang besar yang di katakan oleh Kyai Rais dalam Film N5M. Gunakan Bahasa Sehari-Hari Ketika saya membaca beberapa hasil karya yang memenangi kontes/lomba blog hampir seluruhnya menggunakan bahasa yang mudah di cerna. Bahasa yang dekat dengan keseharian kita. Maka gunakanlah bahasa yang paling sederhana yaitu bahasa sehari-hari. Imajinasikan bahwa kita sedang berbicara pada seseorang. Dengan demikian bahasa tersebut tentu akan lebih mudah dicerna oleh semua kalangan. Itulah yang saya coba praktekkan. Saya memulai review saya dengan background yang merupakan sebuah pengalaman pribadi. Dengan demikian setelah menceritakan pengalaman pribadi, feel nya bisa dapat. Sehingga ketika menulis review tersebut terasa lancar karena seolah sedang bercerita. Lakukan Riset Kecil Sebelum memulai review saya juga sudah membaca beberapa review yang sudah di ikut sertakan dalam lomba. Saya mempelajarinya satu demi satu. Kemudian saya catat beberapa kelebihan dan terutama hal-hal yang belum di bahas. Kelemahan review orang lain adalah modal bagi kita untuk menulis review dengan lebih baik lagi. Selain itu saya juga membaca dan menelusuri berita-berita yang berkaitan dengan film Negeri 5 Menara. Selain itu saya juga mengikuti akun @N5Mthemovie dan @fuadi1 sehingga saya mengetahui setiap berita dan update terbaru. Dari beberapa berita yang saya baca, kemudian diantaranya saya coba kemukakan kembali dengan bahasa saya sendiri dalam review tersebut. Seumber berita bisa dari berbagai macam media. Mulai dari media elektronik, cetak, dan yang paling mudah adalah media sosial. Mengapa media sosial? Karena media sosial mempunyai kekuatan tersendiri. Seperti Kompasiana dengan Citizen Journalismnya ternyata memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan portal berita lainnya. Ada juga beberapa pandangan beberapa tokoh terkemuka yang saya kutip. Diantaranya Prof. Komaruddin Hidayat dan Prof. Anies Baswedan. Keduanya merupakan rektor Universitas terkemuka di Jakarta. Keduanya tentu saja concern terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, salah satunya adalah film Negeri 5 Menara. Pendapat mereka tentang film Negeri 5 Menara sengaja saya kutip untuk menguatkan pendapat saya atau bisa juga sebagai tambahan saja. Jangan Menunda Untuk Menulis Kadang kala ketika kita membaca beberapa review yang telah di tulis oleh orang lain nyali kita menjadi ciut. Mengapa? Karena kita merasa apa yang sudah di lakukan orang lain sudah lebih baik dibandingkan kita yang belum melakukan apa-apa. Saya katakan, jangan menyerah sebelum bertanding. Lakukan sebaik mungkin dan sesegera mungkin. Action, action dan action! Maka agar momennya tidak semakin terlewat lakukan segera dan bertindak dengan cepat. Sekali kita kehilangan momen akan semakin banyak yang terlewat. Ujung-ujungnya malah nanti tulisan kita yang di anggap membahas ulang apa yang telah dibahas oleh orang lain. Lebih cepat lebih baik. J Mantra Sakti Dalam Sebuah Lomba Blog Konsep dasar jurnalistik yaitu 5 W dan 1 H mutlak harus tersaji dalam setiap tulisan. Maka konsep dasar itulah yang selalu saya gunakan dan sudah menjadi sebuah kewajiban. Dalam setiap tulisan harus tersaji informasi what, who, when, where, why dan how. Bahkan beberapa diantar sebuah tulisan dan berita menurut Kang Pepih dan Mas Isjet, 5 W dan 1 H ini paling tidak sudah muncul di paragraf pertama atau dua paragraf di awal. Follow Orang-Orang Yang Expert Dalam Dunia Tulis Menulis Terus terang apa yang saya lakukan banyak terinspirasi dari beberapa orang yang akunnya saya follow di twitter. Seperti Kang @pepih, Mas @iskandarjet dan Mas Wisnu @beginu. Disamping itu juga saya selalu mengikuti kuliah singkat menulis dari Kang Pepih di Facebook. Sedangkan Mas Isjet selalu ngetwit beberapa hal penting. Misalnya ketika mas Isjet bilang bahwa sebuah tulisan akan lebih bermakna jika dilengkapi dengan gambar bahkan sebuah video. Dengan begitu akan semakin menguatkan presepsi pembaca. Nah itulah yang saya lakukan. Seolah tweet tersebut memang ditujukan untuk review yang saya kerjakan. Sedangkan mas @beginu sudah jauh hari banyak sekali menginspirasi saya. Cara-caranya dalam mendapatkan berita dan proses penyusunan buku serial Pak Beye dkk begitu berharga. Kisah-kisahnya juga banyak sekali yang saya pelajari dan saya tiru. Terutama kebiasaan pak JK yang selalu membaca notes kecil dengan bolpen pilotnya. Maka jangan mudah puas dengan akun-akun yang dapat membuat kita tertawa atau akun yang menungkapkan berbagai rahasia di twitter. Kita harus memfollow orang-orang yang justru harus bisa membuat kita semakin berubah dan berkualitas. Sebarkan Tulisan Kita Melalui Social Media Jangan pernah sungkan dan malu untuk menyebarkan tulisan kita melalui social media. Tulisan saya bahkan saya tweet berulang kali dan hampir setiap hari. Karena saya yakin banyak orang yang belum tentu setiap hari buka twitter. Harapannya tentu saja mudah-mudahan semakin banyak orang yang menbacanya. Kadang ada lomba yang mengutamakan Search Engine Optimation. Inilah salah satu fungsinya socila media. Ibarat sebuah iklan di televisie yang selalu kita tonton berulang-ulang. Memang ada etikanya juga. Jangan juga terlalu membanjiri Time Line dengan link tulisan kita. Coba saja di program misalnya setiap hari kita tweet satu kali sehari pada waktu yang berbeda-beda. Bisa pagi hari, esok harinya siang hari, esoknya lagi malam hari. Terus lakukan berulang-ulang sampai masa lomba selesai. Dengan demikian hal tersebut akan semakin memperbanyak orang yang membaca tulisan kita. Jika orang lain merasakan manfaatnya tentu saja mereka tidak segan untuk menyebarkan ulang tulisan kita tersebut. Maka balik lagi ke niat awal, buatlah tulisan yang bermanfaat untuk orang lain. Setidaknya jika keberuntungan belum berpihak pada kita minimal tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Sedekah Kekuatan sedekah mungkin adalah salah satu kekuatan tersembunyi namun memiliki dominasi paling besar. Keputusan yang sudah dibuat bisa berubah seketika karena kekuatan sedekah. Nah, konsep Ust. Yusuf Mansyur saya terapkan dalam setiap keinginan yang saya harapkan. Tak perlu saya sebutkan nominalnya. Yang jelas setiap hari Jumat saya lipat gandakan sedekah saya sejak review yang saya tulis di publish dan diikutsertakan dalam lomba. Bolehkah berniat mendapatkan sesuatu dari yang kita sedekahkan? Jawabannya boleh. Dan sudah banyak yang mempraktekkan kekuatan sedekah sebagai penolong, sebagai jalan keluar dalam kesulitan, sebagai pertolongan terakhir ketika seseorang mencapai kebuntuan. Saya selalu berdoa dengan spesifik. Supaya lebih jelas dan terarah hahahaha. "Ya Rabbi, tolong hamba dalam kontes lomba ini. Semoga hamba bisa mendapatkan manfaat dari kontes ini. Jika engkau belum mengizinkan maka mudah-mudahan tulisan tersebut bisa bermanfaat untuk syiar Islam" itulah kurang lebih doa yang saya utarakan setiap memasukkan sejumlah uang ke kotak sedekah tiap Jumat ketika sholat Jumatan di Masjid. Jika efeknya ingin segera terasa jangan sungkan untuk turun ke jalan. Cari-carilah alasan untuk membeli dari pedagang yang tua renta, tuna netra dan mereka yang terus berjuang untuk menghidupi diri mereka dengan kerja keras. Lebihkan jumlah uang yang seharusnya dibayarkan. Dengan demikian kita sudah melapangkan kesulitan orang lain. Jalan sedekah saat ini cukup banyak. Di twitter ada #sedekahrombongan #sedekahdiantar #makelarsedekah dan lain sebagainya. Kita cukup transfer via bank dan seketika kita sudah bersedekah. Jangan perhitungan! Sedekah tidak melulu soal uang. Saya pernah sekali waktu menolong ibu-ibu yang tampaknya sedang menunggu ojek yang tak kunjung datang di daerah UMJ, Gintung. Kemudian saya tawarkan tumpangan. Saya antarkan ibu tersebut ke Masjid. Karena tujuannya kebetulan memang ke sebuah pengajian. Ibu yang saya tolong tersebut bahkan sempat mengeluarkan uang yang cukup lumayan. Tapi secara halus saya tolak. Alhamdulillah karena menolong ibu-ibu tadi, saya mendapatkan kemudahan ketika test TOEFL yang saya ikuti beberapa jam setelah saya mengantar ibu tadi. Mukjizat bisa kita ciptakan dengan bersedekah. Penutup Tanpa berusaha semua akan menjadi sia-sia. Semua butuh proses dan ketekunan. Apa yang saya lakukan termasuk membuat saya semakin termotivasi agar saya bisa meningkatkan kualitas diri. Percaya dan yakin dengan kemampuan diri adalah kunci utama untuk memenangi lomba. Terus menerus latih dengan menulis setiap hari. Dengan demikian keterampilan kita akan semakin terasah. Apa yang saya lakukan belum seberapa. Masih banyak yang lebih berpengalaman dan lebih hebat lagi. Ingatlah diatas langit pasti ada langit. Jangan mudah berpuas diri dan terus berusaha untuk semakin lebih baik lagi. Jika sudah menang, jangan lupa untuk bersedekah. Agar hadiahnya lebih bermanfaat dan membawa berkah. Minimal 10% dari hadiah yang kita dapatkan. Besarannya jangan sampe dibawah pajaknya yang 10%. Meski ketentuan zakat hanya 2,5% sebaiknya kita lipat gandakan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada diri kita sendiri atau mungkin keluarga kita. Nah, itu saja ya rekan-rekan. Mudah-mudahan ada pemenang-pemenang lain yang bisa memberikan manfaatnya bagi orang lain. Salam dari @gurubimbel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H