Saya masih ingat betul saat duduk di bangku SMP, setiap sore hari memiliki tugas untuk membantu almarhum Ayahsaya untuk memberi pakan kambing. Biasanya pakan itu kami beli dulu di pabrik tahu. Iya, ampas tahu adalah salah satu pakan kambing selain rumput yang Ayah berikan pada kambing-kambing kami.
Bagi beberapa orang di kampung kami, kambing merupakan salah satu wujud investasi pendidikan bagi yang menjanjikan. Biasanya harga kambing akan melonjak pada saat hari raya Kurban atau Idul Adha.
Mungkin dari kebiasaan orang kampung itulah Ayahjuga akhirnya memelihara beberapa ekor kambing. Kambing Ayahgemuk-gemuk. Hampir dipastikan semua sehat. Setiap pagi, ayah sejak subuh selalu berburu sayuran di pasar. Sayuran-sayuran yang rusak dan yang sudah tidak digunakan kemudian dikumpulkan oleh ayah untuk diberikan kepada kambing-kambing peliharaan kami.
Rasanya kambing-kambing Ayah termasuk mendapatkan makanan yang bergizi karena beberapa sayuran yang dikumpulkan beragam, mulai dari potongan wortel, kol, kubis hingga daun jagung yang manis.
Saat tidak mendapatkan sayuran di pasar. Ayah biasanya mencari rumput gajah liar dimanapun berada. Kadang harus ke tengah kota atau ke pesesisir desa. Kadang saya menemaninya saat libur, namun Ayahlebih sering pergi mencari rumput sendirian.
Waktu itu saya tak mengerti kenapa Ayahmemelihara sejumlah kambing. Saya pun hanya paham bahwa Ayah terkadang menjual kambingnya jika butuh uang. Bahkan kadang juga dipotong sendiri jika sedang ada acara keluaraga terutama akikah dan Idul Adha.
Karena dipelihara sendiri, daging kambingnya tidak bau dan empuk. Sangat lezat untuk diolah bagaimanapun juga. Bisa diolah menjadi sate ataupun gulai.
Barulah ketika beranjak dewasa saya mengerti bahwa Ayah tengah berinvestiasi untuk pendidikan anak-anaknya di masa depan dengan memilihara kambing. Dan itu bukan dilakukan oleh Ayah saya saja. Ada banyak Ayah lain yang menggantungkan dan pendidikan anak-anaknya dengan cara memilihara kambing. Namun, memelihara kambing bukan tanpa resiko.
Suatu waktu salah satu kambing betina Ayah hamil tua. Sayang, menurut Ayah sepertinya sang anak kambing telah mati dalam kandungan. Sementara sang induk kondisinya semakin melamah. Karena tubuh bayi kambing sudah terlalu besar dan sang induk sudah semakin kehilangan tenaga akhirnya Ayah berinisiatif untuk melakukan operasi kelahiran kambingnya sendiri. Saya pun ikut membatunya.
Saat itu perasaan saya sangat tegang. Hidup mati sang induk kambing ada di tangan kami berdua. Benar saja dugaan ayah, saat kepala bayi kambing itu mulai menyembul ternyata sudah tidak bersuara dan bau busuk langsung menyeruak. Ingin rasanya segera selesai saja proses penyelamatan sang induk itu.