Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Prof. Tjipta Lesmana : Jokowi Presiden, Ibukota Aman! Prabowo Presiden, Bubar Kabeh!

7 Juni 2014   06:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:53 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="564" caption="sumber: detik.com"][/caption]

Dari kurun waktu 2003 hingga 2013 (10 tahun), ternyata Proyek Monorel di Jakarta sudah mengalami tiga kali proses peletakan batu pertama (lihat linimasa gambar). Mulai dari Presiden Megawati saat itu (2004), Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat itu (2006), hingga terakhir adalah Gubernur DKI Jakarta, Jokowi yang saat ini sedang cuti karena ikut turun dalam pertarungan pemilihan presiden 2014-2019.

Jika di tilik dari tema Kompasiana Nangkring bersama PT. JM di Outback Seakhouse Kuningan City Mall (24/5), Jakarta sedikit tersibak bahwa anggapan PT. JM bahwa proyek monorel yang mangkrak selama bertahun-tahun ini terkendala bukan hanya karena persoalan infrastruktur melainkan hal yang lebih pelik yakni persoalan "politis".

Menurut salah satu sumber yakni Prof. Tjipta Lesmana yang merupakan pakar komunikasi politik UPH, mengatakan dengan berapi-api bahwa "Jika Jokowi jadi Presiden, maka persoalan transportasi di Jakarta akan aman, sedangkan jika Prabowo yang jadi Presiden maka menurutnya ibukota akan dipindahkan, sehingga tak perlu lagi monorel, bubar kabeh!" tuturnya kepada para kompasianer dan awak media yang hadir saat itu.

Sebagai rakyat awam, dari statement Tjipta Lesama tersebut tentu saya dapat menyimpulkan bahwa selama ini transportasi yang nyaman bagi rakyat memang akan sulit diwujudkan karena tidak ada political will dari pemerintah pusat. Sebagai salah satu contoh tidak adanya political will yang jelas adalah izin mobil murah meriah alias LCGC disaat DKI gencar melakukan kampanye beralih pada transportasi publik. Jelas hal tersebut menurut Tjipta Lesmana mencederai planning Jokowi, sebagai Gubernur DKI saat ini (non-aktif sementara) untuk menuntaskan masalah kemacetan di ibukota. Bahkan dengan lugas Tjipta Lesmana mengatakan bahwa "Kebijakan LCGC jelas untuk mengganjal Jokowi menjadi Presiden!" Supaya rakyat Jakarta melihat faktanya sendiri bahwa Jokowi belum sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jakarta makin macet, ehh malah nyalon jadi presiden. Ini dugaan yang berkali-kali di lontarkan Tjipta Lesmana.

[caption id="attachment_310023" align="aligncenter" width="436" caption="Sumber: Inforgafis.kompas.com saat pemilihan Gubernur DKI"][/caption]

Terbukti bahwa LCGC adalah kebijakan yang salah sasaran, dampaknya adalah subsidi BBM yang membengkak. Persoalan yang sudah di angkat oleh salah seorang kompasianer Ilyani Sudrajat. LCGC ini tidak ada manfaatnya sama sekali untuk pemasukan negara, sudah tidak ada pajak, minumnya BBM subsidi pula! Inilah yang akhirnya menjadi bumerang bagi pemerintah Pusat dan getahnya diterima oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Namun, pengamatan saya secara awam narasumber yang hadir tidak berimbang. Terbukti Dharmaningtyas (pengamat transportasi) tidak banyak bersuara setelah di cecar oleh Dirut PT JM, John Aryananda. Sementara Lukas Hutagalung (konsultan bidang infrastruktur) pun berkali-kali menjawab secara diplomatis berbagai cecaran Tjipta Lesmana dan John Aryananda.

Seharusnya yang lebih tepat dihadirkan pada momen nangkring saat itu adalah adalah Gubernur Plt. (pelaksana tugas saat ini) Basuki Tjahaya alias Ahok! Beberapa kali Dirut PT JM membahas cara Ahok berbicara kepada media tentang monorel dan PT.JM. PT. JM merasa komentar-komentar Ahok di media massa membuat investor mereka meragukan kemampuan finansial PT. JM. Hal tersebut jelas merugikan reputasi PT. JM di mata para investornya.

1402062801247724741
1402062801247724741
Acara Kompasiana Nangkring kali itu memang berbeda dari biasanya. Selain tema yang seksi bagi para awak media yang hadir bejubel, juga berlangsung selain dari streaming KoplakYoBand yang di gawangi Babeh Helmi. Yang cukup berbeda dari acara nangkring lainnya juga yakni siaran secara on air melalui 97.5 FM Motion Radio. Walhasil ada sedikir pengulangan diskusi jadinya. Bagi saya sebagai kompasianer, acara on air ini justru merusak suasana diskusi yang sedang asyik-asyiknya. Lagi hot gitu bo!!! Eh malah di potong dengan siaran on air. Namun, positifnya mungkin akan lebih bergaung karena lebih banyak didengar oleh para pendengar motion radio dan bukan hanya kompasianer saja yang datang saat itu.
14020628441653036933
14020628441653036933
Dari pengamatan secara kasat telinga, Tjipta Lesama banyak sekali komentar-komentarnya yang mendukung PT JM. terbukti beberapa kali Ahok yang disalahkan dalam proyek monorel ini. Tjipta menganggap bahwa Ahok memandang salah PT.JM. Alasannya Ahok tidak memberikan kepercayaan pada PT.JM sepenuhnya. Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi terlebih karena beberapa kali kegagalan kucuran dana karena tidak ada pihak yang menjamin (lihat gambar linimasa mati suri proyek monorel), Ahok sebetulnya mencoba untuk berhati-hati dalam menentukan pilihan dan kebijakan. Ahok ingin PT.JM membuktikan bahwa PT.JM mampu secara financial. Bahkan Ahok memberikan kesempatan kembali kepada PT.JM untuk memenuhi persyaratan yang diminta;
  1. PT. JM harus melunasi harga tiang yang saat ini banyak yang mangkrak
  2. PT.JM harus memberikan jaminan modal 5 % dari total nilai proyek (total nilai proyek sekitar 15 triliyun rupiah) dan bukan 0.5 % yang di minta PT.JM
  3. Desain stasiun dan Depo yang cocok dengan tata ruang

Ahok "mengultimatum" PT.JM, jika ketiga syarat tersebut tidak bisa dipenuhi dalam waktu 2 bulan, maka proyek akan di lelang ulang alias memutus kerjasama dengan PT.JM dalam proyek monorel. [caption id="attachment_310008" align="aligncenter" width="572" caption="sumber: www.jakartamonorail.com"]

1402064010245259505
1402064010245259505
[/caption] Jalur yang dianggap sebagai jalur makan siang memang tidak cocok untuk warga Jakarta. Namun, PT. JM berpendapat bahwa monorel mengacu pada tujuan akhir dan bukan pada fungsi seperti KRL Commuter Line yang sifatnya menghubungkan Jakarta dengan kota satelitnya. Jika terwujud, monorel ini akan terintegrasi dengan alat transportasi lainnya yang sudah ada seperti Bus Way dan KRL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun