Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Pertalite Membuat Yamaha Semakin Irit dan Gesit

6 September 2015   23:40 Diperbarui: 7 September 2015   14:26 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mengetahui bahwa Pertamina mengeluarkan Bahan Bakar Minyak jenis Pertalite saya menyambutnya dengan sangat gembira. Pasalnya setelah lama menggunakan Pertamax, saya merasa harus ada yang dikurangi seiring dengan harga bahan kebutuhan pokok yang ikut merangkak naik. Namun begitu, saya merasa tetap harus memberikan BBM yang terbaik namun tetap terjangkau untuk kantong. 

Wacana untuk mengeluarkan kembali Premix sebelumnya sudah saya tunggu sejak lama. Ketika Pertalite baru dilaunching, saya langsung tertarik melakukan uji coba, kemudian saya mencari SPBU yang berada di sekitar Jakarta untuk mencoba ketangguhan Pertalite.

Kebetulan Yamaha MIO GT merah marun saya selalu menggunakan BBM beroktan tinggi untuk mendapatkan tarikan mesin yang lebih besar. Selain itu juga dengan bahan bakar yang baik dan berkualitas akan menjaga "kebugaran" mesin dan membuat daya tahan mesin lebih lama. Meskipun memang harus merogoh kocek lebih dalam, namun biaya perawatan bisa ditekan. Ujung-ujungnya sama saja. Lebih baik sedikit berkorban di awal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik diakhir.

Untuk menguji ketangguhan pertalite saya sengaja mendatangi sebuah SPBU di daerah Gandaria, Kebayoran Baru, Jakarta. SPBU 34-12114 ini sudah menyediakan BBM berjenis pertalite. Cara membedakannya pun cukup mudah. BBM berjenis pertalite menggunakan moncong kran berwatna putih. Sedangkan untuk premium berwarna kuning, pertamax berwarna biru, pertamax plus berwarna merah. Entah apa alasan Pertamina memberikan warna putih untuk kran pertalite. Namun demikian warnanya cukup mudah dikenali dan catcy karena kebanyakan warna mobil dan motor saat ini banyak yang berwarna putih.

Uji coba yang saya lakukan cukup sederhana. Langkah pertama saya melakukan pengisian BBM Pertralite secara full tank pada Yamaha MIO GT tahun 2014 dengan isi silinder 113 cc. Sebelumnya tangki bensin memang tidak sepenuhnya kosong. Namun demikian porsi pertalite sudah cukup dominan sekitar 3/4 isi tangki.

Teknik pengukuran konsumsi BBM dengan full to full ini saya pelajari dari blogger otomotif kondang kang Taufik TMCblog.com. Dengan pengujian sederhana seperti ini orang awam pun bisa langsung melakukan uji coba dengan mudah dan tanpa menggunakan alat ukur yang ribet. Meskipun memang akurasi dari pengujian seperti ini memang tidak bisa dibandingkan dengan pengujian dengan alat ukur yang valid. Setidaknya masyarakat bisa mendapatkan gambaran awal yang mendekati untuk menguji sebuah kendaraan bermotor atau bahan bakarnya itu sendiri.

Setelah Yamaha Mio GT diisi full tank hingga bibir tutup tangki, kemudian saya foto kilometer terakhir yang nangkring di angka 18570.2. Kilometer ini akan menjadi acuan seberapa jauh trip yang sudah dijalani. Di akhir perjalanan nanti pun kilometer akan dicatat berdasarkan jarak yang sudah di tempuh oleh Yahama Mio GT

Yamaha MIO GT sebagai motor dengan transmisi matic membutuhkan bahan bakar yang berkualitas. Pasalnya tarikan awal motor matic tidak bisa langsung digentak jika ingin mendapatkan efisiensi bahan bakar. Namun demikian dengan teknologi YM-JET-FI memang hal tersebut tidak mustahil untuk dilakukan.

Setelah mengisi Pertalite di Gandaria, kemudian saya berkeliling Jakarta. Perjalanan menyusuri kota Jakarta di malam dan siang hari jelas berbeda. Malam minggu Jakarta terutama di daerah Gandaria, selalu dipadati dengan kemacetan dan lalu lalang para pencari hiburan di akhir pekan.

Tujuan pertama dari Gandaria adalah lapangan blok S. Disana ada baso pak Kumis yang sudah termashyur kelezatannya. Sebagai suami yang baik, saya harus membelikan empat buah baso pak Kumis untuk dibawa pulang sebagi buah tangan. Setelah selesai membawa buah tangan untuk anak istri di rumah, kemudian saya lanjutkan perjalanan menuju SCBD. Dari SCBD ternyata masih cukup banyak pekerja mall Pasicif Place yang menunggu di jemput di halte SCBD. Malam yang mengigit di malam minggu, suasana perkantoran memang semakin lengang sementara sebaliknya suasana tempat hiburan semakin padat dan membuat jelanan menjadi tersendat.

Dari SCBD saya memacu Yamaha Mio GT dengan santai. Kecepatan diatur dengan sedang antara 40-60 km perjam. Sesekali mendapati kemacetan didepan FX Mall dan kemudian kembali sedikit tersendat didepan STC menuju jalan Bumi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun