Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengorbanan Hakiki dari Keluarga Pemulung

26 Oktober 2012   14:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dilakukan oleh ibu ini sungguh membuat kita harus menunduk malu. Meskipun berprofesi sebagai pemulung, namun kesungguhannya untuk berkurban tak ada yang bisa menghalanginya. Meskipun harus menabung selama tiga tahun lamanya akhirnya keluarga pemulung ini berhasil berkurban dua ekor kambing. Ibu Yati dan suaminya sempat jadi bahan olok-olok rekan seprofesinya yang lain. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk berkurban tiga tahun lalu. Ibu Yati dan suaminya menyisihkan uang sehari-hari yang mereka dapatkan. Mereka sisihkan pendapatan mereka dari penghasilan sebesar dua puluh lima ribu rupiah perhari. Setelah uang tabungan terkumpul mereka membeli dua ekor kambing. Yang besar seharga dua juta dan yang kecil seharga satu juta. Mungkin bukan dari besar kecilnya kita menilai kesungguhan keluarga pemulung ini. Tapi usaha yang mereka lakukan selama hampir tiga tahun. Ini benar-benar wujud pengorbanan yang nyata dari seorang keluarga pemulung. Mereka ternyata malu jika setiap tahun harus mengantri daging kurban. Hingga akhirnya mereka tergerak untuk berkurban meski harus menunggu hingga uangnya cukup. Kambingnya sendiri diserahkan ke salah satu Masjid di daerah Tebet, Jaksel. Mungkin masih banyak diantara kita yang rela berkorban untuk membeli sebuah gadget sampai dibela-belain kredit. Tapi apakah ada sosok yang seperti ibu Yati ini? Dia rela berkurban dalam arti yang sesungguhnya. Mengorbankan apa yang dia cintai dari penghasilannya memulung yang mungkin tidak seberapa besarnya. Semoga semakin banyak yang tergerak dan merasa malu jika harus selalu menjadi penerima daging qurban. Allohu akbar allohu akbar Salam hangat Follow @gurubimbel Http://dzulfikaralala.wordpress.com Sumber bacaan : Merdeka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun