Oleh: Dzulfikar
Ketika masih bekerja di sebuah bimbingan belajar, saya mendapatkan asuransi kesehatan dari kantor. Sebuah asuransi bertaraf Internasional dipilih karena premi yang dibayarkan sangat terjangkau untuk profesi seorang guru dan karyawan kecil. Biaya premi ditanggung setengahnya oleh kantor sementara sisanya di potong dari gaji bulanan. Kantor cukup selektif memilih jasa asuransi. Sampai-sampai para agen asuransi didatangkan untuk melakukan presentasi dihadapan para guru dan karyawan.
Pada masa-masa awal sebagian besar guru merasa keberatan. Karena uang yang dipotong jadi bertambah. Disamping ada pemotongan gaji untuk pajak perorangan kini ditambah untuk membayar premi asuransi. Namun saya bergeming, saya lebih baik menerima apa yang sudah ditetapkan dan disetujui bersama. Saya hanya berpikir positif bahwa suatu saat saya akan merasakan manfaat asuransi tersebut.
Uniknya uang pertanggungan kematian menjadi topik menarik antara sesama guru. Ada yang mendapatkan nilai maksimal dan sebaliknya ada yang mendapatkan nilai tidak seberapa. Saya termasuk yang mendapatkan uang pertanggungan kematian cukup besar, sekitar empat puluh juta rupiah. Hal ini terjadi karena saat itu saya termasuk guru golongan muda, tidak merokok bahkan tidak minum minuman beralkohol.
Ternyata salah satu rekan saya dengan usia yang terpaut beberapa tahun saja memiliki uang pertanggungan yang lebih besar dari saya. Kemudian kami bertanya apa rahasianya. Ternyata ada trik khusus yang harus diperhatikan ketika mengisi form pendaftaran asuransi. Hal inilah yang menjadikan uang pertanggungan kematiannya sedikit lebih besar dibandingkan dengan yang saya dapatkan. Selidik punya selidik ternyata suaminya adalah agen asuransi yang sama. Sehingga dia sudah mempelajari bagaimana caranya agar mendapatkan uang pertanggungan yang lebih besar.
Bagi mereka yang berusia diatas tiga puluh tahun jelas membuat uang pertanggungannya semakin kecil. Selain itu jika diketahui terindikasi merokok dan minum minuman beralkohol akan semakin membuat uang pertanggungannya mengecil. Memang benar, dibutuhkan kejujuran ketika mengisi aplikasi pendaftaran. Namun, jika kita mengetahui trik yang tepat kita tidak perlu berbohong untuk mendapatkan maksimal benefit dari sebuah asuransi kesehatan. Sayangnya pihak asuransi hanya membimbing alakadarnya ketika kami mengisi form pendaftaran.
Oleh karena itu, calon konsumen harus selektif dan melakukan riset kecil sebelum memilih asuransi kesehatan. Bagi yang terindikasi merokok, sepertinya tidak akan mendapatkan maksimal benefit dari asuransi kesehatan. Karena perokok memiliki resiko gangguan kesehatan dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Jadi, mulailah menjaga kesehatan sejak dini agar asuransi kesehatan murni hanya digunakan sebagai manfaat lain yaitu uang tabungan dan benefit pertanggungan kematian.
Salam hangat dan tetap semangat
@DzulfikarAlala
www.dzulfikaralala.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H