Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Oh Teller Cantik, Kenapa Kau Coret Uangku?

12 Januari 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:59 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja (12/01/2012) saya menyetorkan sejumlah uang ke salah satu Bank di kawasan BSD, Serpong. Saya sengaja memilih menyetorkan uang pada pukul 14.00 lantaran sepi dari antrian. Benar saja setelah saya memarkirkan motor di depan gedung, ternyata tidak terlihat antrian sedikitpun. Kemudian saya langsung bergegas masuk. Saya disambut ramah oleh bapak satpam yang siap sedia membukakan pintu untuk para customer yang masuk dan keluar. Kebetulan sekali ketika saya masuk ada salah satu teller yang kosong alias tidak sedang melayani customer.

Bukan hanya itu saja, kebetulan juga teller yang melayani saya relatif lebih cantik dibandingkan teller lainnya. Hehehe. "Selamat siang bapak, ada yang bisa saya bantu?" Duh kok masih abege gini di panggil bapak sih mbak, batin saya. "Ah ini biasa mbak saya mau setor" timpal saya. "Baik bapa, saya hitung dulu uangnya ya" jawabnya setelah memeriksa slip setoran. Saya sengaja mengisi slip setoran di rumah agar ketika tiba di bank tidak perlu repot mengisi slip lagi. Selain menghemat waktu juga dapat langsung menuju line antrian. Bagi saya ini cukup efektif, apalagi ketika antrian mengular panjangnya bukan kepalang.

Seperti biasa teller cantik itu menghitung uang dengan menggunakan mesin penghitung uang. Karena uang pecahan berbeda ia memisahkan dulu antara uang ratusan ribu dengan uang lima puluh ribuan. Konon teman saya bilang dia pernah di tolak menyetorkan uang, pasalnya sepele. Ternyata uangnya tidak berurutan. Seharusnya semua gambar orang menghadap ke sisi yang sama. Karena jika tidak hal tersebut membuat si teller bekerja dua kali. Meski saya tak pernah mengalami hal serupa tapi sejak itu saya selalu menyusun rapi uang yang akan disetorkan ke bank. Artinya saya ingin memudakan si teller menyelesaikan transaksi sehingga bisa memudahkan customer lainnya. Saya hanya mengambil sisi positifnya sajalah.

Namun, saat teller itu selesai mengitung uang ratusan ribu dia menuliskan sejumlah angka di uang ratusan ribu itu. Dia menuliskannya dengan cukup jelas dan terbaca oleh saya. Yah tulisannya memang bagus. "Doh ini aneh benar ya, kok ada teller yang baru kali ini mencoret-coret uang didepan customernya" batin saya mulai terpancing. Tapi saat itu saya melihat situasi tidak begitu kondusif. Pertama, ada seorang bapak yang mulai antri di belakang saya. Kedua, ada supervisor yang muncul dari balik pintu menghampiri teller di sebelahnya. Atas dasar itulah saya menahan diri untuk bertanya "mbak kok uangnya di corat-coret? bukankah ada kertas bekas yang bisa digunakan!" itu pertanyaan yang sebetulnya sudah siap meluncur. Namun, buru-buru saya menata hati. Saya khawatir pertanyaan saya justru akan mempermalukan teller didepan nasabah lain sekaligus supervisornya. Kedua, Saya memang diburu waktu dan tak mau berlama-lama di bank.

Jelas peristiwa tadi membuat saya berpikir ulang. Uang itu kan seharusnya dijaga. Seperti iklan Bank Indonesia yang menyebutkan agar uang tidak di staples, dicoret bahkan disobek. Yah pokoknya uang itu harus dijaga lah. Rasanya sosialisasi ini tidak berjalan di institusi bank itu sendiri. Bayangkan saja jika semua teller melakukan hal yang sama. Mungkin ketika uang itu di simpan di atm mereka, konsumen pasti bertanya-tanya "Kenapa banyak sekali nomor telepon ya di uang jaman sekarang?"

BSD, Serpong.

@gurubimbel

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun