Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Koalisi Ikan Teri PKS

26 Maret 2012   16:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Koalisi ikan teri!" itu yang dikatakan Sutan Batugana ketika tahu bahwa PKS menyatakan menolak terhadap rencana kenaikan bbm. "Basahnya mau sedangkan basinya tidak mau". Sebagai partai koalisi pemerintah, PKS seharusnya sejalan seiringan dengan mitra koalisi, namum ditengah jalan ternyata malah banyak bersinggungan.


Tak pelak tindakan PKS ini banyak membuat politisi Demokrat geram. Ketika partai koalisi diajak berdiskusi semua sepakat menyetujui rencana kenaikan bbm. Pokok permasalahan yang saat itu belum rampung disepakati adalah proses penyaluran BLT. Begitu tutur salah satu politisi Demokrat yang diwawancarai dalam sebuah talk show.


Politik dua kaki ini kontan jadi cercaan masyarakat umum juga di beberapa media sosial. Sikap PKS menolak rencana kenaikan bbm diduga ada agenda khusus. Sikap penolakan PKS ini kok kebetulan sekali ketika mencalonkam HNW dalam pertarungan calon gubernur DKI Jakarta. Sikap PKS seolah ingin mencitrakan partai yang pro-rakyat. Dan semua tuduhanpun dibantah oleh beberapa politisi PKS bahwa surat keberatan ditujukan untuk kemaslahatan rakyat dan PKS memberikan tiga opsi lain yang menurutnya lebih baik.


PKS sebagai partai Islam seharusnya mengerti konsep bagi hasil. Jangan selalu meminta keuntungan sementara ketika rugi tidak mau berbagi. Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh Sutan Batugana tentang ikan teri. "Basahnya mau, basinya tidak mau" jika demikian ada praktek "riba" yang dilakukan oleh PKS dengan hanya memetik keuntungan dari koalisi basa basi ini.


Kebijakan ini menaikkan harga bbm memang bukan kebijakan yang populis. Sehingga seperti prediksi para pengamat SBY tidak mungkin berani mengumumkan kenaikan bbm secara langsung di hadapan rakyat. SBY lebih memilih ke Cina dan saat ini berada di HK. Sutan Batugana pun sadar bahwa kebijakan ini adalah kebijakan "basi". Kebijakan yang awalnya tidak disepakati PKS.


Belakangan ternyata PKS merubah kembali pendiriannya. Dari awalnya menolak kini menerima rencana kenaikan bbm. Entah apakah strateginya untuk menaikkan citra HNW yang kurang tepat atau mungkin penolakannya malah menjadi cemoohan dari masyarakat umum betapa PKS kini sudah dianggap pragmatis. Betapa PKS sudah tak konsisten dan ikut-ikutan plintat-plintut.


Apa yang dilakukan PKS sebetulnya tidak aneh. Kita tahu bahwa Amien Rais pun sempat "dikadalin" PKS pada detik-detik akhir dukungan yang akhirnya dukungan partai dialihkan ke SBY. Langkah PKS ini memang cerdas, terus merapat pada calon yang potensial menguntungkan partai.


Tak heran kesuksesan PKS ini membuat beberapa politisinya mendulang emas. Bahkam ada salah satu pimpinannya dengan enteng mengenakan jam tangan berharga puluhan juta rupiah. Sungguh jauh dari citra Islam yang selalu menganjurkan untuk hidup sederhana dan tak bermewah-mewahan.


Apa yang dilakukan PKS akan terus berlanjut. Tantangan beberapa politisi agar SBY menindak tegas partai koalisi yang "membangkang" nampaknya betul-betul dimamfaatkan PKS. PKS merasa di atas angin karena SBY adalah pemimpin yang peragu dan tak mungkim bertindak tegas.


Perlawanan PKS takkan pernah surut. PKS akan terus menjadi duri dalam daging yang senantiasa di pelihara ketua dewan pembina Partai Koalisi Pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun