"Pak Dzul, nanti kafe gue buka akhir April ya. Kalau bisa, ajak teman-teman blogger buat review" kata Bayu.
Bayu adalah rekan saya sesama guru. Boleh dibilang, Bayu menjadi teman diskusi yang mengasyikkan. Meski kadang orangnya ngototan juga hahahaha. Bisa jadi Ludens Cafe juga menjadi bukti bahwa Bayu memang ngotot untuk berwirausaha. Ia berani meninggalkan zona nyamannya. Padahal tinggal selangkah lagi ia mendapatkan sertifikasi sebagai seorang pendidik.Â
Momen itulah yang saya lakukan pada tahun 2015 silam. Saat itu saya mengambil keputusan besar dengan meninggalkan dunia pendidikan. Saya merasa tidak banyak memberikan sumbangsih bagi anak-anak yang saya didik. Saya berpikir bahwa saya lebih enjoy untuk menjadi seorang content creator. Entah sebuah passion atau hanya sebuah pelarian dari kegundahan kondisi pendidikan saat itu.
Namun, setelah lima tahun berselang. Saya merasa bahwa keputusan saya untuk meninggalkan dunia pendidikan pada saat itu serta memilih fokus dalam bidang tulis menulis merupakan keputusan yang tepat. Kini saya merasa enjoy dan nyaman dengan apa yang saya pilih dan saya lakukan.Â
Barangkali itulah yang kini dirasakan oleh kedua teman saya. Bayu dan pak Setiadi. Bayu sudah menjadi rekan saya selama lebih dari tujuh tahun berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sedangkan pak Setiadi pernah menjadi mantan atasan saya, saat ia menjadi kepala sekolah di tempat yang sama.
Kegundahan mereka akhirnya bisa diobati dengan mendirikan usaha bersama. Bayu dan Pak Setiadi mencoba bekerja sama dengan bapak Maryono. Rumah Makan Ayam Panggang Klaten inilah yang akhirnya diubah menjadi sebuah kafe yang menawarkan konsep baru dan segar.
Trio pengusaha ini berbagi peran di Ludens Cafe. Bayu menjadi manager operasional, pak Setiadi bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan di Kafe sementara pak Maryono menggawangi urusan personalia. Mereka dibantu oleh Imam Desta Lesmana (Medsos), Roch Aksiadi (Digital Marketing), Een Maimanah (Chef) dan Nur Cahyati (waitress).
Lokasi Ludens Cafe berada di Jalan Permata Medang, Scientia, Gading Serpong. Asal muasal kata Ludens diambil dari kata Homo Ludens yang berarti makhluk yang suka bermain. Kafe Ludens menjadi representasi bagi komunitas atau orang-orang yang memang ingin mencari tempat untuk bermain, berinteraksi dan bersosialisasi.
Inilah yang nantinya akan menjadi kekuatan Ludens Kafe. Pak Setiadi mengungkapkan bahwa salah satu yang akan dilakukan adalah membangun komunitas. Maka, salah satu langkah awal di masa pembukaannya dengan mengundang berbagai komunitas termasuk Komunitas Kompasiener Tangerang Selatan Plus.