"Banjir yang kemarin itu bukan ada apa-apanya dibandingkan dengan banjir yang dialami pak Basuki. Kalau sekarang itu hanya 1.600 yang harus mengungsi, kalau dulu bisa sampai 200 ribu. Jadi beliau memang pernah mengalami situasi yang sangat sulit dibandingkan dengan apa yang saya alami kemarin." kata Anies menjawab sindiran wartawan.
Logikanya, justru karena jasa Ahoklah banjir saat ini hanya memaksa 1.600 orang untuk mengungsi. Karena pada dasarnya Anis belum melakukan apa-apa, termasuk program naturalisasi yang tidak dipahami dan dimengerti oleh banyak pihak dan PUPR sendiri.
Hingga saat ini, logika lubang resapan vertikal yang digagas Anies Sandi saat debat pun tidak terdengar gaungnya. Anies saat itu memberikan solusi banjir dengan resapan vertikal, mengembalikan air hujan ke dalam bumi.
Uniknya politisi Gerindra dan dan PDIP yang berseberangan di DKI Jakarta malah satu suara agar Anies mau melanjutkan program Ahok dalam menangani banjir.
Masyarakat juga melihat bahwa saat ini kinerja pasukan oranye menurun dibandingkan dengan saat Ahok masih menjabat. Pengerukan sungai juga tidak seintens saat Ahok masih berkuasa.
PUPR juga masih menunggu keputusan Anies untuk merelokasi warga yang masih tinggal di sektiar sungai Ciliwung.
Setelah dua tahun berkuasa, sebagai seorang terdidik harusnya Anies segera membuang gengsi dan fokus mencari solusi, bukan sibuk dengan menata kata-kata dengan maksud berkelit.
Rakyat kini menyoroti Anies karena banjir justru tidak berkurang. Anies mungkin juga tidak paham ada berapa titik banjir yang bertambah atau berkurang. Berbeda saat Ahok berkuasa, ia paham betul berapa titik yang sudah diselesaikan untuk mengurangi dampak banjir.
Semoga di sisa waktu yang ada, Anies bisa menanggalkan egonya. Mulai bekerja dan memenuhi janji-janjinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H