Ngomong-ngomong soal ekspor impor, kubu petahana kerap dituding tak becus mengurus harga pangan dan dianggap terlalu melonggarkan keran impor. Padahal kenyataannya tidak demikian.
Nah, biar tidak asal nyablak tanpa data yang valid, akhirnya saya pun mencoba berselancar di dunia maya untuk mendapatkan data sebenarnya.
Berikut inilah data-data terbaru Kemendag serta media daring seperti detik.com yang sudah lebih dulu menginformasikan data impor beras berdasarkan kepemimpinan presiden yang menjabat pada masanya.
Presiden Soeharto (5 tahun terakhir rata-rata 1,3 juta ton per tahun)
Soeharto yang dijuluki bapak pembangunan dan mengklaim pemerintahan yang berhasil berswasembada pangan sebetulnya tak bagus-bagus amat dalam rata-rata nilai impor beras per tahunnya.
Seperti kita ketahui, Soeharto menjabat sebagai RI-1 dalam waktu yang cukup lama. Selama 32 tahun seharusnya Indonesia benar-benar sudah tinggal landas.
Faktanya justru Indonesia tergelincir pada jurang krisis pada tahun 1998 sehingga terjadi inflasi harga sembako termasuk bahan pangan lainnya.
Data yang ada menunjukkan bahwa rata-rata impor beras dalam lima tahun terakhir masa jabatan Presiden Soeharto berada di angka 1,3 juta ton pertahun (1993-1998).
Nilai ini menjadi bukti bahwa klaim swasembada beras pun tak murni memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa impor.
Presiden BJ Habibie (rata-rata 2.9 juta ton per tahun)
Masa-masa BJ Habibie memang masa yang amat sulit. Beruntung Indonesia punya presiden yang bisa menangani masa transisi dari Orde Baru hingga ke masa Reformasi dengan mulus.