"Sebetulnya kalau ke atas lagi ada air terjun mas. Cuma saya ngeri mas. Jalannya curam dan harus jalan kaki kira-kira sekitar setengah jam" tuturnya mengusik rasa penasaranku.
Padahal, sebelum ada jalan yang mulus. Beberapa orang harus berjibaku dengan perjuangan yang tidak mudah. Bahkan ada yang sengaja menjadikan jalur ke Bheto So'on ini sebagai jalur motor trail dan mountain bike yang amat menantang. Selebihnya bagi mereka yang tak punya kendaraan memadai harus berjalan kaki untuk bisa mencapai ke tempat ini.Â
"Kalau mas mau ke air terjun, nanti bisa diantar mas. Air terjunnya bagus lho mas. Cuma ya sedikit angker aja. Nah, di atas itu masih ada batu lainnya mas. Jadi ada dua batu besar yang bertumpuk. Keduanya saling bertumpu pada satu titik dan tidak jatuh mas" bujuknya tukang kelapa itu.
Kulirik jam hampir memasuki waktu dzuhur, sementara aku sudah punya janji untuk melihat proses penggilingan tebu di pabrik gula Wringin Anom pukul 14.00 WIB.
"Lain kali aja ya mas. Insya allah tahun depan tak ke sini lagi." jawabku secara halus. Padahal jujur aku juga takut kalau hanya berdua dengan guide. Apalagi setelah salah satu teman tukang kelapa menceritakan sempat melihat penampakan saat bermain di sekitar air terjun.Â
Kata saudaraku lagi, masyarakat sekitar Cermee merupakan petani. Kawasan lahan pertanian di Cermee merupakan kawasan kualitas nomor satu di Bondowoso. Berasnya lebih bagus jika dibandingkan dengan daerah lainnya.
Sepanjang perjalanan dari Prajekan menuju Desa Solor memang terasa berada di pedesaan yang masih tak tersentuh teknologi. Kanan kiri masih menghampar sawah sejauh mata memandang. Beberapa lahan ada yang sudah ditanami dengan jagung. Bulir-bulirnya sampai terlihat menyembul seakan sudah siap untuk dipetik.