Membicarakan soal outfit terbaik pada bulan Ramadan mengingatkan saya pada kisah Nasrudin Hoja dan pakaian bututnya. Mungkin sebagian dari Anda pernah membaca kisahnya.
Syahdan, Nasruddin diundang ke sebuah pesta. Namun saat itu ia mengenakan pakaian lusuh dan jelek. Tak ayal membuatnya tak diterima oleh tamu undangan bahkan diusir dari pesta tersebut karena dianggap sebagai pengemis.
Akhirnya Nasruddin kembali lagi ke pesta tersebut dengan mengenakan pakaian yang bagus. Kali ini perlakuan tamu undangan berbeda. Nasruddin begitu dihormati ketika melihat pakaian yang dikenakannya.
Baca Bambang Setyawan, Lentera bagi Kaum Dhuafa
Sontak Nasruddin langsung melepaskan pakaiannya dan memasukkan hidangan ke dalam bajunya.
"Ini, makanlah!" kata Nasruddin. Semua tamu undangan tentu saja kaget bercampur heran.
Kemudian Nasruddin berkata bahwa saat ia datang pertama kali mengenakan pakaian lusuh, tak ada yang mau melihatnya. Namun ketika ia datang dengan mengenakan pakaian bagus, barulah semua orang melihatnya.
Nasruddin merasa bahwa yang berhak menikmati hidangannya bukanlah dirinya melainkan pakaian bagusnya. Jadi, menurutnya, pakaian yang dikenakannya lebih berhak untuk menikmati hidangan yang disajikan.
Orang-orang lebih menghormati pakaian yang dikenakan oleh Nasruddin ketimbang dirinya sendiri. Begitu pikirnya.
Kisah Nasruddin tersebut nyatanya masih relevan hingga saat ini. Tempo lalu juga saya pernah membaca salah satu kompasianer yang merasa diperlakukan agak berbeda gara-gara mengenakan pakaian lusuh.
Baca Irit Bukan Berarti Pelit, Ini Tips "Freelancer" Atur Duit saat Ramadan