Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sadar Pentingnya Asuransi Pendidikan Setelah Ayah Meninggal Dunia

19 Juni 2016   23:40 Diperbarui: 19 Juni 2016   23:52 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berikan asuransi pendidikan terbaik untuk buah hati Anda (sumber image shutterstock)

Saya masih ingat betul saat duduk di bangku SMP, setiap sore hari memiliki tugas untuk membantu almarhum Ayahsaya untuk memberi pakan kambing. Biasanya pakan itu kami beli dulu di pabrik tahu. Iya, ampas tahu adalah salah satu pakan kambing selain rumput yang Ayah berikan pada kambing-kambing kami.

Bagi beberapa orang di kampung kami, kambing merupakan salah satu wujud investasi pendidikan bagi yang menjanjikan. Biasanya harga kambing akan melonjak pada saat hari raya Kurban atau Idul Adha.

Mungkin dari kebiasaan orang kampung itulah Ayahjuga akhirnya memelihara beberapa ekor kambing. Kambing Ayahgemuk-gemuk. Hampir dipastikan semua sehat. Setiap pagi, ayah sejak subuh selalu berburu sayuran di pasar. Sayuran-sayuran yang rusak dan yang sudah tidak digunakan kemudian dikumpulkan oleh ayah untuk diberikan kepada kambing-kambing peliharaan kami.

Rasanya kambing-kambing Ayah termasuk mendapatkan makanan yang bergizi karena beberapa sayuran yang dikumpulkan beragam, mulai dari potongan wortel, kol, kubis hingga daun jagung yang manis.

Almarhum ayah saya bersama kedua cucunya (dok.pribadi)
Almarhum ayah saya bersama kedua cucunya (dok.pribadi)
Setiap hari Ayahselalu rutin memberi makan kambing-kambingnya dua kali sehari. Pagi hari, kambing-kambing itu diberi makan rumput dan sayuran. Sedangkan sore harinya diberi makan dengan ampas tahu. Saya tahu betul bagaimana ayah berjuang berkeringat untuk memberi makan kambing-kambing itu.

Saat tidak mendapatkan sayuran di pasar. Ayah biasanya mencari rumput gajah liar dimanapun berada. Kadang harus ke tengah kota atau ke pesesisir desa. Kadang saya menemaninya saat libur, namun Ayahlebih sering pergi mencari rumput sendirian.

Waktu itu saya tak mengerti kenapa Ayahmemelihara sejumlah kambing. Saya pun hanya paham bahwa Ayah terkadang menjual kambingnya jika butuh uang. Bahkan kadang juga dipotong sendiri jika sedang ada acara keluaraga terutama akikah dan Idul Adha.

Karena dipelihara sendiri, daging kambingnya tidak bau dan empuk. Sangat lezat untuk diolah bagaimanapun juga. Bisa diolah menjadi sate ataupun gulai.

Barulah ketika beranjak dewasa saya mengerti bahwa Ayah tengah berinvestiasi untuk pendidikan anak-anaknya di masa depan dengan memilihara kambing. Dan itu bukan dilakukan oleh Ayah saya saja. Ada banyak Ayah lain yang menggantungkan dan pendidikan anak-anaknya dengan cara memilihara kambing. Namun, memelihara kambing bukan tanpa resiko.

Suatu waktu salah satu kambing betina Ayah hamil tua. Sayang, menurut Ayah sepertinya sang anak kambing telah mati dalam kandungan. Sementara sang induk kondisinya semakin melamah. Karena tubuh bayi kambing sudah terlalu besar dan sang induk sudah semakin kehilangan tenaga akhirnya Ayah berinisiatif untuk melakukan operasi kelahiran kambingnya sendiri. Saya pun ikut membatunya.

Saat itu perasaan saya sangat tegang. Hidup mati sang induk kambing ada di tangan kami berdua. Benar saja dugaan ayah, saat kepala bayi kambing itu mulai menyembul ternyata sudah tidak bersuara dan bau busuk langsung menyeruak. Ingin rasanya segera selesai saja proses penyelamatan sang induk itu.

Sialnya tangan Ayahterlalu kecil untuk merogoh kepala anak kambing. Akhirnya Ayah meminta saya untuk membantu mengeluarkan sang bayi kambing. Dengan bau yang menyengat sambil termuntah-muntah saya memaksakan diri merogoh bayi kecil untuk segera keluar demi keselamatan sang induk.

Setelah beberapa lama operasi penyelamatan, akhirnya kami berdua berhasil mengeluarkan bangkai anak kambing dari rahim sang induk. Entah apa rasanya sang induk ketika melihat anaknya telah kaku. Bahkan saat itu sang induk sudah tidak bisa berdiri lagi. Ia hanya berbaring seperti kehabisan tenaga.

Singkat cerita sang induk akhirnya mati jua meskipun sudah dilakukan berbagai upaya untuk memulihkan tenaganya.

Dari pengalaman itu sepertinya Ayah memetik sebuah pelajaran berarti bahwa memeliharan kambing bukan tanpa resiko. Ada resiko yang juga harus ditanggung.

Karena kesibukan pekerjaan sepetinya Ayah mulai meninggalkan usahanya mememilihara kambing. Kambing-kambing yang tersisa saat itu akhirnya dititipkan kepada tetangga dengan cara bagi hasil seperti yang selama ini dikenal oleh masyarakat dengan sistem paro.

Setelah lulus SMP saya sempat sekolah SMA di Bandung beberapa bulan hingga akhirnya pindah ke Yogyakarata. Sejak saat itu saya tak pernah tahu lagi apa yang Ayah lakukan untuk berinvestasi bagi pendidikan anak-anaknya. Saat pulang yang saya tahu Ayah malah jadi suka bertani. Tapi hasilnya sepertinya hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Dari pengalaman Ayah tersebut saya jadi banyak belajar bahwa investasi dana pendidikan itu sangat penting. Bagaimanapun caranya harus ada penghasilan yang disisihkan untuk membiayai dana pendidikan meskipun saat ini merasa belum membutuhkan.

Kini saya memiliki dua anak. Dan saya banyak belajar dari pengalaman Ayah bagaimana saya harus mempersiapkan dana pendidikan buat kedua anak saya. Beruntuk istri saya seorang guru TK di Al-Fath BSD. Kebetulan sekolah memiliki kebijakan untuk membebaskan biaya pendidikan anak-anak gurunya. Namun hanya berlaku untuk satu anak, sedangkan anak kedua tetap harus membayar penuh.

Ayah semasa hidupnya merupakan pribadi yang sangat sederhana dan tidak banyak menuntut apa apa (dok.pribadi)
Ayah semasa hidupnya merupakan pribadi yang sangat sederhana dan tidak banyak menuntut apa apa (dok.pribadi)
Meskipun anak saya saat ini masih sekolah gratis dan merupakan tingkat pendidikan yang paling dasar, saya sudah mempersiapkan dana pendidikan anak dengan menyisihkan sebagian penghasilan saya setiap bulannya.

Meskipun mendapatkan sekolah gratis, beberapa kebutuhan harian dan bulanan tetap harus ada yang harus dipersiapkan. Untuk itulah saya menyadari bahwa biaya pendidkan kian tahun kian naik, sehingga saya harus menyiapkan dana setidaknya agar pada waktunya nanti tidak terlalu banyak yang harus dibayarkan.

Belakangan saya malah tambah kepikiran untuk ikut asuransi pendidikan setelah Ayah meninggal dunia pada tahun 2015 silam. Ayah meninggalkan seorang istri dan 12 anak. Empat diantaranya sudah bekerja jadi tinggal delapan orang lagi yang masih butuh dana pendidikan.

Saat Ayah meninggal memang belum memiliki asuransi jiwa terbaik apalagi tabungan pensiun. Ayah hanya seorang karyawan Pondok Pesantren biasa. Namun hidupnya didedikasikan untuk membangun Pesantren hingga ke luar Jawa.

Tapi, meskipun Ayah dan keluarga kami hidup sederhana, saya tetap sangat bangga memiliki seorang Ayah yang hebat. Ayah dan juga kakek saya selalu berpesan untuk tidak pernah mengambil hak orang lain sepeserpun. Menjadi orang amanah dan jujur itu merupakan hal yang sering diwasiatkan oleh Ayah.

Sebuah kejaiban juga saat ayah meninggal dunia, hampir seluruh pemakaman dan kebutuhan untuk mengantar ayah dari Bandung ke Jawa Timur banyak dibantu oleh sahabat dan para dermawan. Bahkan ada salah seorang sahabat Ayah yang mau menanggung ongkos pesawat untuk mengantar Ayah hingga ke kampung halamannya.

Memang asuransi dunia itu penting, tapi bagi saya asuransi di akhirat lebih penting, karena saya menyaksikan sendiri betapa pertolongan Tuhan itu datang saat kami benar-benar tak berdaya dan diberikan salah satu ujian kecil di dunia.

Dari pengalaman hidup tersebut kini saya telah menyiapkan dana asuransi pendidikan terbaik untuk kedua anak saya kelak. Saya ingin ketika mereka berdua beranjak dewasa sudah tidak lagi dipusingkan dengan berbagai biaya pendidkan yang semakin mencekik.

Sebagai orang tua, kebutuhan primer kini bukan lagi sesuatu yang harus dikejar. Orang tua harus lebih mementingkan kebutuhan prioritas salah satunya adalah dana asuransi pendidikan anak-anak juga tabungan pensiun agar kelak saat sudah tidak produktif lagi tidak banyak merepotkan anak-anak.

Apa yang akan kita lakukan hari ini pasti akan dipetik hari esok. Jika kita mempersiapkan segala hal dari sekarang, maka saatnya nanti kita akan memetik hasilnya dengan baik.  

Sumber video: YouTube official Commonwealthlife

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun