Saat di Partajasa, Bali sesaat setelah kejadian pagi hari :D (dok. peserta visit LPG VLGV)
Terus terang saya baru bisa menikmati kopi setahun belakangan ini. Sebelumnya saya jarang ngopi item. Paling kopi sachetan aja. Nah, saya benar-benar menikmati rasa kopi yang sebenarnya itu ketika di Bali. Saat itu saya sedang mengikuti kunjungan ke Kapal LPG VLGC, kurang lebih setahun yang lalu.
Kalau tidak salah ada 10 finalis yang berangkat ke Bali termasuk saya. Salah satunya juga adalah bapak Syukri Takengon Duta Kopi Gayo. Jauh-jauh hari saya sudah "memalak" pak Syukri untuk membawakan kopi Gayo yang rasanya selalu beliau bangga-banggakan itu.
Beruntung, ketika berada di Hotel Patrajasa Bali. Saya sekamar dengan pak Syukri. Tapi nggak seranjang yah hahaha. Entah bagaimana admin memilih saya sekamar dengan pak Syukri. Padahal jika dilihat dari segi usia saja saya masih pantas menjadi anaknya pak Syukri hahaha. Tapi kami bisa ngobrol panjang lebar karena sudah sama-sama lama di Kompasiana. Jadi bahasannya banyak dan tak ada habis-habisnya.
Singkat cerita pak Syukri ternyata membawa satu pack kopi Gayo. Satu untuk oleh-oleh seperti yang beliau janjikan, dan satu lagi kami nikmati bersama sambil menghirup udara pantai Bali yang begitu sunyi.
Kebetulan kamar di Patrajasa berbentuk Vila. Jadi agak sulit untuk pergi kemana-mana. Saya belum bisa memetakan posisi kamar dan lobby ketika datang pada hari pertama. Bahkan untuk mencari kamar teman-teman yang lain pun rasanya mustahil dicari saat itu. Entah kenapa tidak terpikir facebook atau telpon hehehe. Maklumlah kalau sudah di tanah Bali jadi lupa segalanya.
Akhirnya malam itu, kami berdua ngopi berdua di beranda. Saya sendiri belajar langsung bagaimana menyeduh kopi yang "benar" dari pak Syukri. Setelah memanaskan air mineral di pemanas, kemudian segera dituangkan ke cangkir. Takarannya ternyata suka-suka aja ahaha. Kadang satu sendok makan, kadang lebih. Yang penting sampai ada karemelnya di pinggiran permukaannya. Setelah dirasa cukup, kemudian diamkan beberapa saat.
Untuk seduhan pertama saya masih kurang pede tanpa gula. Akhirnya saya menambahkan beberapa takar gula dalam kopi saya.
Sambil ngobrol ngalor ngidul tentang Takengon dan Kopi Gayo, akhirnya saya hirup pelan-pelan aroma Kopi Gayo yang tersohor itu. Kopi Gayo yang dibawa pak Syukri bukan kopi Gayo sembarangan. Karena kopi tersebut adalah komoditas ekspor yang harganya lumayan. Untunglah karena persaudaraan blogger, saya dapetnya hraaatissss hahaha.
Saat meneguk tegukan pertama, rasanya nikmat sekali. Wah, ini benar benar mantap. Pahitnya pas, sulit ya menggambarkan rasanya yang aduhai. Pantas pak Syukri begitu candu dengan Gayo.