Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Merawat Lingkungan Tanggung Jawab Bersama

30 April 2015   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu pokok permasalahan keberadaan sebuah perusahaan adalah pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Pengalaman beberapa kali mengikuti program kunjungan ke pabrik atau perusahaan, hal yang sering ditonjolkan adalah sejauh mana kontribusi perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya. Saya sangat setuju dengan pendapat bapak Leonard Ibnu Said bahwa apa yang diberikan harus sebanding dengan apa yang telah diambil. Jika kita mengambil satu pohon dengan usia tertentu maka ada kewajiban bagi kita untuk menanam beberapa pohon. Ukuran sebanding bukan hanya diukut secara kuantitas tetapi juga secara kualitasnya. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Kompasianer dari berbagai daerah/dokpri"][/caption] Nah, untuk itulah pada tanggal 25 April 2015 saya berkesempatan untuk menggantikan salah satu kompasianer yang berhalangan ikut ke Pabrik Aqua (Pabrik ke 17 dari 18) di Ciherang Bogor. Bersama 24 Kompasianer lainnya kami diajak untuk melihat langsung kontribusi yang telah dilakukan Aqua di desa binaannya yang terletak di Desa Pancawati, Kecamatan Caringin Bogor. Sebagai sebuah perusahaan air minum kemasan, Aqua tidak bisa sembarangan menyedot air dari tanah sebanyak-banyaknya. Aqua hanya memiliki hak guna atau hak pemakaian. Itupun jumlahnya dibatasi sesuai dengan keputusan dan pengawasan dari pemerintah. Namun layaknya sebuah perusahaan besar lainnya yang baru saja dibangun selalu mendapatkan respon pro dan kontra. Tidak sedikit juga masyarakat yang awalnya menyalahkan keberadaan Aqua karena dianggap sebagai biang kerok kekeringan didaerah sekitarnya. Padahal tidak sepenuhnya demikian. Ada ketentuan ketat yang ditetapkan pemerintah baik dari jumlah eksplorasi yang ditentukan, hingga kewajiban kontribusi terhadap masyarakat yang bisa meningkatkan sumber daya ekonomi masyarakat. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Kawasan Pabrik Aqua Ciherang, Bogor (dok.pri)"]

Kawasan Pabrik Aqua Ciherang, Bogor (dok.pri)
Kawasan Pabrik Aqua Ciherang, Bogor (dok.pri)
[/caption] Untuk itulah Aqua merasa perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tanggung jawab pelestarian lingkungan yang bukan hanya tanggung jawab Aqua tetapi juga tanggung jawab semua pihak sebagai makhluk hidup yang tidak bisa lepas dari air kehidupan. Kontribusi tersebut sudah Aqua jalankan sejak tahun 1973 saat Aqua didirikan. Bahkan pesan salah satu founding fathernya mengatakan “Aqua tidak berhenti di gerbang perusahaan, tapi harus berkontribusi pada masyarakat.” Pesan itulah yang kini terus menerus dijalankan dan diterjemahkan dalam bentuk program CSR. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Ibu Vijaya menyambut Kompasianer/dokpri"]
Ibu Vijaya menyambut Kompasianer/dokpri
Ibu Vijaya menyambut Kompasianer/dokpri
[/caption] Menurut Ibu Vijaya, Plant Manager, Aqua selalu berusaha berinovasi mencari cara agar apa yang dilakukannya mendorong upaya untuk ramah lingkungan dan upaya untuk perlindungan lingkungan. Salah satu yang kini sedang digagas di Pabrik Aqua Ciherang, Bogor adalah keinginan Aqua untuk mengganti moda transportasi dari menggunakan truk menjadi menggunakan kereta api. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut memang dibutuhkan infrastruktur yang tidak mudah dan kerjasama semua pihak. Selain itu Aqua juga disetiap pabrik yang didirikannya melakukan kajian terhadap peta resapan air agar air tidak terbuang begitu saja tetapi bisa ditabung dibeberapa biopori dan sumur resapan. Langkah tersebut inilah yang didorong dan diupayakan melalui edukasi kepada masyarakat betapa pentingnya memanen hujan. [caption id="" align="aligncenter" width="626" caption="Hutan Gunung Gede Pangrango/dokpri"]
hutan pangrango
hutan pangrango
[/caption] Seluruh masyarakat disekitar pabrik diajak untuk membuat lubang biopori dan sumur resapan sendiri dibantu oleh Aqua. Apa yang dilakukan saat ini merupakan warisan yang akan dirasakan manfaatnya oleh anak cucu kita. Mengutip kata-kata pak Leornarda Ibnu Said yang mengatakan “Jangan wariskan air mata kepada anak cucu kita, tetapi wariskanlah mata air bagi mereka semua.” Aqua menggandeng semua pihak karena Aqua sadar bahwa tanggung jawab lingkungan harus dilakukan bersama dan tidak bisa diberikan kepada salah satu pihak saja. Terlebih lagi Aqua mendorong masyarakat untuk mengembangkan ekonomi masyarakat kecil dengan mendirikan koperasi. Banyak sudah binaan koperasi yang didorong pembentukannya oleh Aqua terutama disekitar pabrik-pabrik dimana Aqua didirikan. Sebagai salah satu contoh, Aqua juga mendorong dan mendidik para penebang hutan untuk menciptakan usaha baru sehingga tidak merusak lingkungan. Aqua mendorong terciptanya usaha baru demi menyelamatkan hutan. Sampai saat ini sudah ada 2 juta pohon yang telah ditanam Aqua, 500 perbaikan sumur dan pembuatan 23 ribu lubang biopori dalam melestarikan lingkungan. Aqua tidak henti-hentinya mendidik relawan-relawan baru dalam upaya bersama untuk menyadarkan semua pihak betapa pentingnya merawat lingkungan. Salah satu contoh langkah konkret misalnya seperti pilot project yang didirikan Aqua di daerah Cilebut dengan mendirikan bank sampah. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Hasil tani masyarakat Pancawati.dokpri"]
Hasil tani masyarakat Pancawati.dokpri
Hasil tani masyarakat Pancawati.dokpri
[/caption] Dibeberapa tempat bahkan Aqua mendirikan sekolah Sahabat Alam untuk mendidik ribuan kader ramah alam yang akan mengajarkan dan menginspirasi masyarakat lainnya. Di Ciherang sendiri Aqua dalam pengembangan ekonominya mendirikan komunitas koperasi biru mandiri. Luar biasanya lagi, hingga saat ini tercatat nasabahnya mencapai 1000 orang. Dalam waste management, Aqua mengklaim mampu mengelola 90 ton sampah yang bisa diolah kembali menjadi barang yang lebih bermanfaat lagi.

Hery Yunarso, CSR Manager Aqua memaparkan dengan gamblang apa yang sampai saat ini mereka lakukan. Aqua melakukan kemitraan salah satunya dengan yayasan Gamelina yang membantu proses pendataan pohon dan konservasi berbasis ekonomi yang dilakukan baru-baru ini di Ciherang adalah pembuatan keripik buah dan bank bibit pohon. Hery menerangkan tentang teknologi Drone, kapal terbang nirawak yang telah dilibatkan dalam pemantauan perkembangan pohon yang ditanam terutama dibeberapa area curam dan terjal. Bahkan Aqua memiliki database secara online yang mencatat jenis pohon dan kapan pohon tersebut ditanam. Semua tanda di pohon tersebut lagi-lagi menggunakan bahan daur ulang yaitu bekas tutup Aqua gallon. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Ramah dan Kreatif/dokpri"]

Ramah dan Kreatif/dokpri
Ramah dan Kreatif/dokpri
[/caption] Kecanggihan teknologi Aqua dalam pendataan pohon sangat diapresiasi pemerintah terutama juga dalam pemanfaatan Drone untuk melakukan pengamatan pertumbuhan pohon sehingga tak perlu lagi mencari secara manual yang tentu membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak. Aqua menerapkan Zero Waste, maksudnya semua bahan yang diolah akan dimanfaatkan setiap bagiannya. Begitu juga apa yang telah dilakukan dalam pembuatan keripik buah. Biji-bijinya di pisahkan sehingga bisa dijadikan bibit kembali. Kedepan setiap desa akan didorong oleh Aqua untuk berinvestasi pohon. Hal ini menjadi sangat penting dan mendasar ditengah-tengah meluasnya lahan kritis yang berada di Indonesia terutama Indonesia bagian timur.

Arif Fatullah, Senior Sustainable Development Aqua, menjelaskan tentang wilayah konservasi yang dibina oleh Aqua kini memiliki 6500 bibit dengan berbagai macam jenisnya. Kecanggihan teknologi Drone juga merupakan salah satu langkah maju Aqua dalam pelestarian lingkungan. Ngomong-ngomong, Aqua juga ternyata sudah memiliki kampong sehat yang mengolah daur ulang plastk. Salah satu program kampong sehat adalah membina masyarakat membuat kompos sendiri dari limbah rumah tangga. Kini masyarakat sekitar Pabrik Aqua Ciherang bekerja sama dalam melakukan konservasi lingkungan karena sudah memahami visi yang sama yakni pelestarian alam demi masa depan. Memang targetnya bukan hanya orang tua melainkan juga anak-anak usia sekolah agar sejak dini mereka sadar betapa pentingnya merawat lingkungan. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Bersama para penjaga kelestarian alam di garda terdepan (Paling kiri Lani, paling Kanan Bapak Masum)/dokpri"]

Bersama para penjaga kelestarian alam di garda terdepan/dokpri
Bersama para penjaga kelestarian alam di garda terdepan/dokpri
[/caption] Aqua merasa dengan bergandengan dan bermitra dengan Yayasan Gamelina, telah mampu memberikan pencerahan tentang keberadaan Aqua sesungguhnya yang awalnya dianggap sebagai biang kekeringan. Setelah dilakukan observasi bersama ditemukan bahwa hilangnya daerah resapan air dan tidak terawatnya daerah aliran sungai menjadi penyebab kekeringan terjadi. Dari akar permasalahan itulah Aqua bersama mewujudkan pelestarian lingkungan dengan membuat beberapa program yang telah disebutkan dengan tujuan untuk mengedukasi terus menerus dan mengingatkan, serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dalam pemberdayaan ekonomi yang lebih baik lagi. Pemerintah akan sangat tegas terhadap izin eksplorasi air. Bahkan di Pasuruan saat ini sudah dilarang “ditimba” lagi karena sudah dianggap sebagi area kritis. Ditempat seperti inilah Aqua mendorong utuk melakukan hutan asuh, mengembalikan lingkungan ke kondisi aslinya. Memang dibutuhkan perjuangan dan waktu yang sangat panjang untuk meminta hutan yang sama seperti sedia kala. Selain diisi acara peninjauan desa binaan Aqua di Pancawati, kompasianer juga diajak berinteraksi langsung dengan masyarakat yang bekerja petani dan peternak. Salah satu peternak bapak Masum (61 tahun) mengatakan sangat senang karena diberikan domba untuk dirawat. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Bapak Leonardo Ibnu Said/dokpri"]
Bapak Leonardo Ibnu Said/dokpri
Bapak Leonardo Ibnu Said/dokpri
[/caption] Menurut pak Masum, pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui produksi keripik buah baru dilakukan sehingga pasarnya masih belum cukup luas hanya baru dijual di sekitar daerah Pancawati. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Aqua sudah cukup dirasakan manfaatnya oleh penduduk sekitar, terbukti dengan semakin berkembangnya juga koperasi bina mandiri yang telah memiliki anggota sekitar 1000 orang perserta. Yang menarik adalah Desa pancawati ini terletak di kaki gunung Taman Nasional Gunung Pangrango. Menurut salah satu polisi hutan, Dadan, mengatakan bahwa Taman Nasional Gunung Pangrango ini mampu menghasilkan 2 miliyar kubik air yang juga ditetapkan sebagai daerah tangkapan air yang sangat vital oleh UNESCO. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Polhut pak Dadan dan dari Yayasan Gamelina/dokpri"]
Polhut pak Dadan dan dari Yayasan Gamelina/dokpri
Polhut pak Dadan dan dari Yayasan Gamelina/dokpri
[/caption] Menurutnya sebagai cagar biosfer, gunung gede Pangrango memiliki memiliki 80 jenis flora, dan dari 250 spesies burung endemic, 30 persennya berada di Gunung Gede Pangrango yang juga merupakan sarang Elang Jawa, Macan Tutul, Leopard, Macan Dahan dan satwa lainnya. Dengan luas sekitar 22 Ha kawasan Gunung Gede Pangrango memiliki peranan vital bagi daerah Sukabumi, Bogor dan Jakarta karena mengalir sungai Ciliwung dan Cisadane. Kunjungan tersebut jelas membuka wawasan saya sebagai bloger betapa sulitnya merawat alam. Namun jika dilakukan bersama-sama dengan komitmen yang kuat, merawat lingkungan akan semakin mudah. Buktinya masyarakat Desa Pancawati yang dibina oleh Aqua dan Yayasan Gamelina mampu menghasilkan ragam produk pertanian seperti kompos, sayuran, domba, hingga keripik buah yang merupakan khas oleh-oleh Malang. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Keripik Buah Desa Pancawati/dokpri"]
Keripik Buah Desa Pancawati/dokpri
Keripik Buah Desa Pancawati/dokpri
[/caption]
Setelah dicicipi keripik pepayanya ternyata serasa bukan makan papaya. Kriuk dan manisnya pas karena tidak terlalu legit. Sangat cocok bagi yang tidak suka buah karena masih bisa dinikmati dalam bentuk keripik. Kedepan tanggung jawab kita bersamalah untuk mebina dan mendidik generasi selanjutnya untuk melestarikan, merawat dan menjaga warisan agar bisa terus dirasakan manfaatnya oleh anak dan cucu kita kelak.

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="Pemandangan Desa Pancawati/dokpri"]

Pemandangan Desa Pancawati/dokpri
Pemandangan Desa Pancawati/dokpri
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun