Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sulitnya Mencari Daun Saga

18 Juni 2012   00:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:51 2392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. therainbowmiracle.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="dok. therainbowmiracle.blogspot.com"][/caption] Beberapa hari ini si kecil batuk pilek. Bahkan saya pun mengalaminya. Tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman. Biasanya jika sudah seperti itu hal yang pertama saya lalukan adalah mengobatinya dengan obat herbal. Jika tenggorokan gatal saya biasanya berkumur dengan air garam. Air garam ampuh untuk melegakan tenggorokan meskipun rasanya kurang sedap. Selain air garam bisa dengan cara meminum teh hangat yang sudah di campur dengan madu. Nah, untuk batuknya sendiri biasanya saya mengandalkan daun saga. Tapi sayangnya tumbuhan yang biasa merambat ini ternyata sulit sekali didapatkan di daerah saya. Sebetulnya beberapa bulan lalu masih ada tumbuhan saga di belakang rumah. Tapi sepertinya mati karena kekeringan. Akhirnya saya berkeliling mencari di tetangga. Hasilnya nihil. Ada seorang tetangga yang tadinya memiliki tumbuhan sagan yang sangat rimbun. Tapi sayang, ulah manusia juga yang menyebabkannya mati. Ternyata banyak orang lain juga yang datang kepadanya meminta daun saga. Tetapi caranya tidak tepat. Daunnya habis diambil sampai tandas. Akhirnya tumbuhan itu mati. Sampai sekarang saya belum menemukan lagi tetangga yang memiliki daum saga di pekarangan rumah atau di kebunnya. Saya jadi ingat kakek saya di Bandung yang gemar menanam. Di Bandung saya tidak pernah kesulitan untuk mendapatkan obat herbal. Selain saga, daun sirih juga mudah ditemukan. Bahkan binahong yang saya tanam di belakang rumah sekaranf berasal dari Bandung. Saya sengaja membawanya dari Bandung untuk di tanam di Tangsel. Sayang sekali pekarangan rumah di Tangsel memang sudah banyak bebatuan. Sehingga sulit sekali ditanami. Tapi saya sudah berencana menanam beberapa jenis tanaman herbal ini dengan mengumpulkan kaleng bekas susu si kecil. Mudah-mudahan saya bisa menciptakan apotek hidup di pekarangan rumah yang berbatu-batu ini. Agar nantinya bisa juga dimanfaatkan selain untuk pengobatan keluarga juga orang lain. salam @gurubimbel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun