Sedekah Rombongan (SR) adalah gerakan untuk membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan. Terutama mereka yang sakit parah dan harus segera mendapatkan penanganan. Gerakan SR ini digawangi seorang anak muda yang bersahaja, Saptuari Sugiharto. Saptuari mulai dikenal ketika di undang dalam acara Kick Andy Show di Metro TV sebagai wirausahawan muda yang sukses. Saptuari adalah sosok inspiratif yang memberanikan diri untuk membuka usaha sejak masih berkuliah di UGM Yogyakarta.
Pemilik usaha Kedai Digital dan Kaos Jogist ini menceritakan bahwa lahirnya SR bermula dari blognya yang menayangkan tentang Putri Herlina pada bulan Juni 2011 di Panti Sayap Ibu, Jogja. Putri Herlina adalah seorang bayi yang ditinggalkan di rumah sakit. Putri Herlina mengalami cacat dalam, ia tidak bisa menelan bahkan minum susu pun harus melalui selang lewat hidungnya. Putri Herlina tidak bisa menggerakkan kakinya. Hanya tangannya yang bisa menggapai seorang gadis tanpa lengan dalam foto yang di pasang di website SR.
Setelah tulisannya ditayangkan berbagai respon mulai berdatangan. Saptuari cukup surprise karena responnya sangat banyak. Mereka semua yang menghubungi Saptuari melalui sms dan mention di twitter. Mereka tergerak menitipkan sumbangan untuk didonasikan bagi Putri Herlina. Saptuari terus mengkampanyekan gerakan SR ini di twitter dengan tagar #SedekahRombongan.
Berkat bantuan social media Saptuari pernah mengumpulkan 180 juta rupiah untuk donasi korban meletusnya gurung Merapi. Twitter benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menularkan rasa peduli terhadap sesama. Gerakannya ini pula yang membuat orang lain turut serta membantu Saptuari dalam mengumpulkan dan mendistribusikan bantuan. Para relawan ini tidak dibayar sedikitpun. Semua dana yang terkumpul murni disumbangkan pada mereka yang dibutuhkan. Saptuari dan para relawan bahkan mengeluarkan kocek sendiri untuk biaya operasionalnya.
Senin lalu (12/3/2012) muncul berita di Koran Jawa Pos tentang @pitungmasakini yang tengah memberikan bantuan di salah satu rumah sakit di bilangan Jakarta Selatan. Orang yang ditolong adalah seorang ibu yang bayinya meninggal dalam rahim. Ibu tersebut kekurangan biaya untuk mengeluarkan bayinya yang sudah tak bernyawa. @pitungmasakini adalah salah satu team relawan yang bergabung dalam gerakan SR. @pitungmasakini hanya bisa kita kenal dalam twitter. Dia adalah seorang dosen dan juga pengusaha yang menolak menyebutkan nama asli dan wajah aslinya di social media. Uniknya @pitungmasakini berprofesi juga sebagai supir ambulan setiap hari Jumat, alasannya agar dia selalu mengingat kematian. Tidak jauh berbeda dengan Steve Jobs yang selalu berkaca bahwa esok dirinya bisa saja tiada.
SR memiliki sasaran untuk di bantu, diantaranya;
- Panti asuhan anak cacat
- Panti asuhan bayi yang terlatar
- Panti asuhan yatim piatu
- Janda-janda dhuafa
- Orang sakit yang tidak mampu berobat
- Biaya sekolah anak yatim dhuafa
- Pondok pesantren yang membutuhkan dana pembangunan
- Musholla/Masjid yang membutuhkan dana
- Kebutuhan ibadah
Gerakan yang resmi didirikan pada tanggal 9 Juni 2011 ini total telah mendonasikan sumbangan para donatur social media sejumlah 1.551.500.950 dalam 110 rombongan. Banyak cerita ajaib dari para donatur setelah memberikan sumbangan melalui SR.
Sosok Saptuari dengan SR-nya mengingatkan saya pada Bill & Melinda Gates Faoundation. Bill Gates kini berkonsentrasi pada yayasan sosial yang didirikannya itu untuk membantu dalam berbagai bidang diantaranya pengentasan kemiskinan dan kesehatan. Sosok Bill Gates menjadi lebih kaya dan bersahaja setelah berkonsentrasi untuk mengumpulkan dana dan mengembangkan yayasannya. Seteve Jobs pun lebih bersahabat ketika Bill Gates menarik diri dari Microsoft.
Kekayaan Saptuari memang belum bisa dibandingkan dengan kekayaan Bill Gates. Namun pemikirannya, perjuangannya bisa menggerakan ribuan orang untuk bersedekah tidak bisa di pandang sebelah mata. Sosok-sosok lain seperti Saptuari kini muncul untuk menggalang dana membantu mereka yang mebutuhkan. Saptuari adalah salah satu penggagas bantuan tanpa ribet. Ironis rasanya masih ada rakyat yang sudah 8 tahun belum mendapatkan kartu jamkesmas.
Lalu apa kabar dengan Mensos kita? Apakah dia bergeriliya ke akar rumput, ke panti asuhan, membebaskan biaya bagi mereka yang ditahan rumah sakit atau dimana? Di teve pun saya jarang melihatnya. Ah lupakanlah, mungkin saya harus berbaik sangka kalau pak Mensos mungkin tidak mau diliput media ketika bekerja.