Di dunia yang semakin terbuka, kita selalu di hadapkan pada kebebasan kita untuk mengakses maupun membagikan hal yang ingin kita pertontonkan pada orang lain. Salah satu hal yang ingin kita pertontonkan pada orang lain adalah mengenai pencapaian yang kita miliki. Apapun pencapaian yang kita miliki pasti kita akan merasa bahagia bila bisa mendapat apresiasi dari orang lain. Tapi pada saat orang-orang mengapresiasi mungkin kita tak menyadari ada pula orang-orang yang menahan sifat keinginan untuk seperti apa yang kita share di sosial media dengan mengadu nasib, membandingkan atau bahkan jadi membuatnya merasa rendah diri.
Terkadang juga pada saat keinginan diadakannya pertemuan yang secara umum biasa dibilang silaturahmi, ajang silaturahmi ini diadakan karena jarang berinteraksi dan ingin mengetahui bagaimana ia saat ini, bagaimana keadaanya, atau yang jarang kita ungkapkan padahal keingintahuan orang-orang sangat besar adalah, bagaimana sudah memiliki pasangankah? Bagaimana sudah punya apa saja selama ini?
Tak jarang pada saat pertemuan yang terjadi bukannya merasakan kebahagiaan tapi justru malah keterpurukan yang didapat karena ternyata pertemuan ini tidak menjadi ajang untuk saling mendengarkan, membantu, menguatkan atau berbagi tapi malah menjadi bahan ejekan berkedok bercanda.
Mungkin kita bertanya, mengapa orang-orang ingin mengetahui hal tersebut? Mengapa orang-orang ingin sekali membagikan kisah suksesnya pada saat pertemuan? Beberapa alasan yang menurut penulis mengapa orang-orang melakukan kegiatan tersebut adalah:
- Pembuktian Bisa Lebih Baik Dibanding Dahulu
Seperti yang kita tahu bahwa setiap manusia yang masih bernapas pasti akan mengalami perubahan dalam hidupnya seiring dengan ikhtiar maupun do'a yang ia lakukan. Mungkin dahulu kita mengejek ataupun merendahkan orang-orang yang kurang di mata pelajaran tertentu saat Sekolah. Tapi ternyata dalam dunia bekerja justru sebaliknya, ia yang paling di pakai oleh perusahaan untuk mengerjakan sesuatu. Artinya mungkin saja orang-orang yang sharing apapun pencapaiannya karena ia ingin membuktikan bahwa masa Sekolahnya berbeda dengan masa depannya saat ini.
Sebagai pendengar selagi ia tak merendahkan siapapun kita tak perlu risih dengan pencapaiannya, seharusnya kita turut bangga dan terharu dengan hal tersebut. Karena bagaimanapun kebahagiaan orang tentang pencapaiannya mungkin iapun turut membantu perekonomian keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
- Merasa Bahagia saat Mendapat Apresiasi Setelah Sharing Pencapaian Diri
Merasa bahagia pada saat mendapat apresiasi bukan berarti haus dalam pujian. Apresiasi maupun pujian dari orang lain mungkin menjadi salah satu senjata untuk dirinya bisa tetap layak dalam menjalani pencapaian yang ia kerjakan. Sharing terhadap pencapaian yang dimiliki dan di apresiasi adalah sebuah hal normal yang bisa kita lakukan karena untuk mencapai suatu pencapaian bisa jadi ia korbankan waktu lainnya untuk mendapat hal tersebut, entah pencapaian ini ia lakukan dengan menahan sakit dan tangisnya untuk bisa mencapai impiannya. Jadi mengapresiasi lebih baik di banding harus iri dengki.
- Sharing Pencapaian Agar Bisa Flexing dan di Segani Orang Lain
Segala perbuatan tergantung dari niat seseorang, kehormatan yang ingin ia capai mungkin menjadi unsur yang ia banggakan dalam hidupnya untuk berlaku sombong akan pencapaian yang dimiliki. Memamerkan pencapaian tetapi di balut dengan merendahkan orang lain adalah bukti sifat tinggi hati manusia yang eneuk untuk kita dengar. Bukannya ingin mengapresiasi kita jadi malah tak suka dan bahkan ingin segera untuk lost contact saja dengan orang-orang yang seperti ini. Jika mendapati orang seperti ini dan kitapun merasa tak bisa meresponsnya atau bahkan yang lebih parah adalah merendahkan diri kita sendiri tentu tidak ada alasan lain untuk segera mengakhiri hubungan demi kesehatan mental yang perlu kita jaga.
      Jadi, itulah beberapa alasan orang-orang pada saat ketemuan tapi malah ingin sharing adu pencapaian. Sharing tentang pencapaian tidak selamanya buruk apalagi jika diiringi untuk memotivasi ataupun saling membantu bagi yang memerlukan, jadi semuanya tergantung niat dan eksekusi dari apa sebenarnya makna pertemuan yang ingin dilakukan maupun di capai. Yang pasti, setiap pertemuan inginnya kita mencapai kebahagiaan setelahnya, kalau setelah silaturahmi sudah tidak mau ketemuan lagi mungkin ada hal yang salah pada saat pertemuan terjadi. Kalo kamu saat ini gimana, kamu tipe yang menghindari pertemuan atau malah butuh pertemuan untuk charge energi kebahagiaan? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H