"Raa, sorry tapi ini cita-citaku sejak lama. Dan maaf aku gak cerita sama kamu" Aksa menyadarkan lamunanku.
"Aksa aku tau mungkin ini gak akan mudah buat aku, tapi aku senang kamu bisa masuk universitas impian kamu. Kamu harus jadi pemusik yang hebat sa. Aku yakin kamu pasti bisa."
" Aku meyakinkan Aksa bahwa aku akan baik-baik saja tanpanya. " BTW kapan kamu berangkat Jogja sa?"
"Mungkin lusa, aku harus mulai packing dari sekarang ra"
"APA? Secepat itu kamu harus pergi ke Jogja sa?"
"Yes. Aku harus siapin banyak hal disana ra. Mulai dari kostan, nempatin barang-barang kan ga sebentar ra. Belum lagi aku ntar ada ospek. Tenang aja Naraku pasti bisa kan. Coba kamu cari teman baru di tempatmu kuliah ra, jangan batasin cara kamu komunikasi sama oranglain. Banyak orang baik ra diluar sana, suatu saat kamu pasti bisa nemuin. Eeeh tapi pergaulannya harus tetep pilih-pilih yaa! Hehe kalo kamu nakal disini nanti aku sentil"
"Gila yaaa Aksa! Hahahaha aku bakal kangen banget sama kamu. Nanti harus pulang sering-sering ya!"
2 hari kemudian tepat dihari keberangkatan Aksa..
"Aksa kamu hati-hati ya, jangan lupa kabarin aku kalau udah sampai"Nara mencoba terlihat baik-baik saja meski sebenarnya ia takut kehilangan sosok sahabat
"Iya ra, aku berangkat ya. Jangan sedih" memang sehebat apapun Nara menyembunyakan sesuatu, Aksa selalu mengetahui kesedihan sahabatnya itu, mereka berpelukan seiring kereta muai memanggil Aksa untuk segera naik.
Hari-hari berikutnya Nara merasa sangat kesepian. Sambil menunggu hasil tes universitas, aku sadar bahwa aku tak bisa terus menjadi pendiam. Aku mulai berbenah, meng-upload beberapa foto diinstagram setelah sebelumnya laman instagramku tak ada foto sama sekali karena aku sangat tak percaya diri. Beberapa orang menyukai dan mengomentari fotoku. Aku tersenyum. "Aku harus lebih membuka pertemanan" ucapku dalam hati.
Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar kalau aku diterima disalah satu Universitas negeri jurusan seni di Bandung. Tentu aku sangat senang dan langsung mengabari Aksa, ia turut senang atas keberhasilanku.
Hari- hari berlalu, aku berhasil melewati ospek kampus. Aku resmi menjadi seorang mahasiswa seni. Aku mulai berkenalan dengan beberapa teman dikelasku, mengikuti organisasi kampus yang bisa membantuku untuk lebih aktif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Meski seringkali sulit untuk memulai sebuah percakapan, aku ternyata bisa melakukan semuanya. Kegiatanku semakin padat dengan tugas-tugas kuliah dan kegiatan keorganisasian, hidup menjadi seorang mahasiswa memang tak pernah mudah bukan. Hubungan komunikasiku dengan Aksapun semakin sulit karena kesibukan masing-masing yang kami jalani, hanya sesekali kami saling bertukar kabar.
Lingkar pertemananku telah lebih baik, aku tidak lagi menjadi orang cupu yang selalu menyendiri. 2 tahun kemudian aku mendapat kabar bahwa Aksa akan pulang ke Bandung. Aku langsung pergi ke stasiun untuk menjemput Aksa. Aksa tiba dari Jogja setelah 2 tahun dia tak pulang ke Bandung karena orangtuanya yang selalu mengunjunginya ke Jogja.
"Aksaaaa" aku berteriak sambil melambaikan tangan pada Aksa, menandakan bahwa aku ada disini. Dia berlari menghampiriku. Dan langsung memelukku. Setelah itu, Aksa terlihat menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dengan rambut panjang terurai, dress pendek selutut berwarna merah muda, alas kaki menggunakan sneaker berwarna putih dan sedikit riasan makeup natural diwajahku. Dia seperti tak percaya bahwa yang dihadapannya itu aku.
"Bentar bentar.. ini Nara kan?"
"Gila ih iyalah ini aku hahaha kenapa sih sa?"
"Ra kenapa ga sejak dulu kamu berpakaian kayak gini, kamu cantik banget. Dari dulu sih udah cantik tapi sekarang aura kamu beda ra. Kayak lebih bersinar gitu."
"Hahahaha 2 tahun di Jogja kamu makin ngaco sa. Pasti gara-gara disana gak ada cimol yaa?"
" Ih apaan sih serius juga, eh aku laper nih makan dulu yuk!"
Kami pergi dengan mobil milikku, kami berdua memilih cafe one eighty yang terletak di Dago. Sejak kami SMA, cafe ini selalu jadi tempat favorite kami untuk sekedar nongkrong sambil ngopi. Belum lagi dulu Aksa sering mengisi live music disini. Tempatnya yang nyaman dan instagramble membuat cafe ini tak pernah sepi dari pengunjung.
Kami bercerita banyak tentang hari-hari yang telah kami lalui, Aksa bilang, aku banyak berubah. Aku menjadi lebih ekspresif dan percaya diri saat bercerita padanya. Sesekali Aksa mengusap rambut dan tanganku.
"Ra, aku bangga kamu bisa belajar banyak tanpa merubah jati diri kamu yang sebenarnya. Aku sayang banget sama kamu Ra"