Foto Bersama Mahasiswa KKN Kelompok 266 dengan Perangkat Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektor, pada waktu dan daerah tertentu. Universitas Jember (UNEJ) kembali melaksanakan KKN Tematik secara luring setelah wabah COVID-19 mereda di Indonesia. Sebelumnya, KKN dilaksanakan secara online dengan tema KKN BTV (Back To Village) dimana pelaksanaannya dilakukan di desa mahasiswa masing-masing berada selama dua periode, yaitu pada tahun 2020 dan 2021. Mahasiswa Universitas Jember melaksanakan kegiatan KKN di beberapa wilayah, seperti Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Pasuruan dan Jember. Penerjunan KKN dilaksanakan pada hari Rabu, (20/07/2022) dengan jumlah mahasiswa sebanyak 2.293 orang. Kelompok 266 mendapatkan lokasi KKN di Kabupaten Bondowoso, tepatnya di Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami. Adanya KKN ini, diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di Desa Poncogati.
Desa Poncogati adalah salah satu dari delapan desa di Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso yang memiliki 18 RT, 5 RW, 11 dusun dan 5000 penduduk jiwa. Dusun yang ada di Desa Poncogati diantaranya adalah Dusun Krajan, Krajan 1, Taman, Taman Tengah, Selatan Sawah, Timur Sawah, Timur Sawah 1, Lapangan, Eboran, Gilih dan Pasarramuk. Desa Poncogati dipimpin oleh Bapak Juhari selaku kepala desa dan Bapak Edi selaku Sekretaris Desa Poncogati. Secara administratif, Desa Poncogati merupakan desa terluas kedua setelah Desa Jetis di Kecamatan Curahdami, yang pastinya memiliki berbagai potensi dan permasalahan desa.
Berdasarkan survei dan wawancara dengan berbagai narasumber, diperoleh hasil bahwa di Desa Poncogati memiliki beberapa potensi seperti UMKM, pertanian dan pendidikan. Menurut Bapak Juhari, selaku Kepala Desa Poncogati, UMKM yang cukup berpotensi di Desa Poncogati diantaranya adalah beryet (tempat ikan), budidaya Jamur Tiram dan Tape Krispi. Beryet merupakan anyaman dari bambu yang digunakan sebagai tempat ikan hasil tangkapan dari nelayan di laut. Terdapat tiga ukuran beryet, antara lain beryet ukuran kecil, sedang dan besar. Pembuatan beryet biasanya dilakukan oleh warga lokal (ibu-ibu) untuk mengisi waktu luang, namun tetap mendapatkan uang hasil yang diperoleh. Umumnya, hasil beryet disetorkan ke pengepul, kemudian mendapatkan uang hasil pembuatan beryet berdasarkan jumlah yang dibuat. “Setiap 100 buah beryet dibandrol dengan harga Rp. 15.000,00 pada waktu musimnya. Saat ini, harga beryet dijual dengan harga Rp. 13.000,00 setiap 100 buah”, ujar Bu Siti Hajar selaku pengrajin beryet.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)