Mohon tunggu...
Fika Azhari
Fika Azhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Money

Tapering Off Diberlakukan oleh The Fed, Bagaimana Dampaknya?

28 Januari 2022   14:23 Diperbarui: 29 Januari 2022   12:36 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hampir dua tahun lebih, pandemi COVID-19 menjangkiti seluruh dunia. Berbagai sektor mengalami dampak dari adanya pandemi ini, salah satu yang paling terdampak adalah sektor ekonomi. Kebijakan untuk membatasi aktivitas sebagai pencegahan penyebaran virus, memicu pelemahan ekonomi secara global. Sejumlah negara pun mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Otoritas dunia terdorong untuk melakukan langkah agresif, sebagai akibat dari COVID-19 yang melemahkan ekonomi secara signifikan. Selain memperkuat sektor kesehatan, otoritas juga memberikan perhatian yang lebih terhadap upaya untuk mengatasi terpuruknya ekonomi dengan melakukan berbagai macam stimulus. Salah satunya adalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang biasa dikenal dengan The Federal Reserve (The Fed). Sejak pandemi menyerang, The Fed melakukan tindakan cepat untuk menyelamatkan perekonomian. Hal yang dilakukan ialah dengan memberikan stimulus berupa penurunan suku bunga dan melakukan program pembelian surat berharga secara besar-besaran, baik itu surat berharga pemerintah maupun swasta.

Adanya kemajuan tingkat vaksinasi dan menurunnya kasus dari COVID-19 memberikan pengaruh yang baik terhadap perekonomian global. Perekonomian global mulai pulih, meski masih belum merata. Salah satu negara yang ekonominya mulai pulih adalah Amerika Serikat. Pulihnya perekonomian Amerika Serikat ini dapat dilihat dari adanya pertumbuhan dalam terciptanya lapangan kerja baru yang melebihi ekspektasi dan tingkat inflasi yang mulai seimbang. Beberapa sektor lain juga mulai ikut tumbuh diantaranya yaitu konsultasi dan manufaktur.

Pulihnya perekonomian Amerika Serikat yang ditandai dengan beberapa hal di atas merupakan indikator yang digunakan The Fed untuk mulai melakukan tapering off sebagai bentuk dari normalisasi kebijakan moneter. Tapering off merupakan pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat dengan membeli surat berharga yang dilakukan selama pandemi.

Tapering off akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Mulai dari tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, utang luar negeri, penanaman modal atau investasi, neraca perdagangan, dan utamanya sektor yang sensitif terhadap kenaikan suku bunga dan transaksinya menggunakan dolar. Dampak tapering off terhadap perekonomian bagaikan efek berantai yang saling berhubungan.

Ketika tapering off diberlakukan, maka akan terjadi pengurangan pasokan dolar AS dari pasar internasional sehingga memicu lemahnya nilai tukar rupiah atas dolar. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memberikan dampak yang luas terhadap perekonomian. Yang pertama ialah tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan  ekonomi  adalah  proses  kenaikan output per kapita dalam  jangka  panjang.  Tekanannya  pada  tiga  aspek,  yaitu:  proses, output per kapita  dan  jangka  panjang.  Pertumbuhan  ekonomi  adalah  suatu  proses, bukan  suatu  gambaran  ekonomi  pada  suatu  saat (Budiono, 1999). Nilai tukar memiliki hubungan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi karena nilai tukar yang mempengaruhi output per kapita. Artinya ketika nilai tukar mengalai pelemahan, maka akan terjadi penurunan output per kapita yang menjadikan tingkat pertumbuhan ekonomi negatif.

Yang kedua tingkat pengangguran, ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah akibat adanya tapering off, tingkat pengangguran akan naik karena industri yang menggunakan bahan baku impor akan mengalami krisis bahkan bisa sampai bangkrut. Sehingga banyak tenaga kerja yang akan di-PHK dan akan sulit mencari pekerjaan. Namun, tingkat pengangguran juga dapat turun. Hal ini dapat terjadi ketika masyarakat beralih ke produk dalam negeri yang harganya lebih murah, lalu yang terjadi adalah permintaan akan naik. Naiknya permintaan akan membuat produsen menambah jumlah tenaga kerja.

Berikutnya utang luar negeri, ketika nilai tukar rupiah melemah sebagai dampak dari tapering off, yang terjadi terhadap utang luar negeri adalah utang luar negeri makin naik karena Indonesia membayar utang luar negeri dalam valuta asing. Penambahan utang luar negeri terjadi karena pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan mata uang negara peminjam. Sehingga apabila nilai tukar melemah terhadap dolar Amerika, maka akan terjadi penambahan pinjaman.

Selanjutnya penanaman modal atau investasi. Pengaruh tapering off yang berimbas pada nilai tukar rupiah akan menurunkan tingkat investasi. Sebab nilai tukar yang melemah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian yang lemah, sehingga berisiko bagi para investor. Namun, apabila faktor funfamental perekonomian Indonesia tidak lemah, risiko pada investasi dapat diminimalisir.

Neraca perdagangan juga tidak lepas dari pengaruh tapering off yang diberlakukan oleh The Fed. Kebijakan tapering off akan menyebabkan neraca perdagangan mengalami defisit. Secara umum depresiasi nilai tukar rupiah akan menurunkan kinerja perdagangan Indonesia dengan mitra dagangnya (negara asing). Pada jangka pendek, nilai tukar cenderung tidak memiliki pegaruh yang nyata terhadap neraca perdagangan. Pelemahan rupiah sebagai akibat dari tapering off akan membuat harga bahan baku menjadi semakin mahal bagi pelaku industri yang mengimpor bahan bakunya. Bagi komoditas yang diekspor juga belum tentu merasakan keuntungan karena biaya logistik yang dibayar menggunakan valuta asing akan meningkat secara signifikan. Selain itu, daya saing produk Indonesia di pasar internasional maupun regional akan terkena imbas karena produsen akan menyesuaikan harga di level konsumen ketika harga bahan baku lebih mahal.

Lalu, bagaimana dampaknya terhadap UMKM di Indonesia? Tapering off dapat memberikan dampak yang baik terhadap UMKM di Indonesia. Melemahnya nilai tukar rupiah sebagai akibat dari tapering off akan mempengaruhi harga barang impor. Harga barang impor akan mengalami kenaikan, sehingga masyarakat akan cenderung beralih ke barang-barang lokal yang harganya relatif lebih murah. Lalu yang terjadi adalah adanya peningkatan permintaan terhadap barang-barang lokal. Murahnya harga barang-barang lokal dibandingkan barang impor karena barang-barang lokal tidak begitu bergantung terhadap bahan baku impor. UMKM akan menjadi penyelamat bagi perekonomian Indonesia ketika tapering off diberlakukan. 

Oleh karena itu, perlu adanya peran pemerintah dalam membantu UMKM agar lebih produktif serta mendorong pemanfaatan bahan baku alternatif yang dapat menggantikan bahan baku impor. Selain itu, bagi para pelaku industri yang mengimpor bahan bakunya dapat melakukan cost saving dan hedging sebagai antisipasi. Pelaku usaha juga dapat melakukan percepatan dalam pemesanan bahan baku dan modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun