Mohon tunggu...
Fika Meliya
Fika Meliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Ekonomi Sosialis dan Ekonomi Kapitalis China Dan Pengaruhnya Bagi Indonesia

29 Desember 2022   22:26 Diperbarui: 11 Januari 2023   01:16 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkembangan ekonomi cina. Sumber pixabay.com

Istilah sosialis dan kapitalis mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tidak hanya dalam ilmu politik saja kedua istilah ini digunakan. Namun dalam ilmu ekonomi juga rasanya tidak asing lagi. Sebagai pengingat, berikut saya ulas sekilas mengenai definisi ekonomi sosialis dan kapitalis.

 Ekonomi sosialis merupakan sistem ekonomi dimana pemerintah berperan penting dan penuh dalam mengatur dalam menjalankan kebijakan, keputusan, dan lainnya yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Sedangkan ekonomi kapitalis merupakan suatu sistem ekonomi dimana semua aset ekonomi dimiliki oleh swasta atau individu. Salah satu contoh negara yang memakai sistem ekonomi ini saya ambil contoh China. Untuk penjelasan lengkapnya, berikut adalah penjelasan mengenai ekonomi sosialis dan kapitalis China.

Dalam perkembangannya, awalnya ekonomi China menganut sistem sosialis atau komunis yang mana semua kebijakan ekonominya diatur oleh negara, dan warga negara yang menentang kebijakan tersebut akan dihukum.

Contohnya saat China membungkam media pers di wilayahnya sendiri, dan tercatat sampai 10 tahun silam menurut data reporter lintas negara, tercatat sampai 1 Januari 2006 ada sekitar 32 wartawan yang ditahan oleh pemerintah China. Dan hal semacam ini sudah menjadi hal biasa di sana, tak jarang pemerintahnya mengengkang bahkan menahan wartawan-wartawan negaranya sendiri hanya untuk membungkam mereka agar tidak meliput apa yang sudah mereka dengar dan lihat. Tapi dengan adanya keketatan itulah yang menjadikan ekonomi China semakin maju dan berkembang.Wujud sosialis China ini dapat dilihat dari jumlah perusahannya, sekitar 70% adalah BUMN dan 30% adalah perusahaan yang dipegang oleh swasta.

Sekarang, China sudah mengadopsi sistem ekonomi kapitalis. Ini merujuk pada implementasi dari teori Deng Xiaoping yang mengatakan bahwa China menjalankan dua sistem berbeda dalam satu negara, yaitu melakukan sistem kapitalis dalam perekonomiannya dan sistem komunis atau sosialis dalam politiknya. Teori ini mengandung satu poros inti. Poros inti tersebut yaitu pembangunan ekonomi melalui modernisasi dalam empat bidang (pertanian, industri, ilmu pengetahuan, teknologi). Proses modernisasi ini pada pratiknya mengintegrasikan sistem ekonomi China dengan ekonomi global. (silfiana, 2018).

Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi China mulai mengalami perubahan yang signifikan bagi China dari sistem sosialis menuju sistem kapitalis. Tercatat perusahaan negara di China mengalami pengurangan 100.000 menjadi 40.000 saja. Sedangkan jumlah perusahaan swastanya mengalami kenaikan pesat dari 90.000 menjadi 2 juta. Dan hal tersebut membuktikan masyarakat sudah mulai mempunyai kebebasan dalam berekonomi serta bersaing secara bebas dan tidak lagi terlalu dikekang oleh pemerintah, meskipun peran pemerintahnya masih ada tapi tidak lagi seketat sebelumnya. Jadi pada intinya, baik sosialis atau kapitalis China. Dua-duanya sama unggulnya karena dapat membawa perubahan bagi China, hanya beda sistem atau cara menjalankannya saja.

Dengan berkembangnya perekonomian Cina tersebutlah yang akan membawa pengaruh juga ke Indonesia. Mengingat bahwa Cina merupakan pasar ekspor utama Indonesia untuk produk komoditas bahan mentahnya yang di Indonesia melimpah jumlahnya, seperti batubara dan minyak  kelapa sawit. Dan disisi lain, Cina juga merupakan negara pengekspor terbesar ke Indonesia. Sehingga tidak heran jika naik turunnya ekonomi Cina akan sangat berpengaruh di Indonesia. Selain itu, pinjaman luar negeri Indonesia ke Cina terus bertambah setiap tahunnya. Permintaan luar negeri terhadap ekspor di Indonesia jumlahnya terbatas, sehingga menyebabkan manufaktur di Indonesia juga terpengaruh. Menurut survey terbaru dari Nikkei, pada Desember 2015 sektor manufaktur di Indonesia mengalami kontraksi dalam 15 bulan berturut-turut pada tahun tersebut. Dan ini terbukti jelas bahwa berkembang dan tidaknya perekonomian Cina akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

            Banyak yang mengatakan bahwa Indonesia berada di bawah Kendali negara-negara maju terutama Cina, untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Indonesia agar terlepas dari kendali-kendali tersebut.

  • Indonesia harus bervisi untuk bisa mandiri dengan berasaskan islam dalam segala bidangnya, dan tidak mengandalkan kendali dari negara lain yang khususnya berbasis kapitalisme.
  • Indonesia harus menguatkan kemandiriannya pada sector pertanian yang nantinya dapat digunakan untuk salah satu sumber devisa.
  • Indonesia perlu mengakhiri hutang-hutangnya di luar negeri, terutama yang mensyaratkan hal-hal tertentu yang menguntungkan mereka atau negara tersebut maupun yang menguntungkan perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

Dengan tiga hal tersebut diharapkan Indonesia mampu melakukannya dan sedikit-demi sedikit menjadi negara mandiri yang tidak lagi bergantung dan dikendalikan oleh negara lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun