Mohon tunggu...
Fiiya Amzya
Fiiya Amzya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asa yang Tak Bertepi

20 Januari 2018   09:00 Diperbarui: 20 Januari 2018   09:22 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kau sebut negeri adalah negeri korupsi,  maka kau salah. Karena negeri ini berdiri di atas kaki sendiri,  mengarah dengan satu anak panah.  Jika kau sebut negeri ini adalah negeri bobrok,  maka kau salah. Karena negeri ini adalah satu kesatuan hakiki, dibangun atas dasar kepercayaan atas kemenangan abadi. Betapapun kau menyalahkan negeri ini aku akan terus membelanya,  mempertahankan,  dan mengabdi sampai titik darah penghabisan.  Tapi jika kau menyalahkan orang-orang yang berkuasa di negeri ini,  aku akan membela kau,  mendukung,  dan ikut serta dalam memperjuangkan keadilan seluruh rakyat. Besar mimpiku tak akan goyah hanya karena kau berkata ku tak mampu,  tinggi harapanku tak akan runtuh hanya karena kau menyaingi citaku. Kau tau bukan apa yang paling aku citakan selama ini? Ya,  Menjadi seseorang yang bermanfaat bagi negeri ini.

***

"Apakah kau masih berpegang teguh pada prinsipmu? Apakah kau tidak takut?  Bukankah kau seorang perempuan,  Dinar"Ungkap seseorang yang sekarang berada disampingku, tatapannya lurus ke depan,  matanya tak berkedip sama sekali.

"Ya"Sahutku singkat,  aku memalingkan wajahku agar tak melihatnya. Kemudian aku merasa saat ini dia menengok ke arahku.

"Bukankah menjadi seseorang yang bermanfaat tak harus berhubungan dengan politik,  kau cukup memutuskan untuk menjadi guru atau dosen saja.  Lagi pula,  kau tau kan tanggungan menjadi seorang pemimpin kelak di akhirat juga sangat berat?"Ujarnya terdengar serak,  aku tau dia tak suka dengan keputusanku.

"Iya,  san. Aku tau akan hal itu. Tapi aku sudah tidak tahan dengan orang-orang perusak negeri ini.  Jika kita tetap diam,  maka kebatilan akan terus berproses dan memuncak.  Dan bagaimana kita bisa bermanfaat bagi orang lain,  jika hanya ilmu saja yang tersalurkan,  tapi batin mereka terluka"Sahutku dengan suara sedikit meninggi.

"Kau pasti juga akan terluka jika masuk kedunia politik!"

"Tak apa aku terluka,  aku adalah aku,  hanya satu orang.  Sedangkan mereka?  Ada sejuta orang yang mengharapkan negeri ini menjadi lebih baik lagi bukan?  Bukankah aku pernah bekata bahwa aku akan mengorbankan apapun yang ku punya hanya untuk mereka yang tidak pernah mendapatkan keadilan? "

"Kau sungguh keras kepala,  Dinar.  Ya sudahlah jika memang keputusanmu seperti itu, aku bisa apa?  Bukankah aku hanya sekadar sahabatmu?" Sahut Ahsan, menatapku sangsi. Seperti biasa aku membalasnya dengan tatapan yang tajam.

"Ya,  tolong dukunglah aku,  Ahsan.  Tanpa dukunganmu aku bisa apa?"Ahsan tersenyum dengan lesung pipit yang mengiringi di kedua pipinya, manis. Dia mengangguk.

***

Kehidupanku berjalan dengan proses yang lancar,  citaku satu persatu tercapai dengan sempurna. Masyarakat sangat suka dengan gaya kepemimpinanku yang mengutamakan kepentingan mereka,  bahkan separuh gajiku,  aku berikan pada mereka yang benar-benar tak mampu.  Waktu berlalu,  progres pun berlanjut begitu cepat.  Pangkat jabatanku semakin tinggi,  hingga sekarang aku dipilih menjadi menteri keuangan negeri ini.  Persepsi ku terhadap negeri ini tetaplah kritis, aku merasa permasalahan negeri ini tak kunjung usai,  stress mulai membebani fikiran ini,  berbagai tekanan selalu menghampiri dari sudut manapun.  Pembelaanku terhadap kaum yang selama ini tidak mendapatkan keadilan semakin sia-sia.

"Bu menteri yang terhormat,  engkau dipanggil Pak Presiden"Ujar seorang ajudan yang datang ke ruang kerjaku,  ia sedikit membungkukkan badannya,  pertanda penghormatan. Aku tersenyum padanya,  kemudian berkata.

"Okey. Terimakasih"Aku sudah tau apa yang akan disampaikan oleh Presiden,  aku menghela nafas berat,  dan bergegas menuju ruang Presiden dengan membawa beberapa berkas yang mungkin dibutuhkan. Sesampainya disana,  aku memberi hormat padanya,  kemudian setelah beliau mepersilahkan duduk,  aku pun melakukannya.

"apakah kau menghentikan dana untuk reklamasi?,  apakah kau tau akibatnya?!!"Ujarnya terdengar sangat marah. Aku tertunduk,  tak bisa diperlakukan seperti ini,  aku perempuan. Aku terdiam cukup lama, tanganku mengepal kuat. Namun sesaat kemudian aku memberanikan diri menatap beliau,  kemudian aku berkata.

"Ya benar saya yang menghentikan dana reklamasi itu.  Saya menginginkan keadilan bagi seluruh rakyat negeri ini! Apakah itu salah!!  Jika reklamasi hanya bertujuan untuk investasi asing,  untuk apa?  Apakah bapak tidak memikirkan bagaimana nasib rakyat kita kelak?!!  Bagaimana jika reklamasi itu justru merusak biota laut?!!  Apakah bapak tidak tahu negeri tetangga yang pernah melaksanakan reklamasi semacam itu juga ingin mengembalikan pulaunya seperti semula?"Ucapku lepas begitu saja. Nafasku memburu,  tanganku semakin mengepal kuat. Aku melihat ekspresi Pak Presiden yang rupanya sangat kesal dengan perkataanku,  wajahnya memerah,  matanya menatap tajam ke arahku. Kedua tangannya mengepal kuat diatas meja.

"Kau!!!  Beraninya kau bersikap seperti ini kepada saya!!. Pergi dari ruangan ini dan terimalah akibatnya!"Sentak beliau,  salah satu tangannya menunjuk ke arah pintu,  beliau mengusirku. Refleks aku langsung berdiri,  kemudian sedikit membungkuk,  memberikan penghormatan.  Lalu pergi dari ruangan itu.

"Ada apa?  Apakah kau membuat masalah?"Ujar seseorang yang berdiri tepat didepan pintu ruang presiden. Aku terdiam,  tak menjawab.

"Aku tahu kau adalah sosok pemimpin yang dikagumi oleh banyak rakyat negeri ini,  Dinar.  Tapi kau harus tahu,  dunia ini kejam. Sekali saja kau bertindak kesalahan. Maka semua selesai.  Ayolah!  Cari aman akan lebih baik!"Ungkapnya sedikit berbisik. Aku tersenyum kecut,  pergi tak memperdulikan perkataannya.

Mungkin inilah awal cobaanku,  mungkin inilah awal perjuanganku. Akankah aku akan terhenti jua seperti orang-orang pendahulu yang memperjuangkan kebenaran?  Entahlah,  yang jelas asa itu masih tergenggam dalam hati,  dalam hadirnya jiwa ini, berada diantara mereka yang membutuhkan. Berharap tak pernah ada yang menghalangi langkah ini.  Namun ternyata satu kali aku membela kebenaran yang nyata,  rasanya hancur semua harapan yang sudah ku bungkus dengan rapi. Berharap keadilan itu selalu mengalir,  namun kenyataan ternyata tak bergulir.  Benar katanya,  Cari aman atau mati.  Namun jika aku disuruh memilih,  maka aku akan memilih pilihan yang kedua.

***

Breaking news, Hari ini tepat pada tanggal 2 Desember 2017,  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)  berhasil menetapkan beberapa pejabat negara yang terlibat kasus korupsi pembengkakan APBN,  salah satu pejabat yang terlibat adalah menteri keuangan,  yaitu Dinar Mahardita. Di duga Dinar Mahardita mengeluarkan kebijakan proyek pembangunan ekonomi  uang keluar dari aturan APBN sehingga menyebabkan pengeluaran membengkak. Selain itu,  setelah ditelusuri sebagian dana yang digunakan oleh Dinar Mahardita digunakan untuk keperluan pribadinya,  yaitu sebuah rumah baru yang begitu megah di kawasan ibu kota.

Mataku memanas,  tanganku mengepal, emosiku tak tertahankan lagi.  Aku langsung mematikan saluran televisi  berita yang berada dua meter dihadapanku. Fikiranku langsung tertuju pada pak Presiden. Licik sekali orang itu.  Sungguh aku tak pernah melakukan hal keji seperti itu. Kemudian,  sesaat mendadak banyak sekali pesan dan telepon yang masuk dalam telepon genggam ku, aku tak ingin diganggu.  Aku mematikannya,  aku ingin sendiri. Aku masih tidak menyangka jika Presiden melakukan hal ini padaku.  Aku tak tau harus melakukan apa karena baru pertama kali aku difitnah seperti ini. Ahsan,  aku harus pergi ke rumahnya saat ini juga. Aku sangat membutuhkan bantuannya.

Aku bergegas pergi menemui Ahsan,  bagaimana kabarnya saat ini? Kesibukan kita berdua didunia yang berbeda membuat kita sangat jarang bertukar pikiran.  Sudah sekitar dua bulan yang lalu kita bertemu,  dia sudah menjadi seorang dosen ilmu politik sekarang. Rumahnya lumayan jauh dari rumahku,  butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan.  Aku menghubungi nya dengan nomer ponsel pribadi ku yang tak diketahui orang banyak. Sesampai dirumahnya aku langsung menceritakan semua yang terjadi pada diriku.

"Dinar. Situasi semakin memburuk,  semua media menyudutkan kau . bahkan beberapa media memberitakan bahwa esok hari kau akan tertangkap dan mendapatkan hukuman selama 20 tahun"

"Mengapa proses ini begitu cepat?"

"entahlahlah, tapi aku percaya pada kau. Kau tak mungkin melakukannya bukan? "

"Terimakasih karena sudah percaya"

"Dinar.. Maaf Aku tak bisa membantu apa-apa,  situasi semakin rumit.  Tapi percayalah kebenaran tetaplah kebenaran,  meski dunia ini tak ada yang mempercayaimu,  Tuhan tetap tau mana yang harus dipercaya.  Kau atau mereka"Ungkap Ahsan menatapku nanar. Aku terdiam membisu, tak menyahut apapun,  masih mencoba mencerna perkataan Ahsan.

"Kau benar Ahsan,  Tuhan akan tetap mempercayaiku, betapapun mereka bertindak kejam seperti ini, aku akan menerima hukuman ini didunia dan mereka akan menerima di akhirat kelak. Karena tidak ada yang adil di dunia ini,  Karena keadilan hanya dimiliki oleh sang pencipta. Namun,  aku akan berusaha terlebih dahulu"

***

Asa yang tak bertepi,  akhirnya aku mendapat hukuman fitnah itu,  hukuman yang seharusnya tidak aku jalani.  Aku tak bisa lagi mewujudkan harapan rakyat negeri ini,  aku terkurung dalam jeruji dunia yang sempit ini. Ada rasa kesal didalam hati,  tapi sungguh penyesalan itu sama sekali tak pernah ada dalam dada ini,  yang ada hanya cinta kasih ku pada negeri tercinta ini.  Terimakasih Tuhan sudah pernah memberiku kesempatan untuk bisa bermanfaat untuk negeri ini. Aku berharap ada generasi yang melanjutkan asa ini hingga menuju tepi dermaga.

Jakarta, 2 Desember 2017.  [FY]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun