Mataku memanas,  tanganku mengepal, emosiku tak tertahankan lagi.  Aku langsung mematikan saluran televisi  berita yang berada dua meter dihadapanku. Fikiranku langsung tertuju pada pak Presiden. Licik sekali orang itu.  Sungguh aku tak pernah melakukan hal keji seperti itu. Kemudian,  sesaat mendadak banyak sekali pesan dan telepon yang masuk dalam telepon genggam ku, aku tak ingin diganggu.  Aku mematikannya,  aku ingin sendiri. Aku masih tidak menyangka jika Presiden melakukan hal ini padaku.  Aku tak tau harus melakukan apa karena baru pertama kali aku difitnah seperti ini. Ahsan,  aku harus pergi ke rumahnya saat ini juga. Aku sangat membutuhkan bantuannya.
Aku bergegas pergi menemui Ahsan, Â bagaimana kabarnya saat ini? Kesibukan kita berdua didunia yang berbeda membuat kita sangat jarang bertukar pikiran. Â Sudah sekitar dua bulan yang lalu kita bertemu, Â dia sudah menjadi seorang dosen ilmu politik sekarang. Rumahnya lumayan jauh dari rumahku, Â butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan. Â Aku menghubungi nya dengan nomer ponsel pribadi ku yang tak diketahui orang banyak. Sesampai dirumahnya aku langsung menceritakan semua yang terjadi pada diriku.
"Dinar. Situasi semakin memburuk, Â semua media menyudutkan kau . bahkan beberapa media memberitakan bahwa esok hari kau akan tertangkap dan mendapatkan hukuman selama 20 tahun"
"Mengapa proses ini begitu cepat?"
"entahlahlah, tapi aku percaya pada kau. Kau tak mungkin melakukannya bukan? "
"Terimakasih karena sudah percaya"
"Dinar.. Maaf Aku tak bisa membantu apa-apa, Â situasi semakin rumit. Â Tapi percayalah kebenaran tetaplah kebenaran, Â meski dunia ini tak ada yang mempercayaimu, Â Tuhan tetap tau mana yang harus dipercaya. Â Kau atau mereka"Ungkap Ahsan menatapku nanar. Aku terdiam membisu, tak menyahut apapun, Â masih mencoba mencerna perkataan Ahsan.
"Kau benar Ahsan, Â Tuhan akan tetap mempercayaiku, betapapun mereka bertindak kejam seperti ini, aku akan menerima hukuman ini didunia dan mereka akan menerima di akhirat kelak. Karena tidak ada yang adil di dunia ini, Â Karena keadilan hanya dimiliki oleh sang pencipta. Namun, Â aku akan berusaha terlebih dahulu"
***
Asa yang tak bertepi, Â akhirnya aku mendapat hukuman fitnah itu, Â hukuman yang seharusnya tidak aku jalani. Â Aku tak bisa lagi mewujudkan harapan rakyat negeri ini, Â aku terkurung dalam jeruji dunia yang sempit ini. Ada rasa kesal didalam hati, Â tapi sungguh penyesalan itu sama sekali tak pernah ada dalam dada ini, Â yang ada hanya cinta kasih ku pada negeri tercinta ini. Â Terimakasih Tuhan sudah pernah memberiku kesempatan untuk bisa bermanfaat untuk negeri ini. Aku berharap ada generasi yang melanjutkan asa ini hingga menuju tepi dermaga.
Jakarta, 2 Desember 2017. Â [FY]