Mohon tunggu...
Albertus Fiharsono
Albertus Fiharsono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjadi orang Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teror

14 April 2011   02:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dengar jelas ledakan itu. Lumayan keras memang. Tak jauh. Beberapa ratus meter saja. Orang-orang panik. Berhamburan ke jalan, mencari tahu apa yang terjadi.

Bom!!!” seseorang berteriak.

“Tabung gas mungkin...” yang lain lagi menimpali.

Semua menduga-duga. Tak tahu pasti.

Aku tertawa. Lucu juga melihat kepanikan mereka. Puas rasanya. Entahlah, mungkin aku berdosa. Tak apalah. Aku sudah menantikan ini cukup lama. Sudah kurencanakan matang pula.

Biarlah sekali-kali mereka panik. Sekali-kali takut. Sekali-kali merasakan terteror. Sekali-kali mencicipi rasanya menjadi korban. Aku sudah muak. Itu semua sarapanku setiap hari.

Tak adil rasanya jika hidup mereka selalu lancar-mengalir. Kelancaran hidup yang justru menjadi teror yang paling menakutkan bagiku. Aku ingin gantian tertawa. Ya, kini giliranku tertawa. Tinggal menunggu berita, siapa yang menjadi korbanya.

Tergopoh, dua orang pria masuk ke kios kecilku. Memelas wajahnya. Keringat mengucur. Basah kuyup bajunya.

“Bang, bisa ganti ban?”

Aha, tak jadi puasa aku hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun