[caption id="attachment_336184" align="aligncenter" width="300" caption="...,,..."][/caption]
Kenaikan BBM memang masih dalam tahap rencana, tapi karena BBM adalah ‘barang penting’ dalam kehidupan masyarakat modern, maka setiap ada isu kenaikan BBM sudah pasti akan mendapatkan reaksi dari berbagai kalangan dan menjadi berita heboh tidak hanya di dalam negeri tapi akan terdengar dan diikuti olehmasyarakat Indonesia yang berada di luar negeri termasuk jutaan BMI yang berada di berbagai negara penempatan.
Dampak kenaikan BBM memang tidak secara langsung dirasakan oleh buruh migran karena dalam kesehariannya tidak berada di dalam negeri, bahkan belum tentu satu tahun atau dua tahun sekali pulang kampung. Tapi dampak kenaikan BBM sudah pasti akan dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkannya.
Ada dampak negatif dan positif yang akan di rasakan keluarga buruh migran bila pemerintah betul-betul akan menaikkan BBM dengan cara mengalihkan subsidi.
Dampak negatif..
Kenaikan BBM sudah pasti akan diikuti oleh naiknya harga-harga kebutuhan pokok, yang artinya nilai tukar rupiah terhadap barang akan mengalami penurunan. Sebagian kalangan akan ‘bertepuk tangan’ jika nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat ,dan akan mulai ‘resah’ jika rupiah semakin melemah. Tapi tidak banyak yang mengerti dan menyadari bahwa turunnya nilai tukar rupiah terhadap barang adalah sesuatu yang ‘menyiksa’ buat masyarakat golongan ekonomi lemah.
Jika sebelumnya buruh migran mengirim uang 1 juta (misalnya) buat keluarganya bisa untuk beli A,,B,C,D maka dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap barang sudah tentu hanya akan dapat di belikan A ,B ,C, atau bahkan hanya akan dapat A dan B, belum lagi ‘jatah harian’ untuk anak-anaknya yang sekolah sudah pasti juga harus di tambah.
Inilah yang seharusnya kita dapat memahami jika ada kalangan yang menolak kenaikan BBM, bukan sekedar masalahsekian ribuharga bensin naik , tapi lebih kepada side effect-nya.
Dampak positif..
Rencana re-alokasi subsidi BBM yang akan mengalihkan dari yang semula bersifat konsumtif menjadi subsidi yang bersifat produktif merupakan ‘kabar gembira’ bagi masyarakat bawah. Rencana pemerintah untuk memberikan subsidi kepada petani dan nelayan tentu juga akan di rasakan keluarga buruh migran.
Buruh migranmeninggalkan anak-anak dan orang tuanya yang rata-rata sudah renta, sehingga dengan telah di keluarkanya Kartu Indonesia Sehattentu akan meringankan beban buruh migran apabila keluarganya mengalami sakit yang selama ini di hadapakan dengan biaya rumah sakit yang ‘selangit’.
Buruh migran rela meninggalkan kampung halaman, mengadu nasib di negeri orang agar dapat menyekolahkan anak-anaknya, maka dengan telah di keluarkannya Kartu Indonesia Pintar akan memberikan harapan kepada anak-anak TKI untuk terus sekolah tanpa harus menunggu kiriman dari orang tuanya. Kartu Indonesia Pintar tentu akan meringankan buruh migran yang menyekolahkan anak-anaknya , sekaligus memberi harapan untuk menghentikan ‘komersialisasi’ di bidang pendidikan ,yang membuat sekolah itu seharusnya ‘murah’ menjadi‘mahal’.
Apakah pemerintah akan betul-betul menaikkan BBM..??
Apakah rencana re-alokasi subsidi betul-betul akan berjalan sebagaimana yang di rencanakan?
ApakahprogramKIP, KIS dan KKS akan betul-betul tepat sasaran..?
Dari negeri seberang, jutaan buruh migran hanya bisa berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang benar-benar pro rakyat, sehingga dapat pula meringankan beban keluarga para buruh migran yang di tinggalakan di kampung halaman.
Kuala Lumpur 17-11-2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H