Dinda berlalu melewati kerumunan anak-anak itu. Menatap satu persatu wajah-wajah mereka yang masih kelihatan lucu dan lugu. Pandangannya kosong, matanya berkaca-kaca. Dinda tertunduk, terduduk.
"Kanda benar. Kenapa aku terlalu mengutuk dunia. Aku lebih beruntung dari mereka."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!