Ibarat tubuh, sebuah masyarakat bisa sakit, juga bisa sehat. Sehat atau tidaknya masyarakat dilihat dari kualitas interaksi sosialnya. Interaksi sosial di dalam masyarakat terjadi karena empat komponen:
1. Individu-individunya sebagai anggota masyarakat.
2. Kumpulan pemikiran yang diadopsi masyarakat.
3. Perasaan kolektif masyarakat.
4. Sistem/aturan hidup yang mengatur berbagai interaksi masyarakat.
Jika kita membayangkan bagaimana tubuh kita bekerja agar tetap sehat dan kuat, maka tubuh tentu perlu nutrisi yang cukup yang akan membentuk sistem imun (daya tahan tubuh) sehingga juga akan menguatkan sistem metabolisme dan menjaga organ-organ vital tubuh kita tetap sehat.
Begitu pula masyarakat, selain individu yang baik sebagai anggota masyarakat, maka faktor pertama yang akan membuat masyarakat sehat adalah kualitas nutrisinya yang berupa pemikiran-pemikiran yang sahih untuk membangun fondasi peradaban masyarakat dan menjadi identitas yang jelas bagi warna masyarakat. Kedua adalah perasaan kolektif masyarakat yang berperan sebagai kontrol sosial dan sistem imun karena rasa suka dan benci masyarakat akan menentukan sikap kolektif yang benar terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan. Ketiga adalah bagaimana kualitas sistem kehidupan yang ada mampu mengatur berbagai interaksi sosial tersebut sehingga menyelesaikan berbagai masalah dengan tuntas.
Mendiagnosa “Penyakit” Masyarakat
Tidak ada yang pernah membayangkan sebelumnya bahwa pada abad modern ini ada anggota masyarakat yang merasa terancam dengan masyarakatnya sendiri. Namun, itulah yang terjadi pada masyarakat di negri ini. Peristiwa teror dari banyak kasus pemuda yang hidup paranoid di lingkungan sosialnya adalah salah satu indikasi kronisnya penyakit masyarakat ala Barat. Paham individualistik akut yang merupakan buah dari sekularisme ini telah melahirkan generasi yang rusak mentalnya, kosong secara spiritual, gagal mendefinisikan realitas kehidupan, tidak memiliki tujuan hidup dan terobsesi pada tokoh-tokoh imajinatif dari industri hiburan kapitalistik yang mereka ciptakan sendiri.
Percampuran antara materialisme dan kebebasan individu tanpa batas telah menyebabkan kekerasan yang mewabah, keruntuhan bangunan keluarga, makin tingginya depresi sosial, krisis sosial antar generasi (Tawuran,seks bebas,narkoba.dsb.) sehingga kaum muda tidak lagi peduli terhadap bangsa ini yang kian memburuk.
Kebingungan rakyat di negri ini dalam menetapkan standar moralitas juga terlihat jelas saat mereka berbeda pandangan dan kebijakan satu sama lain tentang kaum LGBT (Lesbian-Gay-Homoseksual dan Transgender). Demikian pula sikap beberapa generasi dalam mentoleransi ‘Hari AIDS sedunia’ (Tapi membolehkan seks bebas). Negri ini telah berada dalam kondisi ‘kebingungan’ dalam menetapkan standar moralitas. Ini terjadi pada level perumusan kebijakan saat standar mereka berbeda-beda, berubah-ubah dan saling bertentangan satu sama lain.
Penyakit Masyarakat bercirikan 4 hal: sekular, pragmatis, liberalisme dan hedonis. Dari sini bisa didiagnosa interaksi sosial masyarakat dengan menggunakan definisi masyarakat yang telah diurai pada awal tulisan. Intinya, sakitnya masyarakat sangat dipengaruhi oleh:
1) Anggota masyarakat yang individualistik dan materialistik.
2) Pemikiran yang rancu dan ‘kosong’ secara spiritual akibat sekularisme dan liberalisme yang diadopsi masyarakat sebagai pemikiran dasar.
3) Perasaan kolektif yang kacau akibat pragmatisme dan hedonisme yang membuat standar sikap di masyarakat berbeda-beda dan berubah-ubah
4) Sistem yang zalim dan berpihak akibat penerapan sistem demokrasi- kapitalisme
Semua komponen di atas adalah akar dari penyakit yang melanda masyarakat. Interaksi sosial masyarakatnya didominasi oleh kebebasan berperilaku yang sangat individualistik dan materialistik, ditambah dengan berbagai kebijakan dan undang-undang yang saling bertentangan dan berubah-ubah satu sama lain.
Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan adalah penyebab yang paling mendasar dari kerusakan masyarakat, Selain bertentangan dengan fitrah manusia, akidah sekulerisme juga bertentangan dengan rasionalitas (akal). Nilai-nilai pemikiran Barat yang sekularistik ini telah gagal dalam memberi nutrisi pada kehidupan masyarakatnya. Akibatnya, masyarakat nyaris tidak lagi memiliki identitas yang jelas.
Perasaan kolektif masyarakat juga mengalami gangguan kronis karena sikap apatis dan individualistik menjalar ke seluruh sendi masyarakat. Standar kebijakan negara yang berubah-ubah dan berbeda-beda karena faktor pragmatisme, selain menciptakan kebingungan di antara anggota masyarakat, juga menambah kebingungan para pembuat kebijakan. Akibatnya, kontrol sosial serta integritas sosial sulit untuk dibentuk.
Belum lagi berbicara tentang sistem yang diterapkan, yang paling besar pengaruhnya pada kualitas interaksi sosial di masyarakat. Telah menerapkan sebuah sistem yang bukan hanya menciptakan tata dunia yang tidak adil yang dicirikan oleh imperialisme lewat mekanisme hutang, perdagangan yang tidak adil, Ketidakadilan itu juga tampak jelas, kesenjangan antar si kaya dan si miskin kian menjadi. Pada saat yang sama penguasa pesta kemewahan.
Kesimpulan, diagnosanya penyakit masyarakat tersebut, semua berpangkal pada ideologi Kapitalisme dan turunanannya seperti sekuler, Liberal dan demokrasi yang cacat sejak lahir dan mengandung bibit-bibit kanker sejak awal. Ideologi Kapitalisme telah merusak individu, pemikiran dan perasaan yang ada pada masyarakat saat ini dalam jangka yang sangat panjang.
Kita atau saya mengingkan negri ini rakyatnya “SEHAT” tentu tidak mudah, setidaknya untuk langkah awal, mari kita niatkan, kita bersihkan penyakit tersebut dari akar-akarnya.
Salam melawan arus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H