Mohon tunggu...
Ahmad Fikri Sabiq
Ahmad Fikri Sabiq Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger yang menulis dalam kesendirian

Guru blogger yang menulis dalam kesendirian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Salatiga sebagai Kota Toleran, Apa Faktor Pendukungnya?

17 Juni 2022   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2022   10:49 3340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negeri dengan beragam suku, agama, ras, budaya, bahasa, dan warna kulit. Di tengah keragaman ini, sikap toleran adalah sebuah keharusan. Begitupun di tengah bermacam-macam agama dan pemikiran keagamaan yang ada, sikap moderasi dalam beragama ini adalah keniscayaan. 

Sikap ini diperlukan agar masyarakat multikultural ini saling hidup secara damai dan rukun. Kesadaran diri dan sosial atas realitas tersebut juga untuk menjaga agar semboyan Bhinneka Tunggal Ika senantiasa menjadi identitas dan jati diri bangsa ini.

Namun ada realita berbeda yang dihadapi bangsa ini. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, ada tren penurunan toleransi pada masyarakat Indonesia. Pada tahun 2012, menunjukkan ada 67,7 % masyarakat yang setuju dengan kegiatan yang dilakukan oleh agama lain. Sedangkan pada tahun 2014, hanya ada 42,81 % masyarakat yang setuju tentang kegiatan yang dilakukan oleh kelompok agama lain (Kemdikbud, 2017). 

Dilansir dari detik.com, Imparsial meneliti dan menemukan ada 31 kasus intoleransi yang ada di Indonesia sejak bulan November 2018 sampai bulan November 2019. Mayoritas dari kasus intoleransi tersebut adalah kasus yang berkaitan dengan ibadah seperti pelarangan ibadah atau pembubaran ceramah pengajian (detik.com, 2020). 

Dari idntimes.com, juga disebutkan bahwa ada enam peristiwa intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia. Enam peristiwa tersebut penyerangan klenteng di Kediri, aksi sosial jemaat gereja gagal karena ditudinng kristenisasi, kebaktian di Sabuga Bandung dibubarkan oleh ormas Islam, biksu dilarang beribadah di Tangerang, gereja di Samarinda dilempar bom molotov, dan pastor gereja di Medan nyaris jadi korban bom bunuh diri saat pimpin misa (idntimes.com, t.thn.). Keenam peristiwa intoleransi tersebut semuanya berkaitan dengan ibadah agama tertentu dan dilakukan di tempat ibadah.

Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki basis beragama dan memiliki keluhuran budaya, ada hal yang kurang selaras berkaitan dengan kasus sikap intoleransi di atas ketika kasus itu mayoritas adalah tentang aspek agama. 

Maka diperlukan berbagai kebijakan dengan beragam pendekatan agar tercipta masyarakat yang damai, rukun, toleran, dan memiliki sikap moderat dalam beragama. Berkenaan dengan hal tersebut, Kota Salatiga sudah menunjukkan diri sebagai contoh peradaban di sebuah kota yang toleran dan memiliki sikap moderat dalam beragama dengan baik.

Salatiga merupakan kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 54 km. Secara regional, Salatiga menghubungkan antara Semarang dan Surakarta. 

Secara geografis, Salatiga terletak di lereng pegunungan merbabu dengan ketinggian antara 450-800 meter dari permukaan laut sehingga udaranya terasa sejuk. Berdasarkan data yang dirilis dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, jumlah penduduk Kota Salatiga adalah sejumlah 193.386 jiwa (https://dataku.salatiga.go.id/dss/dss_3_3).

Secara umum, kota ini dikenal sebagai kota pendidikan, olahraga, perdagangan, dan transit pariwisata. Sebagai kota pendidikan, Salatiga memiliki empat perguruan tinggi, yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA (STIE AMA) Salatiga, dan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Satya Wacana (STiBA SW). Melalui empat perguruan tinggi inilah yang menjadikan Salatiga disebut sebagai 'Indonesia mini' karena mahasiswa yang belajar di Salatiga berasal dari berbagai daerah di tanah air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun