Mohon tunggu...
fifi wardhani
fifi wardhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

saya suka kucing

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Like, Share and Repost : Siklus Kecanduan yang Menghancurkan

28 Desember 2024   22:22 Diperbarui: 28 Desember 2024   22:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

 Media Sosial merupakan platform digital yang dibuat untuk memudahkan seseorang yang saling berkomunikasi, berinteraksi dan berbagi informasi. Saat ini media sosial memerankan peranan yang sangat penting bagi setiap orang. Teknologi yang berkembang diharapkan dapat memberikan efisien kinerja daam banyak hal, terutama untuk menjangkau sebuah informasi. Pengaruh perkembangan teknoogi yang maju membuat penggunaan media sosial semakin mudah, dimana semua kalangan bisa menggunakan dan mengaksesnya tanpa syarat yang rumit. 

Seiring dengan berkembangnya teknologi, berdampak pula terhadap aspek kehidupan manusia, termasuk aspek psikologis. Walaupun seringkali keadaan psikologi seseorang itu dikaitkan dengan faktor lingkungan keluarga dan pertemanan, tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kemajuan teknologi sekarang ini media sosial juga berpengaruh besar bagi psikologis seoarang manusia.

Banyaknya tuntutan dalam kehidupan seringkali membuat seseorang ingin mencari tempat untuk beralih fokus dari dunia nyata ke dunia yang membuat mereka dapat mengalihkan stress dan memberikan ketenengan serta kebahagiaan. Pada remaja yang seringkali disibukkan dengan banyaknya tugas Sekolah, seolah memerlukan media sosial untuk bermain melepas lelah dan stress. Jangkauan akses yang mudah dan murah juga menjadi faktor pendukung  pada hal ini. Mereka tidak perlu pergi ke luar rumah untuk menemukan hal yang seru, bahkan bermain game bisa dengan mudah dilakukan lewat mana saja walaupun bisa saja bertemu dengan teman. Namun pada akhirnya pilihannya tetap jatuh kepada media sosial dan akhirnya menjadi kecanduan karena terlalu sering dibuka dengan durasi yang terlalu lama. Platform Virtual seperti TikTok, Instagram, Youtube dan Twitter sering menjadi rujukan pertama, apalagi TikTok. Konten yang ditampilkan secara singkat semakin menjadi daya tarik bagi penontonnya, ditambah seringkali trend dibuat untuk semakin memeriahkannya. Terkadang seseorang sampai tidak sadar bahwa mereka telah masuk ke dalam lingkaran candu. Adanya trend yang dibuat itu untuk mengelabuhi orang-orang agar terus membuka suatu platform, sehingga seolah tidak ada jeda seharipun untuk melewatkan tanpa membuat media sosial itu.

Menurut Health Behavior in School-aged Children (HBSC) melaporkan bahwa penelitian melalui kantor WHO regional untuk kesehatan mental di Eropa hasilnya sebanyak 45 negara di Eropa antara usia 11 tahun hingga 15 tahun dalam keadaan kesehatan mental yang buruk. Hal ini disebabkan karena kesepian, gugup, merasa rendah diri dan mudah tersinggung yang disebabkan oleh teknologi digital. Bahkan penelitian menunjukkan bahwa 80% remaja di Indonesia menghabiskan waktunya untuk media sosial (Pratama & Sari, 2020).  


Lupa waktu bukan lagi hal yang tidak biasa. Seorang remaja sering kali terhanyut terlalu dalam dunia maya hingga lupa akan segalanya, tugas dan kewajiban tidak lagi diingat. Mereka bahkan melupakan jadwal istirahat, seolah tiada akhir untuk sebuah permainan.  Banyak remaja yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu luang untuk bermain gawai di media sosial tanpa berinteraksi melakukan aktivitas  dengan orang sekitar bahkan dengan orang terdekat seperti keluarga. Faktor lain yang mempengaruhi hal itu adalah karena  remaja masih memiliki self control yang belum sepenuhnya baik dan masih mudah untuk terpengaruh berbagai hal.

Maka dari itu diperlukan batasan dalam bermain media sosial. Orang tua, keluarga dan lingkungan yang baik juga berperan penting dalam hal ini. Jika seorang memiliki banyak kegiatan positif yang dapat dilakukan maka waktu yang dihabiskan untuk bermain media sosial akan lebih sedikit. Tidak ada salahnya memberikan ruang pada diri untuk bermain media sosial, namun tetap harus diingat bahwa kita tidak bisa membeli waktu yang telah kita lewatkan sebelumnya. Jadilah bijak dalam bermedia sosial.








Daftar Pustaka
Pratama, B. A., & Sari, D. S. (2020). Dampak Sosial Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Berupa Sikap Apatis di SMP Kabupaten Sukoharjo. Gaster, 18(1), 65-75.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun