“berat bayarnya…”
“susah klaimnya…”
“ah, bosen ditelponin mulu sama sales asuransinya…”
“cuma nguntungin perusahaan asuransinya…”
“aku nggak paham tentang asuransi…bingung dan takut juga mau ikut…”
“untuk apa ? aku kan kalo sakit udah dibiayain sama perusahaan…nggak perlu ikut asuransi lagi..”
“aku nggak percaya sama asuransi…”
“males ah…dulu pernah pengalaman ikut asuransi pendidikan tapi kenyataannya gak sesuai dengan yang dijanjikan…trauma…”
Beberapa alasan diatas adalah sebagian jawaban yang sempat aku tanyakan pada beberapa teman dan kerabat mengapa mereka tidak mengikuti asuransi apapun hingga saat ini. Jawaban yang sederhana tapi cukup realistis karena aku juga mengalami beberapa hal yang sama dengan mereka, kenapa aku cukup lama memilih untuk tidak bergabung dengan asuransi.
ilustrasi (sumber:dokpri)
Ini cerita ibuku, dulu waktu aku masih TK, ibu mengikutkan aku di asuransi pendidikan. Kata ibu, jangka asuransiku waktu itu dari TK sampai aku lulus SMA. Ibu selalu membayar premi tepat waktu, sebab petugas asuransinya juga selalu tepat waktu datang menagih premi ke rumah. Saat itu yang dibayangan ibu hanya agar nanti saat aku kuliah sudah tidak akan kesulitan dana lagi, karena setelah lulus SMA asuransi pendidikan yang telah dimulai sejak TK dapat diklaim/dicairkan.
Namun, apa lacur, janji manis tinggalah janji manis. Ibu mengalami kesulitan saat akan klaim asuransi tersebut. Bahkan, kata ibu, nyaris saja dana asuransi itu hilang tak berbekas. Kalau saja Ibu tidak berjuang keras mendapatkan haknya mungkin kami hanya gigit jari saja. Meski dengan perjuangan keras untuk bisa klaim, toh jumlah dana yang bisa diklaim tidak sesuai dengan yang telah disepakati. Intinya, ibu mengalami kerugian dan terpaksa harus menerima “jumlah dana yang sedikit” itu mengingat usia ibu yang kala itu sudah sepuh sehingga tidak sanggup harus mengurusi klaim yang terus dipersulit.
Dari cerita ibu, ada semacam trauma terhadap asuransi, terutama asuransi pendidikan. Padahal, kalau ditelaah, sebenarnya visi misi asuransi pendidikan itu bagus terutama untuk mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini. Namun, kelalaian dan kenakalan oknum tertentu membuat hilangnya kepercayaanku terhadap pihak asuransi. Jangan jangan…jangan jangan…begitu saja yang ada di benakku.
Khusus untuk asuransi pendidikan, jujur hingga kini aku masih mengabaikannya. Guna mempersiapkan dana pendidikan anak-anakku, aku lebih memilih membuka rekening khusus dan rutin menyisihkan dana di awal bulan untuk ditabung di rekening khusus tersebut. Meski beberapa tawaran asuransi pendidikan datang menghampiri, namun aku belum menjadikannya sebagai prioritas untuk diasuransikan. Apalagi, hingga saat ini menabung masih bisa menjawab persoalan dana pendidikan anak-anakku.
Terlepas dari asuransi pendidikan, kini aku tengah terdaftar sebagai pemegang polis asuransi kendaraan. Jujur saja, itu awalnya karena terpaksa, sebab aku sedang kredit mobil sehingga otomatis juga diikutsertakan dalam program asuransi kendaraan.
Namun, dari sini pandanganku justru mulai berubah. Beberapa kali aku mengalami musibah kecelakaan dan beberapa kali juga “diselamatkan” oleh asuransi. Mungkin disaat kita terkena musibah, yang pertama kita pikirkan bagaimana “menyelamatkan” segala sesuatunya tanpa harus mempertimbangkan banyak hal, misalnya jumlah nominal uang yang harus dikeluarkan. Dengan asuransi, setidaknya kita mendapat kemudahan dalam mengatasi situasi yang “genting”. Bayangkan jika waktu itu aku tidak ikut asuransi, mungkin aku akan kebingungan mencari dana untuk menderek mobil hingga memperbaiki kerusakan-kerusakan pada mobilku yang jumlahnya tidak sedikit. Dan “kemudahan” itulah yang bernilai “mahal” dan tidak dapat digambarkan dengan angka.
Kini, aku juga bersiap untuk mendaftarkan diri ke asuransi kesehatan. Mengapa ? sebab aku telah menyadari bahwa “mempersiapkan diri” itu jauh lebih baik ketimbang kita bertindak “setelah kejadian” tanpa ada persiapan sama sekali. Tapi itulah fenomena masyarakat kita, belum menyadari kalau belum mengalami sendiri musibah-musibah yang mengantar kita pada situasi-situasi yang sulit.
Pertimbanganku lainnya adalah perkembangan asuransi saat ini sudah sangat pesat dan modern, yang artinya tingkat “kerugian” dapat diminimalkan. Aku yakin, saat ini sudah banyak perusahaan asuransi yang bekerja secara profesional. Terbukti, asuransi kendaraan yang aku ikuti, begitu sigap dan mempermudah dalam melakukan klaim.

Jadi, buat kalian yang ragu-ragu untuk berasuransi, aku ada beberapa tips yang bisa dijadikan bahan referensi untuk membuka diri kita pada program asuransi :
1.Ubah mindset kita tentang hal konotasi dari asuransi. Mulailah berpikir bahwa bukan sekadar “nominal” yang kita “tabung” di program asuransi tapi lebih dari itu adalah “pertolongan” dan “kemudahan” yang kita dapatkan saat berada dalam situasi yang “genting” dan “mendesak” terutama ketika musibah menimpa. Ingat, bahwa “mempersiapkan diri” adalah jauh lebih baik karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
2.Buat daftar tentang apa saja kebutuhan yang harus dipenuhi terutama untuk jangka panjang. Dari daftar ini kita akan mengetahui, asuransi apa sih yang kita butuhkan ? jadi jangan sembarang asuransi diikuti, lebih baik ikut asuransi berdasarkan prioritas kebutuhan.
3.Sesuaikan budget yang ada dan biasakan untuk membayar premi tepat waktu agar tidak terasa berat atau pilih yang pembayaran preminya langsung sistem auto debet.
4.Hunting perusahaan asuransi. Kenali dan pahami visi misi serta program-program yang ditawarkan. Kalau perlu cek dari beberapa sumber terpercaya tentang profesionalitas perusahaan asuransi tersebut. Jadi jangan hanya terbuai oleh bujuk rayu para sales asuransi yang menawarkan produk-produk asuransi dengan segala kemudahannya. Tidak perlu khawatir, di era modern ini sudah banyak perusahaan asuransi yang bekerja secara jelas dan profesional.
5.Lets be smart dengan menjadi peserta asuransi yang pro aktif mengetahui dan memperbaharui informasi untuk meminimalkan tingkat penyalahgunaan dan atau “kenakalan-kenakalan” oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Jadi jangan pasif. Rajinlah melakukan cek dan ricek tentang polis asuransi kita secara berkala.

Nah, gimana ? masih ragu dan berat berasuransi ? kini tawaran program asuransi sudah sangat banyak, kita tinggal pilih dan sesuaikan dengan kebutuhan. Semoga berbagi pengalaman tentang seribu satu alasan untuk tidak berasuransi plus pengalaman tentang “nikmat” nya berasuransi menjadi bahan pertimbangan untuk kita membuat pilihan, apakah akan berasuransi atau tidak !
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI